Mohon tunggu...
Purwanto ady saputra
Purwanto ady saputra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Nama saya Purwanto Ady Saputra Saya kuliah di Muhammadiyah Mataram

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial-emosional adalah aspek yang sangat penting dalam psikologi perkembangan karena keduanya mempenga

18 Januari 2025   16:28 Diperbarui: 18 Januari 2025   16:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Peran lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial-emosional adalah aspek yang sangat penting dalam psikologi perkembangan karena keduanya mempengaruhi cara individu mengelola perasaan, berinteraksi dengan orang lain, dan membentuk identitas sosial mereka. Perkembangan sosial-emosional mencakup keterampilan seperti regulasi emosi, kemampuan berempati, keterampilan sosial, serta pemahaman tentang diri dan hubungan sosial dengan orang lain. Dalam hal ini, lingkungan dan budaya berfungsi sebagai faktor eksternal yang memberikan konteks dan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan individu, baik pada masa kanak-kanak maupun sepanjang kehidupan mereka.

1.Pengaruh Lingkungan dalam Perkembangan Sosial-Emosional

Lingkungan, yang mencakup keluarga, sekolah, teman sebaya, dan masyarakat luas, memainkan peran utama dalam perkembangan sosial-emosional individu. Interaksi yang terjadi dalam berbagai konteks ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak belajar mengelola perasaan mereka, berkomunikasi dengan orang lain, dan menyelesaikan konflik.

a.Peran Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan sosial-emosional anak. Hubungan yang dibentuk dengan orang tua atau pengasuh utama pada masa awal kehidupan membentuk dasar untuk perkembangan emosi dan keterampilan sosial anak. Keterlibatan orang tua yang responsif dan penuh kasih sayang, serta gaya pengasuhan yang mendukung, dapat membantu anak mengembangkan rasa aman dan kepercayaan diri. Sebaliknya, lingkungan keluarga yang penuh dengan ketegangan, konflik, atau kurangnya perhatian emosional dapat menghambat kemampuan anak dalam mengelola emosi dan membangun hubungan sosial yang sehat.

-Pengasuhan Responsif: Orang tua yang responsif terhadap kebutuhan emosional anak cenderung membantu anak mengembangkan kecerdasan emosional yang lebih baik. Misalnya, mereka mengajarkan anak untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat.

  

-Gaya Pengasuhan: Gaya pengasuhan, seperti pengasuhan otoritatif (hangat dan penuh dukungan tetapi dengan batasan yang jelas), memiliki dampak positif terhadap perkembangan sosial-emosional anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan ini cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dan merasa lebih nyaman dalam interaksi sosial.

b.Peran Sekolah

Sekolah juga merupakan lingkungan penting dalam perkembangan sosial-emosional, terutama karena anak-anak menghabiskan banyak waktu di sekolah, berinteraksi dengan teman sebaya, dan belajar untuk bekerja dalam kelompok. Lingkungan sekolah yang mendukung dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial, termasuk berbagi, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik.

-Program Sosial-Emosional di Sekolah: Banyak sekolah kini menerapkan program pendidikan sosial-emosional (SEL), yang bertujuan untuk mengajarkan keterampilan seperti regulasi emosi, empati, dan kemampuan menyelesaikan konflik. Ini membantu anak-anak untuk mengembangkan kecerdasan emosional yang lebih baik, yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial mereka di masa depan.

c.Peran Teman Sebaya

Teman sebaya adalah sumber utama pengaruh sosial setelah keluarga. Interaksi dengan teman sebaya memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar tentang kerja sama, berbagi, komunikasi, dan menyelesaikan konflik. Dalam proses ini, anak-anak belajar untuk mengenali dan menghargai perbedaan, serta mengelola perasaan mereka dalam konteks hubungan sosial yang lebih luas.

2.Pengaruh Budaya dalam Perkembangan Sosial-Emosional

Budaya memberikan kerangka kerja yang lebih luas untuk pemahaman tentang bagaimana perasaan dan perilaku seharusnya diungkapkan, serta apa yang dianggap sebagai perilaku yang tepat dalam situasi sosial tertentu. Setiap budaya memiliki norma dan nilai yang berbeda terkait dengan emosi, cara mengungkapkan perasaan, dan hubungan sosial, yang dapat membentuk cara individu mengelola dan mengekspresikan emosi mereka.

a.Norma Budaya terkait Emosi

Beberapa budaya lebih menekankan pada ekspresi emosi yang terbuka dan bebas, sementara budaya lainnya lebih menekankan pada pengendalian diri dan pengendalian emosi. Misalnya, dalam budaya Barat, terutama yang lebih individualistik, ekspresi emosi dianggap sebagai hal yang alami dan bahkan penting untuk hubungan yang sehat. Sebaliknya, dalam budaya Asia yang lebih kolektivistik, terdapat penekanan lebih besar pada pengendalian emosi dan menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial.

-Pengendalian Emosi dalam Budaya Timur: Budaya Timur sering mengajarkan pentingnya menahan perasaan atau mengekspresikan emosi dengan cara yang lebih tertutup. Pengendalian emosi dianggap sebagai tanda kedewasaan dan penghormatan terhadap orang lain.

  

-Ekspresi Emosi dalam Budaya Barat: Sebaliknya, budaya Barat cenderung menganggap ekspresi emosi sebagai hal yang positif dan penting dalam membangun hubungan interpersonal yang terbuka. Hal ini mendorong individu untuk lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan mereka, termasuk marah, sedih, atau bahagia.

b.Peran Nilai-nilai Budaya dalam Keterampilan Sosial

Budaya juga mempengaruhi keterampilan sosial yang dianggap penting. Di banyak budaya, rasa hormat, kesopanan, dan kepedulian terhadap orang lain merupakan nilai yang sangat dijunjung tinggi. Dalam budaya tertentu, seperti budaya Jepang, anak-anak diajarkan untuk sangat menghargai otoritas dan menjaga kesopanan dalam setiap interaksi. Di budaya lain, seperti budaya Amerika, ada penekanan yang lebih besar pada kemandirian, ekspresi diri, dan kemampuan untuk berbicara atau berdiri untuk diri sendiri.

-Kepedulian Sosial dan Kelekatan dalam Budaya Kolektivistik: Dalam budaya kolektivistik, seperti budaya di banyak negara Asia dan Afrika, keterikatan keluarga dan kelompok sangat dihargai, dan anak-anak diajarkan untuk mempertimbangkan kepentingan bersama di atas kepentingan individu. Hal ini memengaruhi cara mereka mengembangkan hubungan sosial dan emosional, dengan penekanan pada saling mendukung dan menjaga keharmonisan.

c.Perbedaan Pengaruh Budaya pada Perkembangan Moral dan Sosial

Selain pengaruh terhadap pengendalian emosi, budaya juga membentuk norma-norma moral dan cara-cara individu belajar tentang perilaku sosial yang benar. Beberapa budaya mengajarkan nilai keadilan dan kesetaraan, sementara budaya lain lebih menekankan nilai tradisi, hierarki, dan keharmonisan kelompok. Oleh karena itu, cara individu mengembangkan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan membuat keputusan moral dipengaruhi oleh pandangan budaya tentang apa yang dianggap benar atau salah.

3.Interaksi antara Lingkungan dan Budaya dalam Perkembangan Sosial-Emosional

Lingkungan dan budaya saling berinteraksi dalam membentuk perkembangan sosial-emosional individu. Sebagai contoh, meskipun norma budaya dapat mempengaruhi cara orang tua atau guru mendidik anak-anak, interaksi sosial anak dengan teman sebaya, serta pengalaman mereka di sekolah atau dalam komunitas, juga akan mempengaruhi bagaimana mereka menginternalisasi nilai-nilai budaya tersebut. Di tempat-tempat dengan banyak budaya yang berbeda, seperti kota besar, individu dapat belajar untuk menavigasi berbagai nilai budaya yang seringkali bertentangan, yang berpengaruh pada cara mereka memahami diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan orang lain.

Kesimpulan

Lingkungan dan budaya memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan sosial-emosional individu. Lingkungan, seperti keluarga, sekolah, dan teman sebaya, memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar keterampilan sosial dan mengelola perasaan mereka, sementara budaya memberi kerangka nilai dan norma yang memengaruhi cara mereka mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain. Kedua faktor ini saling berkaitan dan bekerja bersama untuk membentuk individu yang dapat berfungsi secara emosional dan sosial di dunia yang lebih luas. Dengan memahami peran lingkungan dan budaya, kita dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan sosial-emosional yang sehat bagi individu di berbagai konteks sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun