Mohon tunggu...
Purwa Panca
Purwa Panca Mohon Tunggu... -

independence

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Terbuka untuk Bapak Amien Rais dan Prabowo Subianto

4 Oktober 2014   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:23 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah salah satu warga Negara Indonesia yang mulai jengah dengan sepak terjang anda berdua di kancah politik Indonesia. Yang menurut hemat saya sudah tidak lagi mencerminkan seorang sosok negarawan yang bisa dijadikan panutan rakyat yang notabene selalu menjadi alasan-alasan anda dalam setiap pernyataan yang anda keluarkan. Sudah semakin kelihatan ambisi dan nafsu anda untuk menjadi penguasa di negeri Indonesia tercinta ini. Mungkin anda lupa, “kami” bukan lagi orang-orang yang bodoh yang dengan gampang anda jejali dengan pernyataan-pernyataan yang bernada membela kepentingan rakyat padahal sebenarnya anda membela kepentingan partai, golongan bahkan celakanya lagi membela kaum koruptor yang selama ini anda gembar gemborkan untuk diberantas.

Untuk Bapak Amien Rais :

Saya masih ingat sekitar tahun 1998 yang lalu betapa lantangnya teriakan Anda dalam menyuarakan reformasi lengserkan rezim orde baru bahkan pernyataan anda selanjutnya yang dimuat harian Republika saya masih ingat betul di situ tertulis sebuah judul kalimat : Amien Rais : “Prabowo harus dimahmilkan”. Apakah Anda lupa? Atau memang melupakannya karena “sesuatu hal” yang lebih menguntungkan anda? Ketahuilah Pak, pada masa itu betapa saya sangat mengidolakan Anda, saya tidak peduli kata orang di sekitar saya, bahkan di keluarga saya sendiri saya dibilan “Kenapa kamu mengidolakan seorang “Sengkuni”? Bapak pasti tahu tokoh wayang yang satu ini. Tapi pada saat itu saya tetap kekeuh pada pendirian saya bahwa Anda adalah orang yang bisa dipercaya. Bahkan dukungan saya terus mengalir mulai dari mendukung partai yang Anda pimpin hingga saat Anda mencalonkan diri menjadi Presiden walaupun mungkin 1 suara saya tdk cukup berarti.

Tapi akhirnya betapa terkejut dan kecewanya saya setelah menyaksikan sepak terjang Anda mulai dari Pilpres tahun 2014 sampai dengan belakangan ini. Sepertinya Anda bukan Amien Rais yang saya kenal pada saat itu (walaupun saya Cuma kenal melalui media masa) betapa anda sudah berubah 180 derajat yang dulu berjuang meneriakkan reformasi dan menegakkan demokrasi, kini Anda berkubu dengan orang-orang yang menurut saya anti demokrasi yang ingin mengembalikan kepada era “orde baru” lagi. Apakah begini yang dinamakan politik? Betapa semua penuh rekayasa dan kemunafikan. Saya tahu  sebagai seorang muslim anda lebih tahu dari saya apa itu artinya munafik dan apa konsekuensi dari sifat munafik itu sendiri.

Untuk Bapak Prabowo Subianto :

Saya memang sempat terpengaruh dengan pernyataan Bapak Amien Rais bahwa andalah yang harus bertanggung jawab atas penculikan aktifis 1998, namun dengan berjalannya waktu seakan-akan hal itu sudah hilang dalam ingatan saya. Bahkan ketika anda mencalonkan diri sebagai Presiden saya masih sempat berkeyakinan Bahwa Anda orang yang cocok memimpin negeri ini.

Tapi apa lacur menjelang pilpres 2014 ketika muncul calon baru bernama Joko Widodo, dan masyarakat mulai beropini, serta terjadi “perang” kharisma antara Anda dan Joko WIdodo, saya mulai melihat tabiat yang kurang baik pada diri anda melalui pernyataan2 anda yang dimuat di media masa hingga hal tersebut membangkitkan kembali memori yang sebenarnya sudah mulai terlupakan tentang pernyataan Amien Rais yang menyangkut pelanggaran HAM 1998. Benarkah itu?

Rupanya di mata saya citra buruk itu semakin jelas ketika anda dinyatakan kalah dalam pilpres 2014. Anda dan pendukung anda tidak bisa mengakui kemenangan lawan yang berujung pada gugatan anda ke MK. Setelah kalah lagi di MK anda mulai cari cara lain untuk menuntaskan dendam anda karena kalah dalam Pilpres yang berujung pada disahkannya RUU Pilkada. Di mana jiwa kesatria anda?

Menurut saya sebenarnya anda masih punya kesempatan memperbaiki citra di 5 tahun ke depan seandainya masih berambisi jadi penguasa negeri ini. Cobalah legowo, tunjukkan kepada rakyat indonesai sifat kesatria anda sambil mengungkapkan bukti-bukti negative seperti yang anda tuduhkan dalam pilpres 2014. Kalau memang itu bisa anda buktikan saya yakin simpati rakyat akan tumbuh dengan sendirinya membuka peluang kembali untuk anda mencalonkan diri menjadi orang nomor 1 di negeri ini. Tetapi ternyata tidak, justru anda menjukkan sikap yang kurang elegan dengan mengkambinghitamkan pihak-pihak lain yang tidak sependapat dengan anda dan pendukung anda.

Dari situ saya berpendapat bahwa betapa selama ini anda dan pendukung anda begitu berambisi untuk sebuah kekuasaan tanpa melihat apa yang sebenarnya rakyat inginkan. Jadi kalau anda beralasan semua demi kepentingan rakyat sepertinya anda salah, rakyat Indonesia, termasuk saya sudah bisa menilai bahkan menebak ke mana arah tujuan anda dan pendukung anda selanjutnya, (maaf kalau saya suudzon) karena kami bukan lagi rakyat seperti era orde baru yang hanya dijejali dengan berita-berita baik untuk menutupi kebobrokan.

Mungkin saat ini anda dan para pendukung anda sedang bersuka cita karena sebagian cita-cita tersebut sudah tercapai dengan menguasai DPR. Dan inilah salah satu bukti bahwa kekuasaan dan jabatanlah yang sebenarnya anda dan pendukung anda cari, bukan kejayaan negri ini.

Tetapi apapun yang akan terjadi mudah-mudahan akan ada hikmah di balik semua carut marut ini. Seperti pernyatan Anda “Becik ketiti olo ketoro” (yang baik akan kelihatan baik dan yang buruk juga akan terungkap). Hanya waktu yang akan mengungkap semuanya. Semoga anda bukan menjadi bagian yang "olo" itu

Mudah-mudahan Allah Yang Maha Kuasa selalu melindungi Rakyat dan Negara  Indonesia dari keserakahan dan ketamakan penguasa yang berkedok memakmurkan rakyat.

Tulisan ini hanya curahan hati penulis yang kecewa tanpa mewakili siapapun.

Salam NKRI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun