Mohon tunggu...
Tiyan Purwanti
Tiyan Purwanti Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Paruh Waktu dengan Segala Kebaikan

5 Mei 2017   13:05 Diperbarui: 8 Mei 2017   12:08 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bawa!” dengan nada perintah. Aduh, kebaikan mereka justru membuat saya malu sekali.

Mereka tidak suka membaca buku dan duduk santai seperti saya. Mereka lebih suka bekerja dan beramah-tamah dengan pembelinya. Mereka tidak harus mencari ilmu dengan sekolah dan kuliah tinggi. Mereka sudah diajari langsung oleh kehidupan; pahit manisnya kenyataan yang membuat mereka menjadi ibu-ibu tangguh. Beda dengan orang-orang yang mengaku berpendidikan, yang seharusnya semakin berisi semakin merunduk, bukannya sebaliknya.

Ada juga yang membuat saya terkejut, pemahaman-pemahaman hidup yang sering saya peroleh lewat buku justru mereka bisa pahami sendiri tanpa buku. Dengan melihat kenyataan saja sudah cukup membuat mereka cerdas, rasanya.

“Bude tidak takut miskin, Nduk. Bude sudah kenyang dengan kemiskinan. Bude sudah merasakan semua kekurangan. Kondisi yang sekarang Bude syukuri apa adanya. Allah sudah kasih nikmat ke Bude luar biasa. Memberikan kamu ini dan itu samasekali tidak membuat Bude kekurangan. Makanya kamu gak usah nolak-nolak kalau Bude lagi kemasukan malaikat..”

“Zaman sekarang dan dulu itu jauh berbeda, Nduk. Dulu orang melahirkan tidak ada operasi. Melahirkan ya melahirkan. Menunggu hingga waktunya bayi keluar, bukan seenaknya dokter langsung memutuskan operasi kalau jam sekian bayi belum keluar. Sudah ada jalannya dan jangan dipaksa. Kamu kalau mau melahirkan jangan mau dibodoh-bodohi. Maksud Bude, kamu periksa posisi bayi, dan kalau tidak ada masalah lebih baik normal ya”

“Maunya sih begitu, Bude. Masalahnya kalau bicara melahirkan sama saja bicarain siapa calon Bapaknya”

Kami tertawa bersama.

Kebaikan itu ada dimana-mana. Kebaikan terkadang banyak ditemukan di sekitar orang-orang ‘kecil’ yang justru berjiwa besar. Semoga kita (terutama saya) terhindar dari pembicaraan yang malah mengarah pada gossip dan mencela orang lain. Semoga kita (terutama saya) bisa menjadi pribadi yang mau terus belajar. Belajar dari hal kecil sekalipun. Dan saya bersyukur dengan semua yang Tuhan berikan; kebaikan, juga bertemu orang-orang berbeda. Yang unik dan mengesankan.

Aimas, 05 Mei 2017

14563488-1107580072612005-7071399144014119165-n-590c15ea0f977360098b4567.jpg
14563488-1107580072612005-7071399144014119165-n-590c15ea0f977360098b4567.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun