Penyalahgunaan obat-obatan sudah marak terjadi belakangan ini di berbagai kalangan. Salah satunya kalangan remaja. Mereka menggunakan obat painkiller sebagai mereda depresi yang terjadi dalam dirinya.
Masa remaja yang begitu pelik dan penuh tekanan membuat mereka menjalankan segala cara untuk meredamnya. Alih-alih menghilangkan depresi, penggunaan obat painkiller justru malah membawa dampak buruk bagi kesehatannya.
Mengutip dari CNNIndonesia, angka remaja yang meracuni diri sendiri dengan overdosis obat-obatan painkiller atau penghilang rasa sakit dan antidepresi kian melinjak tinggi. Para ahli dalam penelitian anyar mengatakan bahwa kenaikan tersebut menjadi bukti baru dari krisis kesehatan mental remaja.
Temuan ini didapat dari catatan medis 40.333 kasus keracunan di antara mereka yang bisa berusaha 10-25 tahun di inggris selama 1989 hingga 2014. Hasilnya dua per tiga dari jumlah kasus atau 66,5 persen dilakuakn secara sengaja.
Jumlah remaja yang meracuni diri sendiri dengan obat penghilang rasa sakit itu melonjak lima kali lipat dalam kurun waktu tersebut. Lompatan empat kali terjadi oleh obat antidepresan. Diluar itu, remaja juga kerap menggunakan obat aspirin atau obat antiinflamasi.
Orang yang mengkonsumsi obat painkiller, otomatis akan memiliki toleransi terhadap obat tersebut. Toleransi obat adalah kondisi dimana obat tidak lagi bekerja secara efektif dan tidak mampu mengatasi gejala nyeri serta sakit yang muncul.
Untuk membuat obat penghilang rasa sakit ini dapat bekerja nornal lagi biasanya dosis obat harus ditambahkan. Bagi pakar kesehatan, terlalu sering mengkonsumsi painkiller ternyata bisa memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan tubuh.
Iritasi lambung menjadi risiko pertama penggunaan obat painkiller mengingat sering mengkonsumsi obat ini ternyata bisa memicu iritasi pada lambung, apalagi jika mengkonsumsinya saat perut dalam kondisi kosong.
Organ ginjal tentu akan bekerja keras dalam memproses obat ini sehingga merusak kesehatan ginjal. Lapisan dalam perut juga berisiko mengalami iritasi yang bisa menyebabkan pendarahan pada lambung atau benjolan layaknya bisul pada organ ini.
Selain itu, gangguan liver juga dapat dialami jika terus menerus mengkonsumsi painkiller. Obat ini ternyata kaya akan kandungan peroksida yang bisa berubah menjadi racun bagi liver. Untuk itu, para pakar kesehatan hanya menyarankan 500 mg parasetamol yang boleh dikonsumsi per harinya.
Dengan adanya temuan ini, orang tua didesak untuk menjauhkan anak-anak dari akses terhadap alkohol dan obat-obatan yang dijual bebas.