Mohon tunggu...
Muhammad Eko Purwanto
Muhammad Eko Purwanto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa S3 UNINUS Bandung

Kuberanikan diri mengubah arah pikiran dan laku. Menyadarinya tanpa belenggu, dan identitas diri. Memulai hidup, merajut hidup yang baru. Bersama Maha Mendidik, temukan diri dalam kesejatian. Saatnya berdamai dengan kesederhanaan. Mensahabati kebahagiaan yang membebaskan. Cinta, kebaikan, dan hidup yang bermakna, tanpa kemelekatan yang mengikat. Hidup berlimpah dalam syafaat ilmu. Mendidikku keluar dari kehampaan. Hidup dengan yang Maha Segalanya, Menjadi awal dan akhirnya dari kemulyaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melampaui Bayang-bayang: Mengatasi Ketakutan Karier yang Menghantui Pikiran?!

29 Agustus 2024   14:46 Diperbarui: 29 Agustus 2024   14:49 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Muhammad Eko Purwanto

Ketika berbicara tentang mengejar karier, sering kali kita dihadapkan pada tantangan mental yang bercokol dalam bentuk ketakutan dan kecemasan. Pikiran-pikiran ini bagaikan bayang-bayang yang terus menghantui langkah kita, menghalangi diri untuk berkembang dan mencapai potensi penuh. 

Dalam situasi ini, kita diharuskan tidak hanya memahami ketakutan kita, tetapi juga melampauinya. Meminjam kata-kata bijak dari Rumi, seorang sufi terkenal, "Tugasmu bukanlah mencari cinta, melainkan hanya mencari dan menemukan semua penghalang dalam dirimu yang telah kau bangun untuk melawannya." Begitu pula, tugas kita adalah untuk mencari dan menaklukkan semua tembok ketakutan yang kita bangun dalam pikiran kita sendiri terkait karier !?

Ketakutan pada kegagalan, ketidakpastian, dan penilaian orang lain adalah beberapa faktor utama yang sering mengganggu kesejahteraan mental kita dalam dunia kerja. Ketika kita membiarkan pandangan negatif ini mendominasi, kita menyerahkan kendali hidup kita kepada kekuatan eksternal yang tidak seharusnya memiliki kuasa atas kebahagiaan kita. 

Albert Camus pernah mengatakan, "Kehidupan dihadapkan pada absurditas, tetapi kita harus menemukan kebahagiaan di dalamnya." Kita harus menyadari bahwa ketidakpastian merupakan bagian dari eksistensi manusia yang absurd, dan daripada melawannya, kita bisa menemukan kebahagiaan dengan menerima dan mengatasinya.

Filsafat perilaku manusia, terutama yang berkembang dari pemikiran peripatetik para filosof Muslim seperti Al-Farabi dan Ibn Sina, menekankan pentingnya akal dan logika dalam menghadapi ketakutan tersebut. Al-Farabi berbicara tentang 'kebajikan intelektual', yaitu kemampuan untuk berpikir rasional dan mengambil keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. 

Dalam konteks karier, ini berarti menganalisis ketakutan dengan cara yang logis dan rasional sehingga kita dapat membedakan antara ancaman nyata dan kekhawatiran yang dibesar-besarkan.

Ibn Sina, dengan pemikirannya yang meluas tentang jiwa, juga menyumbangkan pemahaman penting tentang kesehatan mental. Menurutnya, kesehatan mental dan fisik harus dipandang sebagai satu kesatuan, dan kita harus menjaga keseimbangan antara keduanya untuk mencapai kehidupan yang memuaskan. Dengan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu istirahat, serta mencari dukungan dari lingkungan sosial kita, kita dapat mengelola kecemasan karier dengan lebih baik. Seperti air yang mengalir melewati bebatuan, kita juga harus belajar untuk mengalir melewati ketakutan yang menghadang tujuan kita.

Gambar: Dok. Pribadi.
Gambar: Dok. Pribadi.


Meminjam pemikiran John Stuart Mill, "Kebebasan adalah pencarian kebenaran." Dalam perjalanan karier, kebebasan ini terwujud ketika kita melepaskan diri dari belenggu ketakutan yang tidak beralasan. Menemukan kebenaran tentang diri kita dan potensi kita sendiri memungkinkan kita untuk membuat pilihan yang lebih tepat dan memuaskan. 

Seperti apa yang disampaikan oleh Nietzsche, keberanian untuk menghadapi ketakutan adalah langkah penting dalam menemukan makna hidup. "Dia yang memiliki alasan untuk hidup dapat menanggung hampir semua cara," katanya. Menemukan 'mengapa' kita dalam berkarier, akan membantu kita mengatasi rintangan 'bagaimana' ?!

Dari segi praktis, penting juga untuk menerapkan pemikiran ini dalam tindakan nyata. Latih diri Anda untuk menghadapi ketakutan secara bertahap. Mulailah dengan menetapkan tujuan kecil yang realistis dan dapat dicapai. Rayakan setiap pencapaian kecil dan gunakan mereka sebagai landasan untuk menghadapi tantangan yang lebih besar. Dalam filsafat, ini dikenal sebagai prinsip progresivitas, kemajuan bertahap namun pasti menuju ke tujuan akhir.

Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi dan filsuf Stoic, pernah menyatakan, "Betapa jauh lebih buruk adalah konsekuensi dari kemarahan dan ketakutan daripada penyebab dari keduanya." Dengan mengendalikan kemarahan dan ketakutan kita terhadap kegagalan, kita dapat menghindari konsekuensi yang lebih parah yang mungkin timbul dari reaksi yang tidak terkontrol. Refleksikan tentang ketakutan-karier Anda; apakah mereka benar-benar sepadan dengan energi emosional yang Anda investasikan?

Dengan perkembangan teknologi dan perubahan cepat dalam industri, ketidakpastian karier tidak dapat dihindari. Namun, kita memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana kita meresponnya. Mengambil perspektif yang lebih luas dan menempatkan diri kita dalam pusat dari tindakan kita sendiri adalah cara yang baik untuk merasa lebih berdaya. Seperti yang diusulkan oleh Al-Ghazali, kita harus memurnikan hati dan pikiran kita untuk melihat kebenaran yang lebih tinggi dari tujuan hidup kita, melampaui ketakutan-ketakutan kecil yang menyesakkan.

Kita juga bisa mengambil pelajaran dari filsafat Timur, yakni Taoisme yang menekankan pada kesederhanaan dan harmoni dengan alam. Dalam pernyataan Lao Tzu, "Apa yang oleh ulat disebut sebagai akhir, oleh dunia lainnya disebut sebagai kupu-kupu." Sering kali, kita harus menghadapi akhir dari fase tertentu dalam karier kita untuk memulai sesuatu yang baru. Mengambil risiko dan melangkah ke dalam ketidakpastian adalah proses alami pertumbuhan.

Dengan begitu, pemikiran tentang ketakutan akan berubah dari menjadi musuh menjadi sekutu. Ketakutan yang kita rasakan tidak lagi menahan kita, tetapi mendorong kita untuk berani menjelajahi jalan baru. Seperti pandangan Rumi, "Luka adalah tempat cahaya masuk ke dalam dirimu." Ketakutan karier bisa menjadi 'luka' yang mengarahkan kita pada pencerahan diri dan kemajuan.

Pada akhirnya, perjalanan untuk melampaui bayang-bayang ketakutan dalam karier kita, melibatkan pemahaman yang mendalam tentang diri kita sendiri dan pandangan filosofis tentang kehidupan. Ketika kita membekali diri dengan kebijaksanaan dari para pemikir besar dan menerapkannya dengan tindakan nyata, maka kita dapat menemukan ketenangan dalam diri kita sendiri dan berjalan dengan keberanian menuju masa depan yang kita impikan. 

Seperti yang diungkapkan oleh Khalil Gibran, "Dari penderitaan muncul jiwa-jiwa terkuat; karakter yang paling besar dibentuk dengan luka." Dalam perjuangan kita menghadapi ketakutan karier, kita tidak hanya menemukan kekuatan baru, tetapi juga membentuk karakter yang lebih kuat dan bijaksana. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

Bekasi, 29 Agustus 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun