Ada seorang anak laki-laki yang memiliki talenta luarbiasa di bidang melukis. Suatu hari, dia ikut mengadakan pameran di Surabaya. Anak ini ikut pameran bersama orang dewasa. Lukisannya sangat bagus sehingga orang tidak percaya bahwa pelukisnya masih anak-anak.Â
Untuk membuktikan kemampuannya melukis, maka anak ini melukis wajah orang secara langsung. Banyak orang yang kagum Bahkan gubernur Jawa Timur ikut mengaguminya, sehingga koran Surabaya meliputnya dengan judul: "Anak Ajaib."Â
Ketika terjadi ontran-ontran G 30 S/PKI, keluarga ini terkena imbasnya. Papanya kehilangan pekerjaan karena sebelumnya mengajar di sekolah milik Baperki yang dituduh berafiliasi dengan PKI. Maka sang anak laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga dengan menjual lukisan. Keluarganya pindah ke Jakarta. Bakatnya semakin mengkilap.
Dia bahkan pernah menyabet penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) untuk lukisan poster film terbaik. Akan tetapi, tanpa diduga dia mengalami penyakit yang membuatnya tidak dapat melukis. Dia mengalami sindrom Parkinson. Tangannya gemetar sehingga jangankan untuk melukis, untuk memegang gelas pun tak sanggup lagi.Â
Pria ini sangat terpukul oleh kondisi fisiknya. Dia protes kepada Tuhan. Mengapa harus terjadi? Buat apa Tuhan memberikan talenta melukis jika akhirnya harus menderita parkinson?
Hingga akhirnya dia dapat berdamai dengan keadaannya. Dia lalu tergerak untuk menciptakan lagu yang berjudul "Pelangi Kasihnya." Syairnya lagunya merupakan endapan dari pengalaman pribadi sekaligus sebagai ekspresi imannya. Â
Dia adalah Herry Priyonggo. Orang Kristen pada dekade 1980-an pasti mengenal V.G. Yerikho. Kelompok penyanyi inilah yang mempopulerkan lagu-lagu rohani ciptaan Herri
Setelah  bersabar menunggu 45 tahun lamanya, Herry akhirnya mulai belajar menggoreskan kuasnya lagi.
Meski tangan kanannya harus ditopang oleh tangan kirinya saat menggerakkan kuas namun Herry berhasil menyelesaikan Lukisan "Yesus Gembalaku."
Pada lukisannya ini, dia menggambar Yesus sedang menggendong anak domba. JubahNya tercabik-cabik. BadanNya luka-luka karena harus melawan kawanan serigala. Lukisan ini mempresentasikan kasih Tuhan Yesus dengan jauh lebih mendalam, yaitu aspek pengorbanan Kristus.
Herlin Pirena, adiknya, sangat terharu melihat kemajuan ini. Herlin adalah seorang penyanyi rohani yang sering mendendangkan lagu-lagu ciptaan koko-nya itu. Melalui pesan Whatsapp Herlin menulis kesaksian:
"Seperti mimpi rasanya. Di usia yang sudah tidak muda lagi, yaitu 68 tahun, dia belajar melukis lagi.
Saya jadi teringat lagu-lagu yang Herry gubah dalam pergumulannya:
"Jalan Tuhan"
"Tangan Tuhan Sedang Merenda"
"Waktu Tuhan"
Saat ini Tuhan jawab sudah.
Dia punya Jalan dan Waktu-Nya sendiri
Dan semua Dia jadikan Indah pada waktu-Nya.
Sekalipun masih tremor, Tuhan memberi semangat untuk bersaksi tentang kasih-Nya yang ajaib, lewat lukisan.
Tuhan bekerja lewat tangan Herry untuk membuat karya yang indah dan bermakna."
Meski sudah bisa menulis lagi, namun Herry mengakui bahwa sekarang sudah tidak bisa memamerkan keterampilan tangannya. Dia hanya bisa menyatakan kebaikan Tuhan.
Herlin kembali menulis:
"Herry memang diberi Anugerah spesial oleh Tuhan. Walaupun sekarang saat melukis, tangan kanan harus ditopang oleh tangan kiri, tetapi di balik semua itu, tangan Tuhan sendiri yang menopang Herry. Tuhan sungguh luar biasa, mijizat-Nya sungguh nyata. Kasih Tuhan sangat mengharukan.
Saya dan keluarga cuma bisa menangis haru dan bahagia atas semua kebaikan Tuhan ini."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H