Selama ini ban luar bekas, terutama ban bekas truk, sudah banyak didaur ulang menjadi berbagai barang kerajinan bandol (ban bodol)seperti sandal, tali, ember, meja dan kursi taman, ayunan, pot bunga, dsb.
[caption id="attachment_355978" align="aligncenter" width="478" caption="dok. prodezign.web.id, sarangkreativitas.blogspot.com dan indobisnisblog.wordpress.com"][/caption]
Namun sayangnya ban dalam bekas nampaknya belum banyak dimanfaatkan dan biasanya hanya teronggok begitu saja di halaman rumah, bengkel atau tepi jalan. Menyadari fenomena itu, Sindu Prasetyo, seorang warga Desa Tetep Gambir Salatiga berinovasi memanfaatkan limbah tersebut menjadi barang-barang yang berguna.
Setelah melewati banyak eksperimen akhirnya pada tahun 2010 Sindu berhasil mengubah ban dalam bekas tersebut menjadi berbagai barang kerajinan unik. Dia menyebut pembuatan kerajinan tersebut sebagai up cycle yaitu proses mengubah barang bekas menjadi barang baru yang berguna atau memiliki nilai lingkungan yang lebih baik.
[caption id="attachment_355979" align="aligncenter" width="232" caption="dok.liveupclycled.com"]
Produk kerajinan apa aja yang dihasilkan?
Sindu sekarang memproduksi sekitar 30 jenis kerajinan unik dari ban dalam bekas, antara lain berupa berbagai aksesoris seperti gelang, gantungan kunci, dompet, tas, tas laptop dsb. Harga per item antara Rp 20.000 hingga Rp 450.000, tergantung jenis produknya.
[caption id="attachment_356055" align="aligncenter" width="384" caption="dok.ciputraentrepreneurship.com"]
Menurut Sindu, produk kerajinannya memiliki berbagai keunggulan dibanding kerajinan daur ulang dari bahan lain. Keunggulannya antara lain kuat, tahan lama, tahan terhadap air, dan penampilan unik mirip kerajinan dari kulit.
[caption id="attachment_356057" align="aligncenter" width="300" caption="dok.jualdisurabaya.com"]
Hasil karyanya disukai wisatawan asing
Pada tahun 2010 ketika memulai usaha kerajinan daur ulang ini, Sindu menitipkan barang-barang hasil karyanya ke 2 buah toko kerajinan di Yogyakarta. Ternyata hasil karyanya mendapat sambutan cukup menggembirakan, terutama dari para wisatawan asing. Untuk memperluas pasar, sekarang Sindu juga mulai menjual produknya secara online.
Menciptakan peluang usaha ekonomi kreatif
Usaha daur ulang ban dalam bekas yang dilakukan Sindu ternyata bisa menciptakan peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya. Setelah 5 tahun menjalankan usahanya, kini Sindu dibantu 10 orang temannya. Kemudian Sindu dan teman-temannya itu membentuk Komunitas Sapu yang aktif mengkampanyekan isu-isu lingkungan kepada kaum muda.
[caption id="attachment_356058" align="aligncenter" width="335" caption="dok.kompas.com"]
Setiap bulan Sindu mampu mengerjakan pesanan sekitar 1.250 item. Sebanyak 1.000 item adalah pesanan pembeli di luar negeri antara lain Belanda, Belgia, Italia, Perancis, Inggris, Amerika, dan Australia. Sementara sisanya dikirim ke sejumlah toko di Yogyakarta dan Bali.
Menangguk untung sekaligus mengurangi polusi lingkungan
Selain merusak estetika, ban-ban bekas yang dibuang begitu saja di lingkungan sekitar dapat menjadi sarang nyamuk yang rawan menyebarkan virus demam berdarah. Ban-ban bekas berbahan sintetik itu juga tidak dapat terurai oleh mikroorganisme tanah.
[caption id="attachment_355986" align="aligncenter" width="277" caption="dok.lenteraiman.com"]
Jika ban bekas dibakar, akan berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Bahan ban dalam mengandung minyak extender 25 persen yang berasal dari benzena, stirena, turunan benzena, dan butadiena. Proses pembakaran ban bekas tersebut akan mengubah kandungannya menjadi gas dan asap yang mengandung partikel-partikel halus zinc oxide yang dapat menyebabkan peradangan di paru-paru. Selain itu pembakaran ban juga akan menghasilkan emisi dioksin dan merkuri yang bersifat karsinogenik atau memicu kanker dan sekaligus menambah konsentrasi gas rumah kaca.
Terkait hal itu inovasi yang dilakukan Sindu patut diberi apresiasi. Selain menciptakan peluang usaha ekonomi kreatif bagi dirinya dan komunitasnya, usaha kerajinannya itu juga sekaligus untuk mengurangi polusi lingkungan.
Salam go green!
***********
Bacaan:
http://en.wikipedia.org/wiki/Upcycling
http://radarsemarang.com/semarang-metropolis/mengenal-sindu-prasetyo-dan-komunitas-sapu-salatiga/
http://berita.suaramerdeka.com/dari-ban-bekas-truk-jadi-aksesoris-menarik/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H