Mohon tunggu...
Ervina Handayani
Ervina Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku pribadi yang ceria, suka voli, dan suka alam

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Segarnya Es Dawet Khas Purworejo, Namanya Saru tapi Rasanya Boleh Diadu

5 Januari 2023   08:56 Diperbarui: 5 Januari 2023   13:30 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Es Dawet adalah minuman tradisional khas Jawa yang dibuat dengan gula aren dan santan dalam kuah yang manis, kental, dan gurih. Di Purworejo Jawa Tengah ada Es Dawet yang namanya unik dan legendaris.

Nama Es Dawet ini mungkin terdengar agak saru. Namun ternyata nama tersebut hanyalah sebuah singkatan. Dinamakan Es Dawet Jembut Kecabut karena letaknya di sebelah timur Jembatan Butuh Kecamatan Butuh sehingga lebih dikenal dengan nama Es Dawet Jembut Kecabut.

Sejarah Es Dawet hitam khas Purworejo ini dirintis oleh Mbah Ahmad Dansri sekitar tahun 1950. Dahulu, es dawet hanya minum oleh petani saat musim panen. Mbah Ahmad menjajakan minumannya dari sawah ke sawah.

"Awalnya kakek saya yang jualan dan sekarang sudah meninggal dunia. Dulu hanya dijajakan saat musim panen. Dan sekarang menjadi minuman yang bisa dinikmati setia hari," ujar Wagiman, 41, cucu Mbah Ahmad, Senin ( 2/01/23).

Sepeninggal Mbah Ahmad, minuman tersebut diwariskan dan dikembangkan oleh putra-putranya hingga akhirnya sampai kepada generasi ketiga, yaitu Wagiman. Kini es dawet hitam sudah menjadi minuman  tradisional khas di Purworejo, dan dijajakan setiap hari di pinggir jalan Purworejo-Kebumen, Desa Butuh, Kecamatan Butuh, tepatnya di sebelah timur Jembatan Butuh.

Namanya juga kuliner tradisonal, tentu proses dan bahan pembuatan dawet atau cendol hitam khas Purworejo ini masih sengat tradisional alias manual menggunakan tangan dan tidak menggunakan pewarna buatan. Pertama, tepung pati gelang direbus sambil diaduk hingga menjadi adonan yang lengket dan dicetak menjadi cendol.

Warna hitam pada cendol diperoleh dari pewarna alami. Yaitu dari abu jerami kemudian dihaluskan dan disaring. "Dawetnya berwarna hitam karena dibuat dari abu jerami, bukan menggunakan pewarna buatan. Lalu campuran dawet atau cendol ditambahkan santan dan gula aren," tambah Wagiman.

Uniknya penyajian dawet ireng ini menggunakan perasan santan dari parutan kelapa yang langsung diparut, sehingga dapat dilihat oleh pembeli. Jumlah cendol hitamnya juga lebih banyak dibandingkan dengan santan dan gula aren, kemudian ditambah es. Mungkin sederhana, namun kuliner satu ini benar-benar lezat.

Harga Es Dawet ini hanya Rp. 5.000/mangkok. Kalau mau lebih enak dan segar bisa ditambah tape dengan menambah Rp. 2000. Setiap hari, ratusan porsi dawet selalu diserbu pembeli dari berbagai kalangan.

Salah satu pelanggan setianya, Puji (48) asal Desa Pituruh mengaku ketagihan dengan es dawet. Setiap melintasi jalur selatan menuju Purworejo, ia selalu mampir singgah untuk menikmati es dawet.

"Saya sering lewat sini, dan kalau mau ke Kutoarjo, Rasanya enak, segar, legit, dan beda dari yang lain," kata Puji sambil menikmati semangkok es dawet hitamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun