Mohon tunggu...
Irvan Deni
Irvan Deni Mohon Tunggu... Administrasi - sharing to be better

Sharing and carrying in the purple light ......

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Egoistis Pasangan

18 Oktober 2019   09:43 Diperbarui: 21 Oktober 2019   10:26 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjalin hubungan sebagai pasangan suami  istri bukan merupakan hal yang hanya kesenangan dan kebahagian saja, banyak yang akan mempengaruhi hubungan tersebut, mulai dari yang menyenangkan sampai hal yang paling menyedihkan. Mempertahankan jalinan ikatan batin sebagai suami dan istri tidak semudah impian di awal pernikahan.

Banyak faktor penyebab seringnya beda pemikiran antara pasangan suami istri, Ego sering disebut penyebab banyaknya perselisihan di dalam rumah tangga, dan ego juga banyak yang menyebabkan berakhirnya perjalanan di meja pengadilan agama.

Latar belakang setiap manusia pasti berbeda satu dengan lainnya, demikian juga agama, suku dan bangsa setiap manusia juga berbeda dengan lainnya, dari hal-hal tersebut maka terciptalah suatu karakteristik dan sifat setiap individu. 

Untuk menyamakan dan menyatukan semua itu kepada dua orang pasti bukan merupakan hal yang mudah, mungkin akan bisa mendekati tetapi seringnya pasti akan mendapatkan berbagai macam rintangan dan perdebatan.

Ego setiap manusia pasti lebih kepada ke-Aku-an dibandingkan kepada ke-Kamu-an, selalu menganggap bahwa apa yang menjadi pola pikirnya, pengalamannya, ilmunya, keahliannya, kepandaiannya, latar belakangnya adalah yang paling benar dan paling sempurna dibandingkan pasangannya. 

Demikian  pula apa yang terjadi di pasangannya juga mempunyai pemikiran yang sama, jadi sampai kapan dua hal tersebut akan bisa menyatu dan sejalan...?, sedangkan dua hal tersebut hanya saling bertolak belakang atau berjalan searah tetapi tidak saling mendukung arah.

Ke-Aku-an yang menjadi penyebab pertengkaran tersebut, ingin merubah pasangan sebagaimana yang ingin dirubah berdasarkan pola pikir dan kemauan, mengabaikan dari pada individu pasangannya, mengharuskan pasangan melakukan suatu hal yang di lain pihak pasangan tidak menginginkan hal tersebut, dan yang pasti ke-Aku-an nya juga tidak menerima masukan dan pendapat pasangan.

Seandainya Ke-Kamu-an lebih besar porsinya di bandingkan dengan ke-Aku-an pasti akan banyak pasangan yang akan mengurangi perselisihan di dalam rumah tangganya, dengan mengurangi ke-Aku-an pasti akan mengurangi juga egoistis setiap pasangan kepada pasangannya. 

Tidak mudah dan cukup sulit untuk melakukannya, tetapi tidak ada yang sulit dan sukar jika memang kita ingin tetap mempertahankan hubungan batin dengan pasangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun