Mohon tunggu...
Muhammad Eko Purwanto
Muhammad Eko Purwanto Mohon Tunggu... Dosen - ALUMNI S3 UNINUS Bandung

Kuberanikan diri mengubah arah pikiran dan laku. Menyadarinya tanpa belenggu, dan identitas diri. Memulai hidup, merajut hidup yang baru. Bersama Maha Mendidik, temukan diri dalam kesejatian. Saatnya berdamai dengan kesederhanaan. Mensahabati kebahagiaan yang membebaskan. Cinta, kebaikan, dan hidup yang bermakna, tanpa kemelekatan yang mengikat. Hidup berlimpah dalam syafaat ilmu. Mendidikku keluar dari kehampaan. Hidup dengan yang Maha Segalanya, Menjadi awal dan akhirnya dari kemulyaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melampaui Bayang-bayang: Mengatasi Ketakutan Karier yang Menghantui Pikiran?!

29 Agustus 2024   14:46 Diperbarui: 29 Agustus 2024   14:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dok. Pribadi.

Meminjam pemikiran John Stuart Mill, "Kebebasan adalah pencarian kebenaran." Dalam perjalanan karier, kebebasan ini terwujud ketika kita melepaskan diri dari belenggu ketakutan yang tidak beralasan. Menemukan kebenaran tentang diri kita dan potensi kita sendiri memungkinkan kita untuk membuat pilihan yang lebih tepat dan memuaskan. 

Seperti apa yang disampaikan oleh Nietzsche, keberanian untuk menghadapi ketakutan adalah langkah penting dalam menemukan makna hidup. "Dia yang memiliki alasan untuk hidup dapat menanggung hampir semua cara," katanya. Menemukan 'mengapa' kita dalam berkarier, akan membantu kita mengatasi rintangan 'bagaimana' ?!

Dari segi praktis, penting juga untuk menerapkan pemikiran ini dalam tindakan nyata. Latih diri Anda untuk menghadapi ketakutan secara bertahap. Mulailah dengan menetapkan tujuan kecil yang realistis dan dapat dicapai. Rayakan setiap pencapaian kecil dan gunakan mereka sebagai landasan untuk menghadapi tantangan yang lebih besar. Dalam filsafat, ini dikenal sebagai prinsip progresivitas, kemajuan bertahap namun pasti menuju ke tujuan akhir.

Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi dan filsuf Stoic, pernah menyatakan, "Betapa jauh lebih buruk adalah konsekuensi dari kemarahan dan ketakutan daripada penyebab dari keduanya." Dengan mengendalikan kemarahan dan ketakutan kita terhadap kegagalan, kita dapat menghindari konsekuensi yang lebih parah yang mungkin timbul dari reaksi yang tidak terkontrol. Refleksikan tentang ketakutan-karier Anda; apakah mereka benar-benar sepadan dengan energi emosional yang Anda investasikan?

Dengan perkembangan teknologi dan perubahan cepat dalam industri, ketidakpastian karier tidak dapat dihindari. Namun, kita memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana kita meresponnya. Mengambil perspektif yang lebih luas dan menempatkan diri kita dalam pusat dari tindakan kita sendiri adalah cara yang baik untuk merasa lebih berdaya. Seperti yang diusulkan oleh Al-Ghazali, kita harus memurnikan hati dan pikiran kita untuk melihat kebenaran yang lebih tinggi dari tujuan hidup kita, melampaui ketakutan-ketakutan kecil yang menyesakkan.

Kita juga bisa mengambil pelajaran dari filsafat Timur, yakni Taoisme yang menekankan pada kesederhanaan dan harmoni dengan alam. Dalam pernyataan Lao Tzu, "Apa yang oleh ulat disebut sebagai akhir, oleh dunia lainnya disebut sebagai kupu-kupu." Sering kali, kita harus menghadapi akhir dari fase tertentu dalam karier kita untuk memulai sesuatu yang baru. Mengambil risiko dan melangkah ke dalam ketidakpastian adalah proses alami pertumbuhan.

Dengan begitu, pemikiran tentang ketakutan akan berubah dari menjadi musuh menjadi sekutu. Ketakutan yang kita rasakan tidak lagi menahan kita, tetapi mendorong kita untuk berani menjelajahi jalan baru. Seperti pandangan Rumi, "Luka adalah tempat cahaya masuk ke dalam dirimu." Ketakutan karier bisa menjadi 'luka' yang mengarahkan kita pada pencerahan diri dan kemajuan.

Pada akhirnya, perjalanan untuk melampaui bayang-bayang ketakutan dalam karier kita, melibatkan pemahaman yang mendalam tentang diri kita sendiri dan pandangan filosofis tentang kehidupan. Ketika kita membekali diri dengan kebijaksanaan dari para pemikir besar dan menerapkannya dengan tindakan nyata, maka kita dapat menemukan ketenangan dalam diri kita sendiri dan berjalan dengan keberanian menuju masa depan yang kita impikan. 

Seperti yang diungkapkan oleh Khalil Gibran, "Dari penderitaan muncul jiwa-jiwa terkuat; karakter yang paling besar dibentuk dengan luka." Dalam perjuangan kita menghadapi ketakutan karier, kita tidak hanya menemukan kekuatan baru, tetapi juga membentuk karakter yang lebih kuat dan bijaksana. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

Bekasi, 29 Agustus 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun