Mohon tunggu...
Purwanto Siagian
Purwanto Siagian Mohon Tunggu... Freelancer - Bekerja sesuai naluri

Motto: He hath make all things beautiful in its time. Jika Dia sdh membuka jalan, tidak seorangpun bisa menghalanginya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Toba, Berbenah untuk Kemajuan

8 April 2016   15:37 Diperbarui: 8 April 2016   16:06 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Danau Toba, a paradise of batak island."][/caption]Pasca kedatangan Presiden Jokowi ke tanah Batak, membawa dampak positif. Perekonomian sudah mulai menggeliat. Bandara Silangit mulai aktif, GA Indonesia Airlines sudah ada penerbangan langsung, diikuti dengan Sriwijaya Airlines. Danau toba juga kini berbenah. Akses ke Danau Toba juga sedang di tata dengan baik dan cepat. Kalau hendak ke Danau Toba tidak perlu lagi harus ke Kuala Namu dan melanjutkan perjalanan sekitar 5 jam untuk menjangkau Danau Toba. Kini dengan 45 menit atau 1 jam sudah bisa melihat Danau Toba dari Bandara Silangit.

Masyarakat Toba seyogianya akan sangat gembira menyambut perubahan ini. Kesiapan mental, daya saing serta kemampuan mengelola kota di Toba menjadi tuntutan mendesak dan harga mati. Tidak lagi bisa meng"andal"kan tulang, amangboru, bapauda, bapatua atau siapa lagi yang punya "pangkat" atau "pengaruh" disana untuk dengan seketika menarik sanak saudara menjadi pelaku di sana sini. Di posisi ini, orang batak memang harus "berubah". Kalau tidak, jangan salahkan jika nanti yang memegang peranan penting di Toba justru bukan orang batak dan kita hanya bisa gigit jari. Era MEA memungkinkan hal itu terjadi.

Kemampuan atau kompetensi itu sendiri akan diuji dengan pembenahan daerah Toba dengan baik. Salah satu ajang National yang dilakukan setiap tahun adalah Pesta Danau Toba. Serangkain kegiatan tradisional harus dimunculkan lebih banyak dibandingkan dengan hal-hal lain yang justru tidak menggambarkan orang Batak dan Danau Toba. Dengan begitu Pesta Danau Toba dirasa lebih Toba dan bukan malah bias serta tidak mencirikan budaya Batak. Ambil saja contoh dengan musik gondang batak, tortor.

 Parade tortor bisa saja dikemas dengan kolosal. Melatih ribuan orang batak untuk manortor dengan pakaian adat lengkap, dengan gondang, tagading, seruling nan merdu, wah lengkap dan pasti sangat menarik. Sebagai bumbunya, ajak Pak Jokowi dan Bu Iriana Jokowi untuk ikut manortor kolosal ini, sehingga menjadi "marketing strategy" utk diliput media. Bisa mengundang media daerah, nasional bahkan Internasional untuk meliput. Tetapi saat ini sangat disayangkan, pesta orang batak mengalami sedikit pergeseran kepada "ajang pamer"; pamer baju cantik dan mahal, pamer perhiasan mahal, dll. 

Padahal esensinya justu di pakaian tradisionalnya bukan di baju dan perhiasan mewahnya. Jika yang ditampilkan adalah Ulos dan aksesoris batak lainnya, tentu akan menjadi unik dan menaikkan nilai jual Ulos, aksesoris batak seperti tukkot, podang, gelang, dll. Membuka mata pendatang untuk lebih mengenal Batak dari sisi budaya dan "harta" yang dimiliki Bangso Batak, bukan digantikan dengan Kebaya mahal, songket mahal, emas yang banyak, dll. 

Ada moment untuk menggunakan itu tentunya. Sebab, yang kita "jual" ke luar adalah budaya batak, bukan budaya orang lain. Itu yang dicari orang ketika menginjakkan kaki ke tanah batak. Dengan begitu, makin tersohorlah budaya batak itu sendiri: uning-uningan, gondang, lagu-lagu batak, seruling, ulos, dll. Semakin banyak yang menulis, mengekspos serta memberikan testimoni ketika melihat tampilan itu, akan membawa berkah untuk kemajuan tanah batak. 

Budaya itu juga tidak lepas dari kualitas masyarakat dalam menyambut orang asing/pendatang/wisatawan. Banyaknya cuitan negatif tentang masyarakat batak toba khususnya terhadap wisatawan/pendatang membuat mereka malas untuk berkunjung kembali. Misalnya saja harga makanan, atau souvenir yang dijual. Harga kepada turis/wisatawan akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang lokal. Hal ini menimbulkan sinyal ketidakpercayaan lagi dan cenderung antipati. Sehingga mengharapkan mereka untuk merekomendasikan tanah batak kepada orang lain menjadi kemustahilan.

 Pun menjaga kebersihan harus menjadi prioritas utama di tanah Batak. Kebersihan adalah sebagian dari Iman. Statement ini sangat benar, bagaimana kita meng'cliam diri kita beriman sementara penampilan phisik kita sangat kotor? sampah ditemukan dimana-mana, toilet bau amoniak dan tidak ada air. Hal-hal ini membuat ketidaknyamanan.

Berbenah, menjadi tanggung jawab orang batak dimanapun berada. Sekecil apapun kontribusi yang kita berikan akan membawa angin segar untuk kemajuan orang batak. Slogan, Batak adalah peta kemiskinan, harus segera dihapus. Bukan hanya karena tanah batak sebenarnya kaya, tetapi lebih daripada itu, orang batak banyak yang cukup berhasil dan hebat-hebat. Dan tanah batak diberkati Tuhan dengan panorama alam yang amat sangat indah. Sudah waktunya berubah dan berbenah. Trimakasih sekali lagi untuk Pak Jokowi untuk perhatiannya kepada tanah batak.

Mari ke danau Toba... 

@purwanto_9gian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun