[caption id="attachment_351309" align="aligncenter" width="257" caption="Pakaian tradisional perempuan Aeta (dok. John Luther Garcia)"]
Pakaian tradisional itu mereka kenakan saat mereka mengadakan upacara penyambutan bagi kami di halaman gereja. Dengan antusias mereka menyanyi dan menari diiringi musik tradisional hingga tengah malam, kebetulan saat itu malam bulan purnama. Mereka juga menjamu kami dengan rice bamboo, yaitu beras dicampur ikan dan santan kemudian dimasukkan dalam bambu dan dibakar, semacam lemang di Sumatra.
Keyakinannya
Sekarang secara formal suku Aeta beragama Kristen Protestan. Meskipun begitu dalam keseharian mereka tetap memegang teguh kepercayaannya pada Dewa Apo Namalyari dan juga menghormati roh gunung, sungai, lautan, langit, dan tempat-tempat lainnya. Mungkin karena menghormati roh-roh alam maka selama ribuan tahun mereka hidup dalam keselarasan dengan alam.
Itu sepenggal kenangan saya selama 2 hari bersama suku Aeta di Pampanga. Mereka awalnya mengira saya orang Filipino. Setelah saya jelaskan saya dari Indonesia, mereka memandangi wajah saya sembari komentar, “Really, you look like a Pinoy”.
http://kwekudee-tripdownmemorylane.blogspot.com/2012/10/aeta-people-one-of-first-natives-of.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H