Mohon tunggu...
Puspakumala Ningrum
Puspakumala Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi pendidikan Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Filsafat Bahasa dalam Kebudayaan

26 Desember 2023   13:35 Diperbarui: 26 Desember 2023   13:43 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERAN FILSAFAT BAHASA DALAM KEBUDAYAAN

Puspa Kumala Ningrum, Vera Sardila, M.Pd

“TIDAK PERLU MENJADI ORANG LAIN AGAR DISUKAI BANYAK ORANG”

ABSTRAK

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia, kata berangkai dari kata philein yang berarti mencintai, dan Sophia berarti kebijaksanaan. Filsafat muncul sebagai kritik terhadap mitos dan mitologi, mitos dan mitologi adalah kepercayaan budaya Yunani kuno yang menentang campur tangan dewa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Filsafat bahasa dalam filsafat analitik mengkaji sifat bahasa, hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa, dan dunia. Pengkajiannya mecakup sifat makna, intensionalitas, referensi, konstitusi kalimat, konsep, pembelajaran, dan pemikiran. Filsafat bahasa dapat diartikan sebagai “filsafat” berdasarkan bahasa mengandung pengertian bahwa seseorang filosof itu ingin berfilsafat dan mencari sebuah sumber yang dapat dijadikan titik pangkal yang menyediakan bahan-bahan yang diperlukan. Verhar memberikan dua pengertian “bahasa” yang dijadikan titik pangkal untuk berfilsafat, dalam filsafat berdasarkan bahasa ini, yaitu bahasa yang diartikan eksklusif dan bahasa yang diartikan inklusif. Bahasa dalam pengertian eksklusif ialah “bahasa” yang didefenisikan sebagai alat komunikasi sehari-hari, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa dalam pengertian inklusif ialah “bahasa” yang tidak digunakan dalam komunikasi sehari-hari, seperti bahasa tari, bahasa musik, bahasa cinta, bahkan bahasa alam semesta.

Keyword : filsafat, bahasa, kebudayaan

PENDAHULUAN

Filsafat lahir dalam budaya untuk mereformasi dan mengkritik budaya. Berkat filsafat, budaya mitos dan mitologi perlahan mulai ditinggalkan, terlihat sangat jelas bahwa sumbangan filsafat dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Peran filsafat bagi kebudayaan tidak lain adalah membantu kebudayaan mencerminkan nilai-nilai yang ada, mencermati dan menemukan nilai-nilai yang benar-benar autentik dalam kebudayaan yang hidup.

Manusia adalah makhluk rasional dan budaya, sebagai makhluk rasional, manusia diberi kemampuan berpikir, bernalar, mengambil keputusan dan membuat pilihan yang rasional. Sebagai makhluk budaya, manusia hidup dalam suatu sistem budaya, bahkan dapat dikatakan bahwa budaya membentuk kehidupan seseorang. Nalar memberi orang kesempatan untuk berpikir dan merenungkan budaya mereka,. Memikirkan budaya berarti berfilsafat tentang budaya, karena filsafat tidak lebih dari aktivitas rasional pikiran untuk berpikir, menciptakan ide, membentuk konsep tertentu, menghubungkan satu ide dengan ide yang lain, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan cara sederhana dan terstruktur.

PEMBAHASAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan masing-masing. Seperti hal nya cara pandang, budaya hidup, buaya hubungan manusia, dan lain-lain. Sistem nilai masing-masing budaya diterapkan sedemikian rupa sehingga sistem nilai suatu budaya berbeda dengan sistem nilai budaya lain. Perbedaan tersebut mendorong masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan di tengah multikulturalisme, sehingga perbedaan tersebut tidak menghalangi rasa persaudaraan. Perbedaan yang ada melebur menjadi satu budaya yang sama, yaitu budaya Pancasila. Budaya Pancasila yang mengajarkan nilai-nilai ketaatan dan keimanan seseorang kepada Yang Maha Esa, menghargai harkat dan martabat orang lain, bersatu walaupun berbeda-beda, berefleksi bermufakat, serta menghargai nilai-nilai keadilan sehingga terwujud persamaan.

Adanya bahasa membuat kita menjadi makhluk yang bermasyarakat (makhluk sosial). Kemasyarakatan kita tercipta dengan bahasa, dibina dan dikembangkan dengan bahasa, Lindgren (1972) menyebut bahasa itu sebagai ‘perekat masyarakat’. Broom dan Selznik (1973) menyebutnya sebagai faktor penentu dalam penciptaan masyarakat manusia. Nababan (1984:38) menyatakan bahwa bahasa sebagai pengembang budaya dalam kaitan fungsi bahasa itu sendiri.

Tidak ada manusia tanpa bahasa dan juga tidak ada bahasa tanpa manusia. Dalam kebiasaan bertutur setiap hari istilah ‘bahasa’ juga diterapkan pada sarana-sarana komunikasi yang dikuasai oleh binatang, namun ada perbedaan besar, bukan hanya secara kuantitatif antara sistem komunikasi hewani dan manusiawi. Karena itu dibenarkanlah istilah ‘bahasa’ untuk basa manusiawi dan juga dibenarkan untuk saling membandingkan komunikasi dan hewani dalam rangka satu ilmu yang lebih umum yang menekuni segala bentuk yang mungkin berupa penyampaian tanda.

Kegiatan berbahasa memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakatnya dalam seiap aspek, bahasa memainkan peranan aktif dalam perkembangan budaya termasuk ide-ide dalam ilmu pengetahuan. Neils Bohr tetap menekankan peranan penting yang dimainkan oleh bahasa dalam perkembangan sains dan dalam pemahaman terhadap alam sekitarnya. Sains tanpa peranan bahasa tidak dapat dipahami dan dieksplorasi. Dalam hal ini bahasa merupakan ketentuan sosial yaitu bahwa bagian yang penting dalam kontak sosial manusia (interaksi sosial) terjadi melalui penggunan bahasa. Lewat bahasa manusia dapat bertukar informasi, slaing bertanya dan saling memberi tugas, mengungkapkan penghargaan atau kurang menghargai satu sama lain, saling menjanjikan sesuatu, saling memberi peringatan, dan saling berhubungan dengan cara yang baik. Dengan demikian, hubungan sosial menentukan bagaimana manusia akan saling menegur dalam bahasanya.

KESIMPULAN

Dalam kebudayaan peranan filsafat bahasa sangat penting, karena bahasa merupakan pemersatu dari banyaknya orang. Bahasa dapat mengembangkan konteks praktik-praktik kultural yang pada gilirannya menyadarkan diri para sejumlah sumber-sumber semiotik lainnya termasuk representasi dan harapan-harapan yang disediakan melalui pergerakan partisipan, lingkungan dimana mereka berinteraksi, dan hubungan-hubungan dinamis (Duranti 1977:68)/

Bahasa merupakan ketentuan sosial dalam berbagai segi, bahasa merupakan milik sebuah masyarakat bahasa (besar atau kecil). Bahasa adalah sarana penting karena dengan bahasa manusia dapat melaksanakan kehidupan sosialnya. Ketika bahasa digunakan dalam konteks komunikasi, bahasa berperan sebagai pengembang budaya dalam cara yang kompleks dan beragam. Dalam hal ini pembentukan karakter bangsa, peranan bahasa tentunya tidak dapat diragukan lagi, bahasa merupakan medium pembentukan karakter yang ampuh. Namun perlu dipikirkan mekanisme pembentukan karakter yang tepat sehingga tidak hanya sebatas teori belaka yang ujung-ujungnya tanpa hasil.

DAFTAR PUSTAKA

https://thecolumnist.id/artikel/peran-filsafat-dalam-budaya--2361 

https://www.academia.edu/31528794/PENGERTIAN_FILSAFAT_BAHASA_SERTA_OBJEK_MANFAAT_DAN_RUANG_LINGKUP_PEMBAHASANNYA 

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Bahasa

https://repository.unsri.ac.id/25486/1/FUNGSI_BAHASA_SEBAGAI_PENGEMBANG_BUDAYA_BANGSA_YANG_BERKARAKTER_DALAM_KAITANNYA_DENGAN_FUNGSI_PENDIDIK.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun