Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Third)
Wira D. Purwalodra (Third) Mohon Tunggu... Guru - Terus menjadi pembelajar dan menjadikan rasa syukur sebagai gaya hidup.

Mimpi besarnya saya saat ini adalah menyelesaikan Studi-studi saya, kembali ke kampung halaman, memelihara ikan, bebek, berkebun, terus belajar, terus mengajar, sambil menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dampak Manipulasi Kepemimpinan pada Perilaku Organisasi dan Sistem Kerja?!

22 Agustus 2024   14:59 Diperbarui: 22 Agustus 2024   15:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manipulasi berkontribusi pada terjadinya stres dan ketidakpuasan yang meluas dalam tim, yang pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental karyawan. Lingkungan kerja yang toxic sebagai hasil dari kepemimpinan yang manipulatif bisa menguras energi emosional, menghasilkan tingkat absensi yang tinggi dan performa kerja yang buruk.

Maka, sudah saatnya bagi organisasi untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka secara kritis. Pemimpin yang baik harus berusaha untuk membangun hubungan yang tulus dan transparan. Sumber kekuatan dari kepemimpinan yang efektif terletak pada kepercayaan, empati, dan inspirasi. Seperti yang diutarakan Lao Tzu, "Ketika pekerjaan terbaik dari seorang pemimpin selesai, orang berkata, 'Kami melakukannya sendiri'."

Para pemimpin perlu mengadopsi pendekatan yang lebih menekankan pada partisipasi, komunikasi yang jelas, serta keadilan. Kepemimpinan transformasional, berdasarkan teori perilaku organisasi modern, mendorong keterlibatan dan pembinaan tim yang kuat dan berdaya. Dengan cara ini, anggota tim akan merasa lebih dihargai, termotivasi dan berkomitmen untuk menyelaraskan tujuan individu dengan tujuan organisasi.

Pemimpin juga harus berfokus pada pembinaan keterampilan interpersonal dan emosional mereka sendiri. Pengembangan soft skills dapat memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dan membangun ikatan yang bermakna dengan anggota tim. Ingatlah apa yang dikatakan Socrates, "Kenali dirimu," karena pemimpin yang terus belajar dan mengembangkan diri adalah pemimpin yang paling efektif.

Penerapan prinsip-prinsip ini dalam sistem kerja dapat mengurangi dominasi kepemimpinan manipulative dan membuka jalan untuk lingkungan kerja yang lebih sehat dan harmonis. Ketika pemimpin menunjukkan integritas, karyawan merasa lebih aman, dihargai, dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan mereka.

Pada akhirnya, organisasi yang memahami dan mengatasi dampak negatif dari manipulasi kepemimpinan akan menciptakan budaya yang inklusif dan positif, dimana setiap individu bisa berkembang. Ini tidak hanya meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem kerja, tetapi juga berdampak positif pada kinerja keseluruhan organisasi.

Semakin cepat sebuah organisasi menangani akar dari manipulasi kepemimpinan, semakin baik organisasi tersebut dapat memposisikan dirinya untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan kesuksesan yang berkelanjutan. Sebelum kita mengakhiri refleksi ini, mari kita ingat kata-kata Peter Drucker: "Manajemen ada untuk menunjang manusia, bukan manusia untuk menunjang manajemen." Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang pemimpin menggunakan kekuasaan mereka untuk meningkatkan kapasitas, kesejahteraan, dan potensi maksimal dari setiap individu di dalam organisasi.

Jadi, manipulasi dalam kepemimpinan adalah tantangan nyata yang dapat merusak perilaku organisasi dan sistem kerja. Namun, dengan tekad untuk melakukan perubahan positif, organisasi dapat menyusun ulang praktik kepemimpinan mereka dan membangun lingkungan kerja yang lebih manusiawi dan produktif. Sudah saatnya kita memastikan bahwa wajah kepemimpinan di setiap organisasi benar-benar mencerminkan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan saling percaya. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

Bekasi, 22 Agustus 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun