Mohon tunggu...
Farmasi Universitas Andalas
Farmasi Universitas Andalas Mohon Tunggu... Jurnalis - Belajar dan berbagi

Pekerja biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menjadikan Kelurahan Andalas sebagai Kampung Tematik Ekoenzim

30 Desember 2021   14:43 Diperbarui: 30 Desember 2021   15:18 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2020 mencatat timbunan sampah Indonesia sebesar 67,8 juta ton. Faktor utama yang menyebabkan produksi sampah terus meningkat adalah laju pertambahan penduduk dan meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Tema yang diusung Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2021 bahwa sampah bisa menjadi bahan baku ekonomi. Sejalan dengan itu perlu dilakukan penerapan 3R (reuse, reduce dan recycle).

Sehubungan dengan kenyataan  tersebut, Pemerintah Daerah kota Padang melihat dan menyikapi bahwa sampah harus dipilah terlebih dahulu, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian, dan lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu kerjasama dengan berbagai pihak seperti dengan Universitas Andalas serta memberdayakan masyarakat sehingga kesadaran dalam mengelola sampah tersebut akan meningkat. Pembentukan  11 kampung tematik di Kota Padang bisa dijadikan sebagai bentuk kepedulian antara pemerintahan daerah, perguruan tinggi serta masyarakat.  Untuk  Kecamatan Padang Timur ditetapkan Kelurahan Andalas sebagai kampung tematk ekoenzim. Acara Focus Group Discusion  dengan topik  Program terpadu  Membantu Kampung Tematik Eco Enzim Membangun dan Berkembang di Keluarahan Andalas dilaksanakan di kantor Bank Sampah Unit Andalas Sepakat yang dihadiri oleh staf kecamatan Padang Timur bu Cici dan bu Silva, Lurah Andalas bu Zuryeni, pelopor ekoenzim bapak Syaifudin Islami, MSi, serta staf kelurahan dan tokoh masyarakat, Sedangkan dari Universitas Andalas sebagai ketua Dr, apt Salman MSi, Dr Henni Herwina, Dr, Yohannes Allen, MSc, Ferdhinal Asful, SP, M.Si. Hasil FGD tersebut dapat ditindaklanjuti dan dijadikan program  tahun 2022-2024.

Pemilahan sebaiknya dilakukan oleh masing-masing rumah tangga selaku produsen sampah dimana sampah tersebut dihasilkan sangat membantu mengurangi beban pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengolahan sampah organik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengomposan, baik secara aerobik maupun anaerobik, dan dengan membuat eco-enzym.

Formula Eco-Enzym atau dalam bahasa Indonesia disebut Ekoenzim (EE) ditemukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong penggiat pertanian organik di Thailand pada tahun 2003. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa 60% dari sampah yang terkumpul di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sebagian besar merupakan sampah organik.

Dok.pri: Pemateri menjelaskan tentang Eco-Enzyme
Dok.pri: Pemateri menjelaskan tentang Eco-Enzyme
Keistimewaan ekoenzim adalah lebih sederhana dan tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada proses pembuatan kompos. Pembuatan ekoenzim sangat hemat dalam hal tempat pengolahan dan dapat diterapkan di rumah.

Proses produksi ekoenzim bahkan tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu. Wadah-wadah  botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan, dapat dimanfaatkan kembali sebagai tangki fermentasi ekoenzim. Hal ini juga menjadi nilai tambah karena mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.

Ekoenzim merupakan produk ramah lingkungan yang mudah dibuat oleh siapapun. Pembuatannya hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan buah. Ekoenzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10.

Pada dasarnya, ekoenzim mempercepat reaksi biokimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna dalam pemanfaatan sampah buah atau sayuran. Enzim dari sampah ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk menghasilkan cairan yang bermanfaat.

Proses fermentasi dalam pembuatan ekoenzim berlangsung selama tiga bulan. Setelah itu cairan yang dihasilkan, yaitu berwarna coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat, sudah bisa dimanfaatkan. Ekoenzim dapat digunakan sebagai pupuk cair organik tanaman, campuran deterjen, pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak serta keperluan lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun