Mohon tunggu...
Purwani Febriyanti
Purwani Febriyanti Mohon Tunggu... Guru - educator enthusiast

Halo, Saya Febri, saat ini saya berprofesi sebagai pengajar di salah satu sekolah di Jakarta. Saya memiliki minat dalam bidang pendidikan dan permasalahannya. Melalui tulisan saya di Kompasiana, saya berharap dapat berkontribusi dalam memberikan sudut pandang yang berbeda dan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang berbagai isu pendidikan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Generasi Alpha dan Pendidikan Era Society 5.0

20 Mei 2024   21:09 Diperbarui: 24 Mei 2024   02:59 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi Baby Boomers, X, Y, Z, Millenials, dan Alpha(pexels.com/ Ron Lach via kompas.com) 

Gagasan Indonesia Emas 2024, Sumber Daya Manusia Unggul dan segenap mimpi-mimpi Indonesia yang sering kita dengar seperti membawa optimisme bagi generasi muda Indonesia. 

Upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan mampu bersaing baik secara nasional maupun global tentu sangat berkaitan dengan proses pendidikan saat ini. Dengan pendidikan yang baik, generasi muda dapat dipersiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. 

Namun, dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, pendidikan juga harus terus beradaptasi agar tetap relevan dan efektif.

Para pendidik saat ini sedang menghadapi berbagai permasalahan yang menantang di era disrupsi dan seiring masifnya perkembangan teknologi digital seperti Artificial Intellegence yang kita kenal hari ini. 

Seperti yang kita ketahui, saat ini terjadi kesenjangan generasi yang semakin besar antara guru dan siswa. Guru-guru yang mengajar saat ini umumnya sudah berbeda secara signifikan dalam hal usia dengan para siswanya. Hal ini tentu membawa tantangan tersendiri dalam proses pembelajaran. 

Jika sebelumnya mereka harus menghadapi siswa generasi Z, kini mereka juga dituntut untuk bisa mengajar siswa generasi Alpha. 

Generasi Alpha, yang merupakan generasi yang lahir setelah tahun 2010, dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang belum pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya.

Istilah generasi Alpha dipopulerkan oleh Mark McCrindle, menurutnya Gen-A yang merupakan anak dari generasi X dan Y yang sebagian besar merupakan orang tua pengguna digital native (lahir dan besar di era internet yang telah meluas). 

Para generasi Gen-A ini merupakan individu yang sudah akrab memainkan gawainya dan piawai bersosial media melalui dunia maya.

Pola pengasuhan dan kebiasaan yang dilakukan Generasi Alpha ini tentu berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Akrabnya Generasi Alpha dengan gawai dan internetnya tentu memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan kita. Dimulai dari perubahan cara belajar, cara mereka menerima suatu informasi dan cara mereka bersosialisasi. 

Dengan adanya teknologi, ruang dan waktu seakan tidak lagi menjadi batasan. Sering kita lihat hari ini, anak-anak dapat terhubung dengan teman-temannya tanpa harus bertatap muka. Aneka permainan digital ataupun aplikasi gim, berbagai video edukatif dan lainnya sangat mudah diakses oleh mereka.

Kemudahan akses informasi dan wawasan membuat Generasi Alpha merupakan generasi yang cerdas dibandingkan generasi sebelumnya. 

Menurut penelitian Generasi Alpha memiliki ciri keinginan yang kuat untuk mempelajari hal-hal terkait minatnya, keterbukaan terhadap proses inquiry, berpikir dan bernalar logis, bahkan antuasiasme untuk mencari sumber pengetahuan lain yang tidak diajarkan oleh guru. 

Menurut Yurtseven dan Karadeniz (2020) Generasi Alpha memiliki kemampuan dalam pemikiran strategis, meliputi memilih, mengklasifikasikan dan mengolah informasi dengan tepat. Selain itu mereka juga memiliki jiwa kreatif tinggi dan karya orisinal.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Tahun 2022 Indonesia akan mencapai angka 79,1 juta jiwa penduduk di rentang usia 0-17 tahun. Generasi pada usia ini akan tersebar pada jenjang pendidikan TK hingga SMA.

Tentunya hal ini menjadi moment yang tepat bagi Pendidik untuk dapat mewujudkan generasi emas Indonesia melalui pendidikan terbaik dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Generasi Alpha. Jenjang pendidikan dasar merupakan waktu yang tepat bagi pembentukan dan pengembangan potensi diri anak.

Mengoptimalkan Proses Pembelajaran Generasi Alpha

Tantangan-tantangan pendidikan Gen Alpha ini juga merupakan tantangan abad ke-21, di mana kita berada dalam era disrupsi di mana segala sesuatu berubah dengan cepat dan tidak terduga. 

Kemajuan teknologi yang mereka dapatkan bisa saja berdampak buruk, bila tidak mendapatkan bimbingan yang tepat. Akses informasi yang mudah juga membuka peluang terhadap hal-hal yang tidak baik. 

Namun, bukan berarti mengurung mereka dari teknologi menjadi jalan keluar. Guru-guru pun dihadapkan pada tugas yang semakin berat untuk dapat memberikan pendidikan yang berkualitas kepada para siswa. 

Sikap guru dalam menghadapi tantangan ini sangatlah penting. Mereka perlu memiliki sikap yang terbuka terhadap perubahan, kreatif, inovatif, dan selalu belajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka berikan.

Salah satu perubahan paradigma pendidikan yang perlu dilakukan adalah menggeser fokus pembelajaran dari sekadar menghafal informasi menjadi pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

Generasi Alpha memiliki gaya belajar yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka memiliki kebutuhan yang spesifik dan berbeda pula. 

Membimbing dan mendampingi proses belajar mereka yang terbiasa dengan dunia virtual dan Artificial Intelligence tentu akan sangat menantang.

Perubahan paradigma pertama yang harus dilakukan guru adalah alihkan fokus pada keterampilan siswa daripada konten pembelajaran. Melalui teknologi digital konten pembelajaran dapat dieksplorasi siswa dengan mudah. 

Guru sebaiknya mulai mengenalkan anak pada kemampuan metakognisi. Siswa belajar cara berpikir-bukan hanya apa yang harus mereka pikirkan tetapi tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka pilih.

Perubahan kedua yang selanjutnya harus dilakukan guru adalah menyediakan fleksibiltas yang lebih besar disertai dengan tujuan yang lebih besar untuk berkolaborasi dalam membuat suatu ide, gagasan, maupun produk secara inovatif dan kreatif yang kemudian mampu mereka komunikasikan secara digital baik lokal maupun global.

Perubahan ketiga yakni berikan ruang dan kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dan menemukan cara kreatif untuk membuat sesuatu yang berbeda. Misalnya menggunakan sesuatu yang familiar dengan dunia mereka seperti gamifikasi atau eksplorasi langsung di alam (back to nature).

Memberikan kesempatan anak untuk berkolaborasi dan menghasilkan produk | Dok Pribadi
Memberikan kesempatan anak untuk berkolaborasi dan menghasilkan produk | Dok Pribadi

Kegiatan Berkelompok mengumpulkan informasi | Dok Pribadi
Kegiatan Berkelompok mengumpulkan informasi | Dok Pribadi
GMemfasilitasi kegiatan eksperimen langsung | Dok Pribadi
GMemfasilitasi kegiatan eksperimen langsung | Dok Pribadi

Pendekatan Pembelajaran Inkuiri untuk Menghadapi Era Society 5.0

Pendidikan di era society 4.0 fokus pada tiga aspek utama, yaitu literasi data, literasi manusia, dan literasi teknologi. Metode pembelajaran yang digunakan pada masa ini mengkolaborasikan antara hybrid learning dengan problem based learning. 

Kini paradigma tersebut segera digantikan oleh era society 5.0, di mana gagasan utamanya memanfaatkan teknologi big data yang dikumpulkan melalui Internet of Things (IoT) untuk diolah menjadi Artificial Intelligence (AI) dengan tujuan mempermudah aktivitas manusia. 

Di masa depan mungkin manusia akan terbiasa hidup dan berinteraksi langsung dengan robot buatan. Untuk menghadapi perubahan teknologi yang sangat cepat ini tak cukup rasanya apabila hanya dengan upaya-upaya digitalisasi pendidikan ataupun pemanfaatan AI yang membuat masyarakat kita sebagai target user produk negara lain. 

Pendidikan sebaiknya mampu mempersiapkan siswa menjadi sumber daya manusia yang terampil, kreatif, dan inovatif serta memiliki agility dalam menghadapi zaman yang penuh dengan ketidakpastian.

Saran bagi pendidik untuk mempersiapkan pendidikan generasi Alpha di era Society 5.0 yakni pembelajaran berpikir tingkat tinggi melalui pembelajaran inkuiri. 

Pembelajaran berpikir tingkat tinggi ini akan membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif. 

Selain itu, pembelajaran inkuiri juga menjadi penting dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mencari, mengumpulkan, dan menganalisis informasi secara mandiri.

Melalui pembelajaran inkuiri siswa dapat mencapai kemandirian belajar. Kemandirian belajar ini akan membentuk keterampilan multidimensional yang termanifestasikan dalam proses belajar siswa. 

Melalui pembelajaran inkuiri siswa akan "mengatur" yang berarti mampu dan 1) memahami tujuan belajarnya, 2) menetapkan materi yang ingin diketahui, 3) memilih metode belajar sesuai dengan gaya belajarnya, 4) menentukan waktu, tempat dan tempo belajar efektifnya, 5) melakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil belajarnya. Proses ini tidak hanya mengembangkan keterampilan berpikir siswa tetapi juga kematangan emosionalnya.

Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pembelajaran inkuiri diantaranya :

  • Guru membiasakan siswa dengan pertanyaan, masalah dan wawasan spekulatif serta keterbukaan pada perubahan yang ekstrem. Isu-isu global seperti human-machine, ancaman big data, neurosains sebaiknya dikenalkan agar siswa dapat berpikir global.
  • Kegiatan eksplorasi atau investigasi diarahkan untuk dapat meneliti, mengobservasi secara mendalam dan memotivasi rasa ingin tahu siswa.
  • Guru mendorong siswa untuk dapat menciptakan baik suatu ide, pemahaman maupun gagasan sesuai dengan hasil informasi yang dikumpulkan
  • Guru membuka ruang diskusi yang fleksibel dan memberikan feedback efektif
  • Guru memberikan kesempatan siswa untuk selalui merefleksikan hasil belajarnya dan membukanya pada pengembangan alternatif pemecahan masalah yang konkret.

Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan pendidik seminimal-minimalnya dalam rangka membekali Generasi Alpha menjadi sumber daya manusia unggul yang dapat bersaing di dunia global. 

Tanpa bermaksud mengindari pemanfaatan artificial intelligence akan tetapi mempersiapkan mereka menjadi generasi yang memiliki spirit belajar, tidak berhenti berpikir, resilience dan aktualitatif untuk menghadapi perubahan yang melampaui zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun