Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagi Kebahagiaan pada Anak Sumba di Masa Pandemi

22 Desember 2020   01:11 Diperbarui: 22 Desember 2020   01:23 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Studio radio tangga darurat pandemi Korona

Keesokan harinya, tim mulai menyambungkan antena dengan pemancar dan alat siar lainnya. Siaran uji coba akhirnya terlaksana pada hari itu. Siangnya, bersama dengan pak Suginto meluncur ke Taman Baca "Hambila Humba", Praikauiki, Lewa.  Di sana kami memberi 90 set radio kepada anak-anak . Tak lupa disertakan baterai karena aliran listrik belum masuk ke wilayah tersebut. Anak-anak ini tidak dapat bersekolah karena pandemi.

Dari pantauan saat itu, siaran radio dapat ditangkap dengan jernih.  Bahkan siaran radio ini dapat menjangkau wilayah dalam radius 30 km. Stasiun radio yang bersiaran di gelombang 107,7 FM ini diberi nama "Pelita FM" dengan harapan dapat menjadi penerang bagi warga di Sumba. Ini adalah stasiun radio komunitas pertama di pulau Sumba. Satu-satunya radio komersial hanya ada di Waingapu, ibukota kabupaten Sumba Timur. Siaran TV juga tidak menjangkau pulau ini.

Studio radio tangga darurat pandemi Korona
Studio radio tangga darurat pandemi Korona

Saat membereskan peralatan,  seorang dosen di STT memberi informasi kepada kami bahwa lokasi antena sebenarnya rawan petir. Pada musim hujan sering terjadi sambaran petir. Mendengar hal itu, mas Sulis spontan mendongak memeriksa ketinggian antena. Ternyata ujung antena masih di bawah bangunan lain. Aman. 

"Coba kalau kemarin pipa besinya itu tidak dipotong. Bisa jadi antena radio itu rawan tersambar petir karena antenanya terlalu tinggi. Demikian kata mas Sulis. Karena insiden yang membuat pipa bengkok, sehingga harus dipotong, maka tiang antena itu aman dari sambaran petir. Ajaib kan?

---

Hari ketiga di Lewa, kami harus berkemas karena malam itu juga kami harus ke Waingapu. Kami harus mengejar pesawat pagi sehingga kami menginap di dekat bandara. Malamnya maskapai bikin ulah lagi. 

Rute penerbangan pak Suginto diubah. Dari Waingapu menuju ke Denpasar. Tapi setelah itu rutenya ke Lombok, sebelum akhirnya ke Jakarta. Dari Timur ke barat, lalu balik ke timur lagi, setelah itu akhirnya ke barat. Rute yang aneh di masa pandemi ini.

Saat ke Sumba, kami sudah membawa 90 unit radio FM untuk anak-anak. Akan tetapi jumlahnya belum cukup. Maka kami memutuskan untuk menggalang dana lagi, Namanya program "Hadiah Natal untuk Anak di Sumba." 

Puji Tuhan, kami mendapatkan 120 unit radio FM untuk menyantuni anak-anak di  Sumba Timur pada awal Desember. Semoga kiriman tersebut sudah sampai sebelum 25 Desember sehingga dapat menjadi hadiah Natal bagi anak-anak di kecamatan Lewa, Sumba Timur, NTT.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun