Mohon tunggu...
Muhammad Eko Purwanto
Muhammad Eko Purwanto Mohon Tunggu... Dosen - ALUMNI S3 UNINUS Bandung

Kuberanikan diri mengubah arah pikiran dan laku. Menyadarinya tanpa belenggu, dan identitas diri. Memulai hidup, merajut hidup yang baru. Bersama Maha Mendidik, temukan diri dalam kesejatian. Saatnya berdamai dengan kesederhanaan. Mensahabati kebahagiaan yang membebaskan. Cinta, kebaikan, dan hidup yang bermakna, tanpa kemelekatan yang mengikat. Hidup berlimpah dalam syafaat ilmu. Mendidikku keluar dari kehampaan. Hidup dengan yang Maha Segalanya, Menjadi awal dan akhirnya dari kemulyaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kecerdasan Tubuh: Hikmah Al-Ghazali dalam Penyembuhan Diri ?!

5 November 2024   11:37 Diperbarui: 5 November 2024   11:39 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mengulangi kata-kata Al-Ghazali, bahwa hati manusia adalah cermin yang siap menangkap cahaya dari kekuatan ilahiah, kita diingatkan bahwa kecerdasan tubuh tidak selalu berdasarkan pengetahuan yang dapat diukur. Kadang-kadang, ini adalah kepercayaan buta, suatu lompatan iman dalam kemampuan diri sendiri yang melampaui pemahaman logis.

Menyadari bahwa tubuh dan pikiran memiliki kemampuan penyembuhan yang besar adalah langkah penting dalam memelihara kesehatan kita. Mengetahui kapan harus bertindak, kapan harus berdamai, dan kapan harus membiarkan proses alamiah mengambil alih adalah seni yang memerlukan kebijaksanaan dan intuisi yang mendalam. Marcus Aurelius mengatakan, "Kesehatan kehidupan kita adalah hasil dari ketenangan jiwa," menggarisbawahi pentingnya kebijaksanaan batin dalam menghadapi tantangan kesehatan.

Akhirnya, dengan memahami dan menghargai kemampuan tubuh untuk menyembuhkan, kita membuka diri terhadap cara pandang yang lebih seimbang terhadap kesehatan. Sebagaimana Al-Ghazali memperingatkan kita tentang menjaga keseimbangan antara dunia material dan spiritual, kita diingatkan untuk merangkul keajaiban proses alami, sambil dengan arif menilai kapan intervensi diperlukan.

Dengan menyesuaikan perspektif klasik dan modern tentang kecerdasan tubuh, kita memperkaya cara kita mendekati kesehatan dan penyembuhan. Kita memahami bahwa penyembuhan bukan hanya tentang menghilangkan gejala atau penyakit, tetapi juga tentang mencapai kesejahteraan yang mendalam dan menyeluruh. Ini adalah perjalanan kembali ke dalam diri, merenungkan kedamaian batin, dan mempercayai harmonisasi tubuh dengan alam semesta.

Hikmah dari para filosof masa lalu seperti Al-Ghazali, dan pemikiran modern dari tokoh seperti Dolores Cannon, memberikan kita peta yang berharga. Ia mengarahkan kita kepada pemahaman bahwa kecerdasan tubuh adalah hadiah yang harus dihargai dan diapresiasi. Merawat tubuh dengan cinta, mendengarkan kebutuhan alaminya, kita bisa menemukan kunci penyembuhan sejati yang selalu ada dalam diri kita. Ini adalah seni saling mempercayai --- tubuh, pikiran, dan jiwa --- dalam harmoni yang selaras. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 5 November 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun