Mohon tunggu...
Fanny Farhanto Purwacaraka C
Fanny Farhanto Purwacaraka C Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah - Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengaruh Tradisi Pengarakan Ogoh-ogoh terhadap Komodifikasi Pariwisata di Pulau Bali

17 Desember 2022   20:00 Diperbarui: 17 Desember 2022   20:01 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengaruh Tradisi Pengarakan Ogoh-Ogoh Dalam Komodifikasi Wisata di Bali  

Dalam kaitkannya dengan perkembangan Ogoh-ogoh sekarang tentunya sudah mengalami komodifikasi dalam bentuk, fungsi, hingga makna didalamnya. Komodifikasi pada Ogoh-ogoh sendiri ditujukan untuk kebutuhan ekonomi serta memberikan kepuasan pada para wisatawan untuk sektor pariwisata sebagai bentuk produk wisata.

Salah satu efek komodifikasi Ogoh-ogoh terdapat pada bentuk Ogoh-ogoh, bentuk komodifikasi yang terjadi pada Ogoh-ogoh terlihat dengan banyak bentuk dari Ogoh-ogoh yang “kekinian” dengan mengambil tema-tema yang populer pada masa sekarang. Komodifikasi dari bentuk Ogoh-ogoh tidak hanya disebabkan karena perkembangan kreativitas dan teknologi, tetapi juga pengaruh dari permintaan pasar untuk masyarakat Bali sendiri atau juga untuk daya tarik wisatawan yang berkunjung.

Selain mengalami komodifikasi konsep dan bentuk, ogoh-ogoh juga mengalami komodifikasi dalam pemakaian bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Ogoh-ogoh dengan tujuan agar bentuk dari ogoh-ogoh dapat bertahan lama. Sebelumnya ogoh-ogoh pada awal tahun 80-an terbuat dari bahan-bahan yang sangat sederhana, seperti bambu, kain, kertas semen atau jerami dengan konstruksi rancangan bentuknya juga sangat sederhana.

Kemudian pada perkembangan tahun 90-an ogoh-ogoh sudah mulai dilombakan sebagai rangkaian pada malam pengerupukan. Karena dilombakan dan semakin diminati oleh para wisatawan dan berkembang menjadi daya tarik wisata, maka ogoh-ogoh dibuat lebih tahan lama dan bahan-bahan dalam pembuatannya mulai mengalami kemajuan, seperti penggunaan sterofom untuk bagian-bagian ogoh-ogoh agar mudah dibentuk, bulu-bulu sebagai hiasan, fiber glass untuk melapisi ogoh-ogoh agar warnanya bertahan lama, kerangka besi untuk rancangan utama badan pada ogoh-ogoh, dan yang sekarang mulai berkembang adalah dengan adanya mesin otomatis untuk membuat ogoh-ogoh dapat bergerak.

Perkembangan ogoh-ogoh saat ini juga membuat perubahan terhadap fungsinya sebagai representasi Bhuta kala yang dibuat untuk menetralisir kekuatan-kekuatan negatif. Tetapi dengan perkembangannya saat ini, ogoh-ogoh berubah fungsi sebagai daya tarik bagi wisatawan.

Perubahan fungsi ogoh-ogoh saat ini yang telah berkembang dan berkomodifikasi sebagai daya tarik wisata diharapkan tidak merusak fungsi utamanya sebagai representasi Bhuta Kala. Hal ini dapat dimaklumi asalkan ogoh-ogoh yang dipajang di hotel-hotel tidak melalui upacara pasupati, seperti ogoh-ogoh yang diarak pada saat pengerupukan.

Ogoh-ogoh yang diarak pada saat malam pengerupukan dan telah menjalani upacara pasupati, dapat juga dipamerkan dan dipajang sebagai daya tarik wisata, tetapi sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara Kuku Rambutin, yaitu mengambil sedikit-sedikit bagian dari ogoh-ogoh.

Setelah itu, ogoh-ogoh dibakar dengan tujuan unsur dari Sang Bhuta Kala hilang, barulah ogoh-ogoh tersebut dapat dipajang dan dipamerkan sebagai produk tontonan wisata bagi wisatawan.

Perubahan fungsi dari ogoh-ogoh tentu saja membuat perubahan terhadap makna dari ogoh-ogoh itu sendiri. Sesuai dengan teori simulacra yang menjelaskan bahwa dalam perkembangannya, ogoh-ogoh yang dulu dibuat berbentuk Bhuta kala (raksasa) atau tokoh pewayangan saat ini telah disimulasi dan berubah.

Masyarakat mulai membuat simulakranya dengan memaknai ogoh-ogoh yang tidak bermakna Bhuta kala menjadi bermakna Bhuta kala. Berbagai bentuk ogoh-ogoh dibuat, contohnya: ada yang dibuat menyerupai orangorang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat atau teroris, ada pula yang berbau politik atau SARA dan juga pornografi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun