Mohon tunggu...
Purwa Kurnia Sucahya
Purwa Kurnia Sucahya Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti dan Pengamat Kesehatan Masyarakat

Peneliti di Pusat Penelitian Kesehatan UI di FKMUI dan anggota bidang kajian dan pembiayaan kesmas, IAKMI

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Percepat Kapasitas Laboratorium untuk Tes Covid-19 Sebelum Makin Terlambat

2 April 2020   21:26 Diperbarui: 3 April 2020   09:01 2063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi alat tes virus corona. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Pembelajaran dari negara lain

Amerika Serikat secara tiba-tiba menyalip tajam jumlah kasus covid19, lebih dari 2 kali lipat kasus di China. Demikian pula penanganan kasus covid19 di Italia dan Spanyol. 

Apa sebenarnya yang terjadi di sana? Ketiga negara mencoba untuk menerapkan strategi yang diterapkan oleh Korea Selatan dan China, yaitu menemukan kasus covid-19 sebanyak-banyaknya secara cepat, dan segera diisolasi kasusnya. 

Mereka berpacu antara kecepatan penularan virus dengan kecepatan pemeriksaan laboratorium. Seiring dengan itu diterapkan intervensi membatasi gerak mobilitas manusia dengan melakukan lockdown baik ditingkat wilayah/negara, serta menjaga jarak. 

Semua strategi tersebut adalah kunci menahan laju kecepatan penyebaran virus covid-19.

Hal utama yang dilakukan Amerika saat ini adalah menemukan kasus secepatnya, sehingga skreening kasus yang dilakukan per hari sampai ribuan orang. Sekedar ilustarasi saja, dari tanggal 19 maret sampai 31 Maret 2020, Amerika telah melakukan tes sebanyak 948 ribu tes. 

Hasilnya ditemukan sebanyak 184.770 orang positip covid-19 atau terjadi peningkatan 15kali lipat dari tanggal 19 Maret 2020. 

Bisa dibayangkan kecepatan virus ini untuk menginfeksi masyarakat disana, dari data yang diobservasi sepertinya kasus covid-19 akan terus bertambah setiap harinya karena belum menunjukkan tren penurunan.

Mengapa saya perlu mengilustrasikan Amerika, karena disitu kita bisa belajar bagaimana cara sebuah negara merespon dengan cepat cara penanganan covid-19 ini. Amerika berusaha keras mengejar kecepatan infeksi virus tersebut, untuk segera mencapai puncaknya. Selain juga, dengan temuan kasus sedini mungkin, maka akan dapat mengurangi tingkat kematian. 

China dan Korea Selatan telah membuktikan, dengan kecepatan optimal maka puncak kasus penyebaran covod-19 telah dapat tercapai dalam 30 hari. Saat ini kedua negara sedang dalam fase penurunan kasus aktif dan kasus baru yang muncul sudah tidak ribuan lagi.

Situasi di Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sama sekali tidak siap menghadapi serangan covid-19, terutama dari sisi ketersediaan layanan kesehatan baik jumlah tempat tidur di rumah sakit dan logistik untuk perlindungan diri bagi petugas kesehatan. 

Selain itu, senjata utama untuk mendeteksi dini kasus covid-19 juga amat terbatas, yaitu ketersediaan PCR. Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk melakukan strategi untuk percepatan deteksi dini (screening) dengan melakukan rapid test yang alatnya diimport dari China, sebanyak 1juta test. 

Namun, saat ini baru tiba 150ribu tes, dan sudah didistribukan dan digunakan oleh beberapa daerah. Ide ini sangat baik, sebagai upaya screening kasus, bukan untuk penegakan kasus covid-19 (konfirmasi tes). Penegakan kasus covid-19 harus melalui metode PCR.

Apabila hasil rapid tes positip, maka pasien akan diambil swab, lalu hasil swab akan dikirimkan ke lab rujukan untuk di tes PCR. Jika tes PCR positip, maka pasien tersebut dianggap positip covid-19. 

Hal yang akan menjadi tantangan (karena jumlah lab rujukan terbatas hanya 44 buah se-Indonesia), maka diprediksi akan terjadi penumpukan kasus swab yang harus diperiksa di lab rujukan tersebut. 

Jika terlalu lama dikhawatirkan sample swab akan rusak apalagi bila handling sample tidak baik pengerjaannya (dari mulai diambil sampai dikirimkan ke lab). Ini dapat mengakibatkan hasil PCR salah. 

Padahal dari data yang ada, sampai per 31 Maret 2020 (hasil swab dari rapid test diperkirakan belum ada) masih terjadi hambatan dalam proses percepatan hasil lab tersebut.

Walaupun telah ditambah kapasitasnya fasilitas yang mampu melaksakanakan pemeriksaan lab, sepertinya masih belum optimal untuk meningkatkan jumlah kasus yang dapat di tes. 

Sampai saat ini total tes specimen yang diterima sekitar 6663 buah dimana 1528 positip covid sampai 31 Maret 2020. Secara sekilas terkesan ada kenaikan jumlah yang di tes. 

Namun, ada hal yang perlu dicatat dan perlu mendapat perhatian serius, yaitu jumlah kasus positip covid-19 semakin banyak terdeteksi dari masyarakat. Artinya penyebaran kasus covid-19 semakin meluas. Jika pada tgl 16 Maret 2020, pada setiap 7 kali tes, maka ada 1 yang positip covid-19. 

Namun saat ini (31 Maret), pada setiap 4 kali tes, maka ada 1 positip covid-19. Ini mengindikasikan kecepatan tes lebih lambat dibandingkan kecepatan virus menginfeksi masyarakat. Tantangan makin berat, terutama di DKI Jakarta karena merupakan daerah padat penduduk dan masyarakatnya masih banyak yang tidak mau diam dirumah atau menjaga jarak. 

Disisi lain, jumlah kasus ODP dan PDP di DKI Jakarta cenderung meningkat dari hari ke hari. Angka ini juga menjadi proxy besaran masalah covid-19 di DKI Jakarta dan daerah lainnya.

Kapasitas lab Covid-19 saat ini

Untuk itu yang menjadi pertanyaan mendasar, berapa sebenarnya kapasitas lab PCR untuk bisa mendeteksi covid-19 di Indonesia? Tidak ada publikasi atau informasi tentang kapasitas lab di Indonesia tersebut. Jawaban tersebut akhirnya, dapat di proxy dari jumlah specimen yang diterima dan terlaporkan setiap hari dari website Kemenkes. 

Sayangnya di website tersebut tidak ada catatan hasil dari hari-hari sebelumnya, jadi hanya data rekapitulasi penerimaan specimen pada hari ini. Akhirnya, perlu dilakukan observasi data dari website secara harian, dilakukan mulai tanggal 16 Maret sampai 31 Maret 2020.  

Terlihat ada fluktuasi angka spesimen lab yang diterima per harinya, dengan kisaran antara 120 sampai 514 spesimen yang diterima per hari, tetapi secara keseluruhan cenderung meningkat, dengan puncak di tanggal 27 Maret 2020, mencapai 1439 specimen. Lalu, turun drastis dalam 3 hari terakhir dikisaran 129 spesimen sampai 31 Maret 2020. 

Sementara itu, kasus yang positip dari hasil pemeriksaan lab relatif stabil dikisaran 100 sampai 150 kasus per harinya sejak 24 Maret 2020. Hal yang patut dicermati, sejak tgl 29 Maret 2020, jumlah specimen yang diterima relatif sama dengan jumlah kasus positip.

Bila memperhatikan angka-angka capaian per hari, mengindikasikan ada permasalahan dalam manajemen pengelolaan lab yang selama ini berjalan. 

Idealnya jika manajemen pengelolaan baik, maka hasil specimen yang diterima tidak akan fluktuatif, minimal cenderung meningkat karena adanya peningkatan kapasitas lab yang terlibat lalu pada titik kapasitas tertentu akan menunjukkan angka yang stabil karena kapasitas lab sudah optimum. 

Jika ingin menambah jumlah tes, maka harus menambah jumlah lab baru. Untuk itu, perlu dilakukan assessment cepat untuk memetakan dan mengatasi permasalahan yang terjadi saat ini, apakah dari sisi input (SDM, Alat lab, reagen/bahan habis pakai, mekanime logistic, tatakelola, dsb) atau dari sisi proses (pengambilan swab, pengiriman swab, pencatatan dan pelaporan data dsb). 

Sebab, bila dari 44 lab rujukan ini saja belum bisa dikelola dengan baik, bagaimana mungkin melakukan perluasan jumlah lab yang akan dilibatkan dalam tes covid-19 ini.

Anda bisa bayangkan, dengan pola penangangan dan kemampuan kapasitas deteksi kasus covid-19 seperti yang digambarkan tentu sudah bisa diprediksi besaran masalah covid-19 ini akan terjadi di Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. Apalagi migrasi penduduk dari daerah merah telah mulai terjadi. 

Jadi bila ada pejabat negeri ini yang menyebutkan puncak covid-19 di bulan April 2020, sepertinya hanya untuk menenangkan hati rakyat dan tidak mungkin terjadi. Dugaan saya lonjakan kasus masih akan terus terjadi sampai bulan Mei 2020 (jika pola penanganan masih seperti ini). Apalagi bila mengambil asumsi dan pembelajaran dari negara di China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol.

Strategi Percepatan Deteksi Dini Covid-19

Mengingat komando upaya penanggulangan covid-19 ada pada Tim Satgas Covid-19, untuk itu tim satgas covid-19 perlu segera mendorong pihak Kemenkes untuk melakukan percepatan deteksi dini covid-19 dengan cara:
1) Menambah institusi yang mampu melakukan tes PCR, termasuk melibatkan peran rumah sakit swasta atau universitas yang memiliki kapasitas lab sesuai standar;

2) Mencari alternatif lain untuk penegakan kasus covid-19, misalkan melalui TCM/Gen Expert yang telah terbiasa dipakai oleh program TB. Menurut beberapa pakar di Indonesia, TCM/Gen Expert dapat digunakan untuk penegakan diagnosis, walaupun katanya belum diakui oleh WHO. 

Diperkirakan ketersediaan alat tes ini jumlahnya cukup besar diatas 500 alat di seluruh Indonesia, jika ini bisa dipergunakan maka sistem manajemen lab bisa dibangun di tiap kab/kota di seluruh Indonesia. 

Hanya yang perlu diperkuat mekanime kontrol dan monev untuk standarisasi implementasi yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi dan Kemenkes; 

3) Memperkuat sistem dan manajemen pengelolaan labolatorium Covid-19, baik dari sisi sumberdaya manusia, reagen/bahan habis pakai ataupun catrigede, serta alur layanan lab dari tempat pengambilan sampel sampai ke tempat tes lab rujukan; 

4) Penguatan manajemen dilakukan salah satunya melalui program berbasis informasi teknologi untuk percepatan sistem monitoring hasil lab. 

Untuk itu perlu digandeng para unicorn besar untuk membantu mengembangkan sistem online secara transparansi, sehingga semua pihak dapat memantau perkembangannya; 

5) Tatalaksana petugas yang bekerja di lab perlu diperbaiki dan perkuat, terlihat mulai hari sabtu sampai senin hasil spesimen yang diterima jauh lebih rendah dibandingkan hari-hari lainnya.

Penutup.

Dengan upaya perbaikan manajemen pengelolaan, perluasan, serta percepatan labolatorium covid-19 di Indonesia, maka diharapkan kemampuan deteksi dini kasus covid dapat ditingkatkan kapasitasnya secara drastis dan optimal. 

Dengan demikian, penemuan kasus dapat sedini mungkin dan kasus segera tertangani sehingga tingkat kematian kasus dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu, jika kebijakan ini dapat diterapkan, maka kecepatan penularan virus dapat dicegah sehingga kasus covid ini bisa segera terselesaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun