Saat ini banyak masyarakat yang belum sadar untuk melakukan pola hidup sehat. Tentu dengan gaya hidup buruk bisa menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan. Salah satunya dimensia.
Dilansir dari CNNIndonesia, seseorang dengan gaya hidup tidak sehat disebut rentan terkena dimensia. Ahli neurologi menyebutkan, gaya hidup buruk membuat penurunan fungsi otak yang merupakan kunci utama dimensia berjalan lebih cepat.
Dimensia adalah sekumpulan gejala penurunan fungsi kognitif seseorang seperti hilangnya daya ingat, daya pikit, kemampuan berbahasa, mengenali benda, dan orientasi. Biasanya gangguan ini terjadi pada mereka yang telah lanjut usia.
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, dimensia adalah penyebab kematian ketujuh di dunia. Pada lansia, dimensia umumnya disebabkan karena penyakit Alzheimer.
Kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, obesitas, kurang olahraga, kurang tidur, stres, dan depresi adalah sederet gaya hidup buruk pencetus dimensia.
Faktor risiko yang dapat mempercepat munculnya dimensia, di antaranya usia lanjut, genetik, psikologis, dan penyakit metabolis.
Diemensia juga dapat menyebabkan perubahan sifat dan perilaku seseorang. Jika tidak ditangani gejala dimensia akan menjadi semakin buruk dan menganggu kegiatan keseharian seseorang.
Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala dimensia muncul dan ditemukan. Gejala yang paling umum adalah hilangnya ingatan. Kemudian, penderitaan dimensia sering kali kesulitan dalam mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan keinginannya.
Kesulitan dalam membuat perencanaan dan mengatur suatu hal juga dapat terjadi pada penderita dimensia. Hal ini tentu akan sering terjadi disorientasi atau kebingungan pada sang penderita.
Pencegahan tentu dapat dilakukan sejak diki dengan mengubah pola hidup menjadi yang lebih sehat. Makan makanan dengan gizi seimbang, tidur cukup, dan lakukan olahraga rutin. Hindari rokok dan minum-minuman beralkohol yang dapat merusak kesehatan.
Jumlah penderita penyakit Alzheimer dan dimensia lainnya di seluruh dunia saat ini diperkirakan mencapai 47 juta orang. Menurut WHO, angka ini diprediksi akan mencapai 75 juta orang penderita pada tahun 2030 dan bertambah tiga kali lipat di tahun 2050.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H