Mohon tunggu...
Tiyan Purwanti
Tiyan Purwanti Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjadi Seorang Triffa

24 Mei 2017   12:37 Diperbarui: 24 Mei 2017   13:12 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi apakah saya benar-benar kasihan padanya? atau justru sebenarnya saya yang mesti dikasihani. Bukankah dulu di zaman para Nabi, terutama Nabi Muhammad SAW, beliau lebih diuji untuk tahan banting oleh Allah. Semasa kecilnya dia sudah diasuh oleh kakeknya, lalu pamannya, hingga ikut berhijrah untuk berdagang. Kesuksesan Nabi dengan sikap amanah, jujur dan terpercaya itu mengantarkannya pada seorang saudagar kaya raya, Khadijah. Seorang janda yang diam-diam memperhatikan sang Nabi dan akhirnya menikahinya.

Jadi mengapa saya harus terlalu mengasihani Trifa? Tidak seharusnya saya memandang pekerjaannya itu dengan iba. Trifa bahkan lebih mulia, bukan?!. Sekecil itu sudah bisa membantu orangtuanya. Tidak nakal dan manja. Tidak jajan yang berlebihan. Mungkin ini cara Allah membuatnya tumbuh dengan baik. Ketika anak-anak lainnya merengek minta gedget, Triffa belajar berusaha, menaruh hormat pada orang tua, belajar sabar menghadapi kemauan pelanggan ibunya, be-rendah hati, tidak cengeng dan penuh drama (kayak saya,yang labilan).

Saya pernah iseng bertanya padanya, tentang cita-cita. Dijawabnya aneh sekali.

“Saya ingin seperti mba Tiyan”

Loh!

Sedikit ada perasaan tersanjung. Mengapa? (Apa karena Mba Tiyan cantik dan glowing? oh kenarsisan paling parah)

“Bisa tahu komputer”

Yah, saya kira bercita-cita menjadi penulis.

Kebiasaan ‘buruk’ saya dengan membanding-bandingkan orang lain, bukanlah maksud untuk mengasihani. Pun bila harus membandingkan dengan orang kaya sekalipun, itu seperti pembelajaran berharga. Untuk menerima kenyataan, lalu menjalani, dan hadapi. Ada hal yang patut diyukuri dan dinikmati.

grand-59251c0ce422bdd82d4f4045.jpg
grand-59251c0ce422bdd82d4f4045.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun