Mohon tunggu...
Purwanto
Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar menulis

Pendidik Anak Berkebutuhan Khusus di SLB AC Dharmawanita Kabupaten Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dikirim Allah Ke Dunia Kepingan Surga

15 Agustus 2021   13:10 Diperbarui: 16 Agustus 2021   04:42 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Pertama aku menjadi guru 15 tahun silam masih teringat dengan  jelas di benakku. Ibu kepala sekolah dengan senyum ramahnya berkata " Dek, njenengan seminggu ini jangan pegang kelas dulu, mengamati anak - anak belajar saja dulu biar tahu". Akupun mematuhi pesan beliau. 

Seminggu itu aku hanya berkunjung ke kelas - kelas, memperkenalkan diri ke bapak ibu guru dikelas - kelas sebagai calon guru baru sambil mengamati cara belajar anak - anak. 

Tak terasa seminggu sudah waktu berlalu.  Waktuku pagi itu untuk menghadap ibu kepala sekolah untuk memutuskan sudah siapkah menjadi guru disekolah yang beliau pimpin. 

Pagi itu sehabis sholat subuh hatiku jadi galau tidak karuan. Aku bingung. Aku teruskan menjadi guru disekolah ini apa tidak ya? 

Bagaimana tidak galau? Selama seminggu aku mengunjungi sekolah yang  tidak biasa dan lebih cocok aku sebut sekolah aneh atau sekolah unik yang memunculkan rasa syukur. 

Sekolah itu  kecil seukuran SD Negeri di desa - desa. Meskipun kecil, sekolah itu menampung murid - murid dari berbagai jenjang mulai dari TK,SD, SMP sampai SMA. Tiap satu ruangan yang berukuran 7x8 meter ada empat bilik. 

Satu bilik  dihuni 4-7 siswa dengan 1 guru kelas.  Yang membuat aku kaget adalah  hampir semua siswanya mengalami gangguan bicara. 

Andaipun ada yg bisa bicara, ucapannya tidak begitu jelas.  Wajah anak - anak itu lugu dan bahkan ada yang lucu seperti wajah anak - anak bangsa mongolia. 

Di Sekolah itu ada 2 anak yang lancar berbicara namun yang membuatku sedih adalah mereka berdua  mengalami gangguan pengelihatan. Yang satu hanya mampu memandang benda yg sangat dekat sedangkan satunya Tunanetra atau buta. Salah satu dari mereka dengan santainya bercanda " iya Pak, bagi kami  dunia ini SMS. " lho apa maksudnya SMS, Niko? 

Dia menjawab :" Siang Malam Sama " . "Ha..ha..ha.."mereka pun tertawa.  Aku yang mendengar candaan mereka hampir menangis membayangkan betapa gelapnya hari - hari kedua anak ini dan bagaimana masa depan mereka nanti karena mereka buta. 

Seminggu bergaul dengan anak - anak yang sulit menerima pelajaran dan dua anak Tunanetra disekolah itu membuatku banyak bersyukur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun