Berawal dari cuitan William Aditya, seorang politisi muda dari PSI sekaligus anggota DPRD DKI Jakarta terkait mark-up budget APBD 2020 yang fantastis. Cuitan langsung ramai dan viral. Langsung ditanggapi oleh ribuan netizen, mulai dari kalangan awam, jurnalis, bahkan sampai pejabat. Kebanyakan dari komentarnya bernada miring. "Kok bisa ya?", ahh.. emang niatnya maling, dan seterusnya, itu kira-kira arah kedongkolan netizen.
Alih-alih tanggapan dari beberapa sumber mengatakan: "Itu salah input", " itu kan masih data mentah, masih akan di evaluasi". Lalu di ujung akhirnya menyalahkan system digital yang kurang smart. "Mestinya, system bisa auto correction kalau ada yang salah input, tidak perlu diverifikasi secara manual lagi. Systemnya sudah digital, tapi kurang pintar (smart). Harus bisa langsung alert dengan data yang dimasukkan jika memang salah". Demikian pernyataan Pak Gubernur DKI, Anies Baswedan.
Sebanarnya system E-Budgeting yang ada saat ini, bisa menampilkan data yang transparan. Semua data pemasukan dan pengeluaran dana operasional dari SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Rahasianya hanya satu yaitu: "Harus di isi dengan benar". Seperti pernyataan Pak Basuki Tjahaya Purnama, Ahok baru-baru ini: "Sistem itu berjalan baik, jika yang input tidak ada niat mark up apalagi maling uang rakyat".Â
System akan bekerja dengan baik jika data yang di input benar. Formula yang diset-up di system akan mengolah dengan baik semua data yang dimasukkan. Sudah pasti system tidak bisa berbohong, karena dia di-design untuk mengolah data yang dimasukkan. Jadi yang salah adalah data dan angka yang dimasukkan.Â
Bersyukurnya e-budgeting ini bisa menunjukkan dengan terang benderang data hasil olahan, karena bisa di access oleh banyak pihak, termasuk anggota DPR William yang pertama sekali mengangkat case ini di media social. Terima kasih Pak William, terus maju Pak, pantang mundur menjaga uang rakyat.
Sejatinya system akan mengurangi ruang gerak para pejabat-pejabat yang niatnya korupsi. Para pejabat akan alert untuk tidak main-main dengan anggaran. Sekalinya bermain-main, langsung ketangkap system. System akan membantu menjaga uang rakyat supaya aman. Keterbatasan manual dengan tenaga manusia tertolong oleh kecanggihan system yang di design. Tetapi sekali lagi bahwa system juga punya kelemahan. "Apa kelemahannya?", jawabannya adalah dia tidak bisa berbohong.
Pertanyaannya: "System digital yang lebih smart seperti apa yang akan dibuat oleh Pak Gubernur?". Pernyataan dari Pak Anies ingin mengubah sistem E-Budgeting yang ada sekarang untuk mengurangi kesalahan yang selalu berulang tiap tahun. Tapi, penulis juga ingin bertanya: " Tahun lalu bagaimana ya Pak"?. Penyelamat uang rakyat tahun ini adalah Pak William. "Saya tidak akan meninggalkan system yang kurang smart ini ke gubernur sesudah saya", seru Pak Anies lagi.
Dalam pengertian sederhana saya, mungkin maksud Pak Anies ada system yang lebih canggih dan lebih smart. Harapannya adalah, semoga ide ini bisa terwujud. Dengan demikian, pernyataan beliau tentang system yang lebih smart bukan hanya kata-kata. Tapi sekaligus bisa membantu menjaga uang rakyat triliunan rupiah di DKI Jakarta. Berharap orang-orang IT bisa membantu memberikan ide kepadanya untuk mewujudkannya.Â
Tapi percayalah Pak, semakin canggih dan smart system yang di develop maka akan semakin susah berbohongnya. Karena, sekali lagi system tidak bisa dibohongi, kita lah yang berbohong.
Terima kasih sudah memikirkan dan berjanji akan mewariskan system yang lebih baik buat pengganti bapak kedepan. Semoga terwujud di periode bapak saat ini. Selamat mengevaluasi semua data yang fantastis itu ya Pak, rakyat DKI menantikannya dengan duduk manis.
Purwanto Siagian, 01112019