Bogor- Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Bimbingan Penyuluhann Islam kelas 1 A melaksanakan sebuah studi lapangan di desa Hambaro yang terletak di Kabupaten Bogor, guna mengetahui perkembangan masyarakat disana . Setelah melihat kondisi disana ternyata desa Hambaro ini berkembang cukup pesat dalam bentuk ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya nya.
Dalam segi Sosial di desa ini menyelenggarakan program PKK(Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), salah satunya program PMT (Pemberian Makan Tambahan) yang diselenggarakan 1 bulan satu kali yang dikhusukan anak balita dibawah umur 5 tahun yang mengalami gangguan penyakit. Ada juga kegiatan karang taruna yang lebih memacu kepada pertanian akan tetapi kegiatan ini tidak resmi bisa diikuti oleh semua warga tidak hanya permanen dengan warga itu saja. Juga ada kegiatan BUMDES (badan usaha milik desa), yaitu kegiatannya mengembala kambing atau peternakan kambing orang disana biasanya menyebutnya dengan tukang angon. "Para warga sini sangat fokus dengan kegiatan ini, dan kalo semisal adik-adik mau kurban gausah beli kembing jauh-jauh cukup disini" ungkap kang Nandi, salah satu warga hambaro
Dari segi budayanya, desa ini benar-benar kental dalam kesenian agamanya seperti qosidah, marawis, akustik religi, tari jaipong dan pencak silat. "karena ada remaja yang suka nongkrong-nongkrong gitaran, akhirnya kita juga mencoba untuk membentuk akustik religi itu dan itu lumayan ternyata lebih enak dan apalagi yang nggak kepikiran sama mereka menjadi berjalan, dulu vocalnya pernah nyanyi di cafe jakarta awalnya nolak dan ketika sudah nyanyi dia jatuh cinta" ungkap bang Iyan.
dengan adanya perkembangan kesenian agama ini, bang Iyan selaku aktor utama warga desa Hambaro beliau juga mengambangkan kesenian tradisional yang bernuansa dengan Budaya Indonesia yaitu Tari Jaipong. Dan semua kegiatan ini mempunyai waktu masing-masing untuk latihan, yang mana tempat saung ini menjadi titik utama untuk berlatih.
warga Hambaro juga ingin mempelajari keseniaan Hadrah akan tetapi mereka memliki sedikit kekurangan untuk menghafal lirik bahasa Arab, karena Warga Hambaro mereka lebih bernuansa kepada Bahasa Sunda sehingga mereka lebih meguatkan Marawisnya.
"saya juga ingin mengembangkan ekonomi dari sini, seperti saya membuat baju-baju tari. biasanya ibu-ibu itu pengen exis kan dan kalo mendengarkan kata uang aja mereka udah hura, Â dari sini misal ada lomba-lomba qosidah ibu-ibu itu juga semangat sekali untuk mengikuti lombanya dan kemarin pernah dapat kejuaraan dan itu yah alhamdulillah mendapat penambahan bagi ibu-ibu itu" ungkapnya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H