Mohon tunggu...
Puspa Sari Dewi
Puspa Sari Dewi Mohon Tunggu... Penulis - A lifelong learner

Author of Seni Memaknai Hidup & Novella Ranum Email : 1991saripuspa@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjamurnya Nama Ilmiah Tumbuhan di Singapura. Bagaimana di Indonesia?

1 Desember 2021   19:22 Diperbarui: 2 Desember 2021   12:41 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nama ilmiah tumbuhan (dokumen pribadi) 

Benarlah kata orang, Singapura adalah negara yang benar-benar mementingkan pendidikan. Seperti di negara besar lain, Singapura menganggap pendidikan adalah masa depan dari suatu negara untuk mencapai cita-cita mereka. Oleh karena itu, Singapura memang sangat memerhatikan bidang pendidikan ini. Mereka sangat fokus dalam pengembangan pendidikan dari jenjang pra sekolah hingga perguruan tinggi.

Salah satunya yaitu mereka sangat mementingkan tata nama biologi. Hal ini terbukti dari menjamurnya papan nama-nama ilmiah pada tumbuhan, baik tanaman yang ada di taman maupun tumbuhan liar seperti yang ada di rawa. Nama-nama ilmiah tersebut menggunakan bahasa latin.

Saat berkunjung ke taman, saya sempat mengambil foto sebelum membaca satu per satu nama-nama ilmiah tersebut.

"Coba temukan kami. Ada rempah-rempah, tumbuh-tumbuhan, dan pohon buah-buahan di taman ini." Begitulah tulisan yang tertera pada plang bagian atas dan diikuti beberapa nama ilmiah yang mana tumbuhan itu tertanam di taman tersebut.

Ada kedondong dengan nama ilmiah Spondias cytherea. Mangga dengan nama ilmiah Mangifera indica. Pandan dengan nama ilmiah Pandanus amaryllifolius. Daun kari dengan nama ilmiah Murraya koenigii, dan masih banyak lainnya.

Seketika saya teringat semasa sekolah menengah atas saat harus menghafal puluhan nama-nama ilmiah tumbuhan dan binatang. Di SMA saya pun terdapat papan nama ilmiah yang menempel di setiap batang pohon yang ada di area sekolah. Lalu ketika mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja, masing-masing dari kami mendapatkan nama julukan yang berasal dari nama latin tumbuhan, dan nama julukan saya adalah Asplenium nidus L. yaitu nama ilmiah dari tumbuhan paku sarang burung. Saat itu banyak sekali nama ilmiah yang saya hafal sampai di luar kepala, tetapi kini hanya beberapa saja yang masih tersisa di ingatan.

Tidak hanya di taman-taman saja, sering saya temui papan nama yang berdiri tegak di samping pepohonan yang ada di rawa. Seperti pohon jambu, pandan liar, kunyit, jahe, dan tanaman lainnya pun tertera papan nama ilmiah yang mana terdiri dari tiga bahasa, yaitu bahasa Inggris, Melayu, dan nama ilmiah tumbuhan itu sendiri.

Ada sejarahnya, mengapa penamaan hewan dan tumbuhan selalu menggunakan nama latin. Metode ini dimulai oleh ahli fisika dan biologi asal Swedia, Corolus Linnaeus pada abad ke-18. Alasan Linnaeus menggunakan dua suku kata untuk nama ilmiahnya adalah agar organisme mudah untuk diidentifikasi.

Mengutip situs Sciencing, Senin (25/11/2019), penggunaan nama ilmiah mengesampingkan fakta bahwa organise memiliki nama berbeda yang diberikan oleh penduduk di sebuah wilayah.

Bahasa Latin digunakan karena tidak berasal dan tidak digunakan di negara mana pun di dunia. Selain Latin, bahasa Yunani Kuno juga kerap digunakan untuk menamai organisme. Begitu pula bahasa kuno lainnya seperti Aztec, Mongolia, dan Xhosa.

Nama ilmiah selalu terdiri dari nama genus pada kata pertama yang ditulis kapital pada huruf awal. Kemudian untuk kata kedua dengan nama spesies yang spesifik dan tidak menggunakan kapital. Penulisan nama ilmiah yang benar yaitu ditulis miring jika diketik dan digarisbawahi jika ditulis tangan.

Berikut ini nama-nama latin yang saya rangkum dari ingatan dan beberapa sumber, termasuk dari papan nama ilmiah di taman yang saya kunjungi :

Alpukat (Persea Americana)

Apel (Pyrus malus)

Bambu kuning (Bambusa vulgaris)

Belimbing manis (Averrhoa carambola)

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)

Delima (Punica granatum)

Durian (Durio zibethinus)

Jagung (Zea mays)

Padi (Oryza sativa)

Jahe obor (Etlingera elatior)

Jambu air (Eugenia aquea)

Jambu stroberi (Psidium littorale)

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk limau (Citrus amblycarpa)

Jeruk bali (Citrus grandis)

Jeruk manis (Citrus sinensis)

Jeruk purut (Citrus hystrix)

Kacang kupu-kupu (Clitoria ternatea)

Kasturi (Mangifera casturi)

Kelapa (Cocos nucifera)

Ketimun (Cucumis sativus)

Lidah buaya (Aloe vera)

Mangga (Mangifera indica)

Manggis (Garcinia mangostana)

Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Pala (Myristica fragrans)

Pandan (Pandanus amaryllifolius)

Pepaya (Carica papaya)

Pisang (Musa paradisiaca)

Rambutan (Nephelium lappaceum)

Salak (Sallaca zalacca)

Sawo manila (Manilkara zapota)

Serai (Cymbopogon citratus)

Itulah beberapa nama ilmiah tumbuhan yang saya amati dan rangkum. Namun, keterbatasan waktu telah menyudahkan kaki untuk melangkah dan terus melihat keindahan taman yang tiada penghujungnya. Jadi, hanya sedikit ilmu yang dapat dikutip untuk kunjungan ini.

Semoga banyak pelajar dan pemuda-pemudi di negara kita yang tergerak menerapkan hal ini juga untuk semua tanaman yang ada di taman dan beberapa titik area perkotaan maupun di desa. Dengan begini, berharap anak-anak usia dini bisa tahu seiring mata melihat dan membaca tulisan dari papan nama ilmiah tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun