Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tili: Joko Tingkir Zaman Now

8 Februari 2022   20:40 Diperbarui: 8 Februari 2022   20:48 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayu tua yang dipercaya sebagai bekas perahu Joko Tingkir di desa Butuh, Sragen, Jawa Tengah/merdeka.com

Siapa sangka priyayi Sragen ini justru yang berhasil menangkap buaya berkalung ban. Sebelumnya, beberapa orang "hebat" sudah berusaha menangkapnya. Mulai dari Panji Petualang, dua pakar pemerhati buaya dari Australia, Matt Wright dan Christ Willson, hingga terakhir Foresst Galante dan Tim Discovery Channel. Semuanya nihil.

Hingga akhirnya warga bernama Tili asal Sragen datang dan mampu menaklukkan buaya tersebut. Motivasi Tili menempuh bahaya itu semata-mata karena kasihan pada hewan itu. Dia memang dikenal sebagai seorang penyayang hewan. Rupanya getaran hatinya ini dirasakan oleh alam sehingga memudahkan operasi pelepasan ban tersebut. Mengapa tokoh-tokoh sebelumnya gagal? Padahal mereka dilengkapi peralatan yang lebih memadai. Mungkin alam belum berkenan karena mereka menangkap buaya itu semata-mata ingin menjadikannya sebagai konten, untuk menaikkan reputasi, atau karena bayaran.

Tapi apa kunci rahasia Tili? Kesabaran. Dia rela menyanggong buaya itu selama 3 pekan. Selama itu bisa jadi, terjadi "perkenalan" antara buaya dan Tili. Buaya itu mulai 'trust' kepada Tili. Hal ini diperkuat pernyataan bahwa antara buaya dan warga sekitar selama ini hidup berdampingan. Mereka tidak saling mengganggu. Warga tidak pernah mengusik buaya ketika berjemur di tepi sungai. Buaya pun tidak memusuhi warga.

Saya lalu teringat kisah legenda Joko Tingkir yang berhasil menaklukkan raja buaya.  Jaka Tingkir lahir dengan nama asli Mas Karebet. Ia adalah cucu dari Andayaningrat, penguasa kerajaan kuno di Boyolali.

Semasa kecilnya, dia diasingkan dan diasuh oleh seorang janda. Setelah dewasa Joko Tingkir memutuskan untuk mencari ayah kandungnya.  Dia menyusuri sungai Bengawan Solo. Saat melewati wilayah Sragen sekarang ini, raja buaya menghadang perahu Joko Tingkir. Singkat cerita, Joko Tingkir berhasil menaklukkan raja buaya. Akhirnya raja buaya ini mengabdi pada Joko Tingkir. Bersama dengan buaya lain, mereka mendorong perahu Joko Tingkir melawan arus ke arah barat.

Joko Tingkir ini yang kemudian mendirikan Kerajaan Pajang dan  berkuasa antara 1568-1582. Ia memerintah dengan gelar Sultan Hadiwijaya dan berhasil mengantarkan kerajaannya menuju puncak kejayaan.

Kayu tua yang dipercaya sebagai bekas perahu Joko Tingkir di desa Butuh, Sragen, Jawa Tengah/merdeka.com
Kayu tua yang dipercaya sebagai bekas perahu Joko Tingkir di desa Butuh, Sragen, Jawa Tengah/merdeka.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun