Mohon tunggu...
Purwanto Siagian
Purwanto Siagian Mohon Tunggu... Freelancer - Bekerja sesuai naluri

Motto: He hath make all things beautiful in its time. Jika Dia sdh membuka jalan, tidak seorangpun bisa menghalanginya.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Daripada Beli Lem Aibon, Lebih Baik Nambah Unit Transjakarta

3 November 2019   00:26 Diperbarui: 3 November 2019   01:14 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya tidak habis ide menulis tentang temuan anggaran salah ketik, salah input dan ujung akhirnya menyalahkan sistem yang kurang smart. Ingin sekali menulis banyak hal terkait temuan ini. Di samping rasanya kok ya lucu sekaligus prihatin. 

Saya ingin sharing pengalaman menggunakan transportasi Transjakarta selama 5 (lima) hari berturut-turut, terhitung sejak Senin, tanggal 28 Oktober 2019 sampai dengan Jumat, 1 November 2019.

Memang tidak disengaja, tapi kebetulan karena mobil sedang opname alias di bengkel. Belum lagi terkendala sistem ganjil genap yang membuat agak ribet harus ganti mobil tiap hari. 

Pengalaman ini menarik sekaligus menyedihkan. Sangat yakin banyak pengguna Transjakarta mengalaminya setiap hari. Mulai dari menunggu sekian lama, monitor di traffic sistem menunjukkan berapa menit lagi Bus Way akan tiba.

Lalu begitu busnya tiba, jangan harap bisa duduk manis sambil surfing intenet, update di media sosial dan selfie.  Dapat tempat duduk pun menjadi mission impossible.

Belum lagi jumlah penumpang yang penuh sesak bergantungan. Seandainya anda punya tinggi badan yang lumayan dan diatas rata-rata tinggi badan orang kebanyakan, anda bisa melihat jenis-jenis kepala sepanjang mata memandang. Lalu sudah paati tidak bisa menghitung banyaknya junlah tangan yang menggantung untuk bertahan supaya tetap bisa berdiri tegap saat Pak Supir dengan tiba-tiba menginjak rem. 

Tentu anda yang pernah mengalaminya bisa membayangkan indahnya ketika rem mendadak, senggol kiri kanan, muka belakang tidak terelakkan. Aroma berapa ratus mulut ketika menganga bercampur dengan bau keringat. Lengkap sudah. Yang ada hanya pasrah dan menunggu dengan sabar sampai ke halte terdekat tujuan kita. 

Paling membuat kesal adalah ketika para pengendara motor, dan mobil sekarang pun seperti sudah lupa kalau jalur bus way itu steril. Dua tahun terakhir ini memang agak kurang teratur. Itu melengkapi penderitaan di dalam bus Trans Jakarta. 

Kembali ke anggaran yg fantastis itu. Di dalam bus way aku ber andai-andai. "Daripada beli lem aibon yang 82 Milyar itu, kenapa sih tidak dianggarkan di dinas perhubungan DKI beli berapa unit TransJakarta?". Kalkulator saya menekan dan membagi angka 82 milyar itu, jika digunakan untuk membeli Bus Trans Jakarta, mampu membeli 40 unit, om google menginformasikan harga 1 unit Trans Jakarta yang baru sekitar 2 Milyar. "It would be better, Pak Anies", gumanku dalam hati. Untuk apalah Lem Aibon itu, Pak? 

Sistem Trans Jakarta yang digagas oleh Gubernur sebelumnya, Pak Sutiyoso. Kemudian ke Pak Fauzy Bowo, ke Pak Jokowi, ke Pak Ahok, Pak Jarot, ke Pak Anies mestinya bisa membuat lebih baik, salah satunya dengan menambah unit TransJakarta. 

Rasa penasaranku bertambah, lalu kubuka om google:  "Berapa jumlah unit transjakarta yang akan dibeli di tahun 2019?". Direncanakan ada penambahan 310 unit. Pembagiannya adalah 100 metromini, 150 kopaja, 60 kopami. Semoga terwujud ya Pak. Hal-hal seperti ini yang harus lebih ditingkatkan. 

Semoga penambahan ini terwujud, karena tahun 2019 tinggal 2 bulan lagi. Transparansi anggaran dibutuhkan untuk pengalokasian yang tepat sasaran dan efektif. Berguna untuk kemaslahatan rakyat DKI. 

Kalau yang 310 unit ini terealisasikan di sisa 2 bulan tahun ini, saya akan buat tulisan lagi ya Pak. Memuji komitmennya dan keperduliannya kepada rakyatmu yang bergangungan naik busway setiap hari setiap pagi dan malam menjelang. 

Salam transparansi. 

02112019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun