Mohon tunggu...
Pusairi
Pusairi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Sosiologi, Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Money

Membangun Branding Desa Melalui Integrasi BUMDes dengan Usaha Rumahan di Desa Kambingan Barat, Sumenep

20 Agustus 2020   19:30 Diperbarui: 20 Agustus 2020   19:27 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumdes merupakan lembaga atau institusi yang memiliki peran penting serta fundamental dalam upaya pembangunan pedesaan di Indonesia, Desa dapat berkembang tergantung bagaimana Bumdes di Desa tersebut di kelola, sebab Bumdes memiliki sumbangsih yang besar terhadap pendapatan asli Desa itu sendiri. 

Menurut Ridlwan (2014), BUMDes adalah pilar ekonomi desa, yang memiliki fungsi sebagai lembaga sosial dan lembaga komersial (Ridlwan, 2014). Sebagai lembaga sosial, BUMDes berfungsi sebagai kontributor dalam penyediaan layanan sosial, sedangkan sebagai lembaga komersial, BUMDes berfungsi sebagai penyerap potensi atau sumber daya lokal desa yang kemudian dikembangkan untuk memperoleh keuntungan menjadi pendapatan asli desa.

Meskipun begitu, pemanfatan BUMDes secara maksimal di Indonesia masih tergolong minim. Salah satu daerah yang saat ini sedang dalam upaya berbenah dan pengembangan BUMDes yakni Kabupaten Sumenep, sebagai Kabupaten yang terletak diujung timur pulau Madura ini tentu menjadi tantangan dalam upaya pembangunan pedesaannya, yang memaksa Kabupaten Sumenep untuk mulai memperhatikan sektor BUMDes ini. 

Salah satu BUMDes di Sumenep yang bisa dikatakan cukup aktif yakni BUMDes Kambingan Barat, salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lenteng ini memiliki BUMDes yang di alokasikan menjadi beberapa badan usaha yaitu Minimart desa hingga penyaluran air bersih. Secara keseluruhan, aktivitas pemerintahan desa di desa ini terbilang cukup baik. 

Namun, menurut saya ada satu kekurangan dalam aktivitas BUMDes di desa ini, yakni pada penyerapan potensi lokal, dimana BUMDes Kambingan Barat masih kurang dalam penyerapan potensi lokal, padahal masyarakat Kambingan Barat banyak yang memiliki usaha rumahan seperti kerupuk, air siwalan hingga putu. Beberapa usaha rumahan ini sulit berkembang karena tidak memiliki segmen pasar yang jelas, seharusnya BUMDes yang telah aktif ini khususnya minimart tadi dapat berfungsi untuk memasarkan produk-produk rumahan masyarakat.

Oleh karena itu, kehadiran KKN Unej khususnya kelompok 74 ini seyogyanya punya andil untuk mengintegrasikan BUMDes dengan usaha rumahan tadi agar BUMDes benar-benar berjalan sebagaimana mestinya, tidak hanya sebagai lembaga komersial namun juga lembaga sosial yang dapat menjadi ruang penampungan kebutuhan-kebutuhan masyarakat seperti pasar bagi produk masyarakat tadi. 

Tidak hanya itu, potensi lokal tersebut dapat dikonversi menjadi branding desa jika produk-produk tadi diberikan identitas yang jelas, hal itu dapat dilakukan apabila produk-produk masyarakat di pasarkan lewat BUMDes. Program KKN Back To Village yang berjalan sejal 1 Juli dan berakhir pada 14 Agustus 2020 ini akan fokus pada permasalahan yang telah diuraikan diatas.

Olahan Lele dan Upaya Pembentukan Branding

Dalam upaya pembangunan daerah Pedesaan, pembentukan Branding Desa tentu memiliki urgensi yang cukup penting. Dimana Branding Desa ini merupakan pintu gerbang kemana desa ini akan diarahkan, disamping itu, Branding desa ini dapat dijadikan peluang besar untuk menyejahterakan masyarakatnya. 

Branding Desa ini diambil dari sebuah konsep strategi pemasaran kota yakni City Branding, dimana menurut Zhou & Wang (2004), merupakan strategi pemasaran kota dengan tujuan untuk memperkuat hubungan dan membangun citra baik kota dengan pengunjung (Zhou & Wang, 2016). Kemudian, konsep ini di reduksi kedalam ruang lingkup yang lebih mikro yakni Pedesaan. 

Biasanya, identitas ini dibentuk melalui potensi desa berupa potensi alam, budaya dan masih banyak lagi. Biasanya, banyak Desa yang membangun Branding Desa melaui metode Destination Branding khususnya bagi Desa yang memiliki potensi wisata atau budaya yang potensial untuk dikembangkan.

Terkait hal tersebut, Desa Kambingan Barat tidak memiliki potensi alam maupun budaya yang bisa dikembangkan, dari segi pertanian yang merupakan mata pencaharian utama masyarakatpun terbilang biasa-biasa saja. Hal ini yang kemudian membuat para petinggi desa kesulitan untuk membentuk branding desa di Desa ini. Seiring dengan berjalannya waktu, usahapun telah menemui titik terang. Dipelopori oleh kelompok PKK, desa ini kemudian sepakat untuk mengembangkan produk olahan ikan lele.

Melihat hal tersebut, Mahasiswa KKN Unej semudian mencoba memanifestasikan inisiatif tersebut dengan mempelopori pembuatan krupuk dengan bahan olahan ikan lele. Namun sebelum itu, Mahasiswa peserta KKN Unej telah melakukan serangkaian kegiatan yang telah berjalan di Minggu-Minggu sebelumnya. Dimana pada minggu pertama merupakan fase pengenalan diri ke perangkat desa serta masyarakat secara luas, sedangkan di Minggu kedua, mahasiswa KKN Unej memberikan sumbangsih dalam pembuatan papan struktur kepengurusan BUMDes.

Selanjutnya pada minggu ke 3 dan ke 4 merupakan serangkaian kegiatan pendampingan kepada masyarakat dalam program pengembangan produk olahan ikan lele dalam rangka membantu dalam pembentukan Branding Desa. 

Salah satu pendampingkan yang dilakukan adalah pembuatan krupuk olahan ikan lele disalah satu rumah masyarakat yang sejak lama telah merwirausaha dibidang ini. Kemudian tidak hanya sebatas inovasi dalam produk krupuknya, beberapa inovasi lain juga diperkenalkan. Bekerja sama dengan BUMDes Kambingan Barat, Mahasiswa KKN Unej membuat Label kemasan beserta kemasan untuk kerupuk lele yang telah dibuat agar memiliki nilai pasar yang lebih tinggi.

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Mahasiswa KKN Unej ini setidaknya memiliki sumbangsih dalam memanifestasikan ide dan gagasan Desa yang ingin membentuk identitasnya sendiri. 

Di mana lewat kegiatan ini, pemerintah Desa memiliki pandangan yang jelas mengenai hal-hal atau langkah-langkah dalam memulai upaya ini, baik dalam produksinya hingga bentuk pemasaran. Sehingga, pada saatnya nanti pihak Desa telah siap untuk memproduksinya secara masal, mereka telah memiliki pandangan melalui kegiatan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa KKN Unej ini.

Dari serangkain kegiatan ini pula, harapannya mampu merangsang masyarakat untuk dapat membuat produk-produk lain dari olahan ikan lele. Sehingga, misi Desa untuk membentuk branding desa melalui jalur kuliner khususnya olahan ikan lele mampu ini tercapai yang akhirnya akan berkontribusi dalam upaya pembangunan ekonomi Desa Kambingan Barat.

Daftar Pustaka
Ridlwan, Z. (2014). URGENSI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN DESA. Fiat Justisia Jurnal, 425.

Zhou, L., & Wang, T. (2016). Social Media : A New Vehicle For City Marketing In China. Cities, 27-32.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun