Mohon tunggu...
Puspa MaulidyaHamidah
Puspa MaulidyaHamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya memiliki hobi menulis dan mendesain

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bagaimana Perkembangan Pendidikan Indonesia ke Depannya?

12 Mei 2023   20:17 Diperbarui: 13 Mei 2023   06:46 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan di Indonesia hingga saat ini belum ada kemajuan. Hal ini bisa dipicu karena adanya sistem pendidikan yang berubah terus menerus. Bagaimana bisa pendidikan kita maju jika inti pembelajaran selalu diubah dan membuat para guru dan murid kebingungan. 

Para siswa banyak dituntut untuk menguasai semua bidang ilmu, padahal setiap orang punya minat dan kemampuannya masing-masing. Sistem pendidikan yang memaksa seperti ini bisa membuat minat belajar para siswa menurun karena apa yang mereka pelajari tidak sesuai minatnya. Hal ini membuat para siswa menjadi tidak punya ruang untuk mengeksplor kemampuan dan minat diri mereka, sehingga tercatat 90% mahasiswa salah jurusan pada jenjang perkuliahan. 

Sistem pendidikan kita memang sudah berstandar nasional, terbukti dengan adanya kurikulum merdeka. Tetapi realitas yang kita lihat yaitu pembangunan pendidikan sampai sekarang masih belum merata. Masih banyak sekolah - sekolah pelosok yang pendidikannya masih di bawah standar. Para siswa di Indonesia dalam pembelajaran cenderung mencatat dan menghafal, sehingga menjadi berkurangnya ruang untuk bertanya sejak sekolah dasar membuat siswa sulit untuk berpikir kritis. 

Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045. Pada tahun ini Indonesia secara kuantitas penduduk sudah ideal, namun kualitas SDM penduduk belum tentu ideal. 

Dalam pendidikan, kuantitas murid dan guru bukan menjadi faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Tetapi, kualitas dari segi keterampilan dan pengalaman pendidik juga perlu dipertimbangkan. Performa guru di Indonesia saat ini masih di bawah rata-rata KKM yaitu 66,94. Karena itu, perlu meningkatkan pelatihan pada para guru. Bahkan sekarang dapat dilihat bahwa banyak guru yang memiliki kompetensi tidak sesuai bidangnya, contohnya lulusan SMA dan S1 dari jurusan yang bukan pendidikan bekerja sebagai guru. 

Pemerintah perlu meningkatkan APBN untuk pendidikan salah satu solusinya yaitu dengan mengurangi korupsi. Banyak para pemerintah yang masih melakukan korupsi banyak menyebabkan masalah tidak hanya pada bidang pendidikan melainkan pada bidang lainnya seperti bidang ekonomi dan sosial. 

Daya saing pekerja di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, hal ini disebabkan karena latar pendidikan di Indonesia banyak didominasi dengan lulusan SD kebawah dan kurangnya persentase lulusan sarjana sehingga mengakibatkan kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan yang tidak sesuai. Banyak dari merekaa para lulusan SD yang sudah bekerja tanpa adanya keterampilan dan kemampuan dalam diri mereka sehingga dalam melakukan pekerjaan tidak bisa maksimal. 

Pendidikan tidak hanya peran guru yang diperlukan tetapi orang tua juga harus ikut berperan dalam meningkatkan kualitas anak, jika para orangtua tidak ikut serta membantu sekolah dalam mendidik anak, maka pendidikan jelas akan berjalan pincang dan tumbuh kembang anak juga tidak akan cukup baik. 

Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas orangtua dan guru harus bekerja sama dalam ikut serta membantu pendidikan anak bisa dengan melakukan diskusi terkait pentingnya kolaborasi dalam pendidikan anak, bahkan jika perlu bisa diadakan kelas parenting agar para orang tua dan guru bisa menjadi satu visi dan satu misi dalam menumbuh kembangkan anak. 

Pendidikan orang tua juga diperlukan dalam hal kedisiplinan karena dengan adanya kedisiplinan para siswa di sekolah membuat kegiatan lingkungan belajar dan mengajar yang nyaman dan tentram. Kedisiplinan juga dapat mengurangi kasus-kasus kekerasan dalam sekolah sehingga membuat para siswa dapat belajar di lingkungan yang aman. 

Pendidikan karakter dan agama juga perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Indonesia karena semakin canggihnya era teknologi maka budaya - budaya global banyak yang bebas masuk dalam kehidupan. Sehingga untuk mencegah terjadinya kerusakan moral dan lunturnya nilai - nilai pancasila maka diperlukan adanya pendidikan ini untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan, bagaimana kita bersikap dan berfikir. 

Pendidikan karakter dan agama ini seharusnya sudah diajarkan sejak usia TK dengan lebih fokus membangun pemikiran buat jadi anak yang berbudi pekerti luhur, punya empati, dan cara penyelesaian masalah secara sederhana. Karena dengan pembentukan karakter sejak usia dini akan menjadikan para siswa kuat mental, kritis dalam berfikir, dan mempunyai sopan santun yang tinggi. Pendidikan karakter juga akan berdampak untuk mengurangi masalah anxiety, depresi dan lainnya pada usia remaja, karena sejak usia dini mereka sudah dilatih untuk mempunyai sikap terampil dalam memecahkan berbagai masalah. 

Kurikulum merdeka sebagai kurikulum saat ini sebenarnya akan menjanjikan dalam dunia pendidikan jika benar - benar diimplementasikan dengan baik. Karena pada kurikulum ini tidak menyeragamkan kemampuan siswa dalam bentuk nilai sehingga tidak menimbulkan kompetisi antar mereka, namun menekankan eksplorasi minat serta kolaborasi antar siswa. 

kurikulum pendidikan juga diharapkan bisa selaras dengan kebutuhan zaman dimana tugas mencatat ataupun berhitung sudah bisa diakses lewat digital (AI). Para siswa juga harus diajarkan untuk menghadapi perkembangan zaman sehingga para guru juga harus memiliki pengetahuan yang lebih luas dengan perkembangan zaman yang terjadi bisa dengan meningkatkan metode pengajaran yang lebih melakukan pendekatan teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun