Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagi Kebahagiaan pada Anak Sumba di Masa Pandemi

22 Desember 2020   01:11 Diperbarui: 22 Desember 2020   01:23 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unit Radio FM dikirim menggunakan JNE

Pertama, menginap semalam lagi di Surabaya dan terbang hari Selasa; atau

Kedua, tetap terbang dari Surabaya ke Kupang pada hari Senin, kemudian baru terbang ke Waingapu pada keesokan harinya. Sama-sama harus mengeluarkan biaya ekstra untuk penginapan, saya pilih opsi kedua. Setidaknya bisa menikmati satu malam di Kupang.

Malam itu juga, saya membuka aplikasi untuk mencari penginapan di Kupang. Ada satu hotel di dekat bandara. Saya pernah menginap semalam di sana saat pertama kali ke Kupang. Saya tetapkan memilih hotel ini. Saat akan membayar, ternyata harus dengan kartu kredit. Padahal kartu kredit saya ketinggalan di rumah. Akhirnya, saya kirim WA ke istri untuk menanyakan kode CVV. Namun karena istri sedang ada kegiatan lain, maka dia tidak segera merespons.

Saat sedang menunggu respons istri itu, ada WA masuk dari teman di Kupang. Rupanya dia membaca story di WA-ku. Teman saya ini berasal dari Klaten namun sekarang bekerja di Kupang.  Karena sedang pandemi, maka dia tidak berani menawarkan menginap di rumahnya. Sebagai gantinya, dia mencarikan hotel sekaligus membayarinya. Dan penginapan tersebut adalah hotel yang sedang akan saya bayar. Ajaib kan?

Senin pagi, kami berangkat empat jam sebelum jadwal penerbangan untuk mengantisipasi antrian pemeriksaan surat Rapid-test. Pemeriksaan pertama adalah validasi surat rapid test. Pihak bandara menyediakan banyak meja sehingga tidak perlu antrian. Proses selanjutnya adalah check in seperti biasanya.

Pukul 14 WITA kami sudah mendarat di bandara Eltari. Sebelum keluar, kami harus mengisi EHAC yang sudah diinstal di HP. Pada EHAC ini kita harus mengisi data diri, asal dan tujuan, nomor penerbangan dan nomor kursi. Bagi penumpang yang tidak menginstal aplikasi maka ada barisan tersendiri untuk ditanyai oleh petugas. Sedangkan jika sudah mengisi di aplikasi, maka petugas akan scan kode bar pada HP penumpang. Sehingga antrian lebih cepat. Di bandara ini, penumpang juga harus menunjukkan surat keterangan rapid test yang valid.

Karena menginap semalam di Kupang, akhirnya saya bisa ngobrol dengan sesama Coklat (Cowok Klaten) yang bertugas di kota ini.

Selasa pagi, kami bersiap terbang ke Waingapu. Begitu turun dari pesawat, petugas mengarahkan para penumpang untuk mencuci tangan. Setelah berdiri di antrean untuk dicatat oleh petugas secara manual. Tiga jam kemudian pesawat yang ditumpangi pak Suginto dan Albert dari Denpasar mendarat. Mereka ikut bergabung dengan kami. Setelah makan siang, kami lalu meluncur ke kecamatan Lewa.

Hari berikutnya, kami segera menyiapkan tiang antena. Karena pembatalan penerbangan, maka kami hanya punya dua hari untuk memasang pemancar radio. Hal pertama yang kami lakukan adalah membeli 3 pipa besi dengan diameter besar, sedang, dan kecil. Namun ternyata kami tidak menemukan ukuran yang sesuai rencana. Maka kami memutuskan untuk mengelas 3 batang pipa yang tersedia. Tidak ada akar, rotan pun jadi. Dalam situasi darurat, karus bisa berimprovisasi. Untungnya persis di seberang bakal lokasi studio radio, ada tukang las yang mahir dan cekatan. Hanya dalam waktu 3 jam, mereka dapat menyambung 3 pipa itu.

Sore harinya, dengan bantuan warga lokal, mereka beramai-ramai menegakkan antena. Akan tetapi apa daya, karena terlalu bersemangat dan kurang koordinasi, tiang antena tersebut malah melengkung. Tak ada pilihan lain. Pipa yang bengkok itu harus dibuang dan dilas kembali.  Tukang las dipanggil untuk mengerjakannya hingga sampai malam. "Kalau dipikir-pikir, sungguh ajaib bahwa di daerah pelosok ada tukang las. Bahkan jaraknya hanya sepelemparan batu dari  lokasi stasiun radio. Malam itu juga, tiang antena radio dapat ditegakkan.

Tiang antena melengkung sehingga harus dipotong dan dilas kembali
Tiang antena melengkung sehingga harus dipotong dan dilas kembali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun