Ketua Panitia, Abdushomad Marfai, mengatakan, kegiatan ini dapat berlangsung karena kerjasama yang baik antar organisasi dan dukungan dari pihak terkait. "Seluruh pembiayaan untuk acara ini dari iuran masing-masing organisasi dan dari beberapa sesepuh FKUB yang peduli." kata Wakil Ketua IPNU Klaten ini. Sekretaris Acara Interfaith Youthcamp, Gregorius Angger, yang juga perwakilan dari Pemuda Katolik Komisariat Cabang Klaten, menambahkan, acara ini sebagai media komunikasi efektif antar umat beragama di Kabupaten Klaten. "Terlebih pesertanya adalah orang-orang muda yang juga sebagai generasi penerus. Maka jalinan dan jaringan komunikasi efektif seperti ini perlu dilanjutkan terus demi tercapainya kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Klaten." katanya.
Seluruh peserta Interfaith Youthcamp sepakat untuk memerangi berita hoax yang dapat memecah belah persatuan, menjaga kerukunan antar umat beragama, dan melanjutkan jalinan silaturahmi antar agama. Tanpa menunggu lama, mereka segera membentuk wadah yang diberi nama unik yaitu "Jamu Lima" yaitu singkatan dari "Jaringan Muda Lintas Iman."Â
"Selain sebagai singkatan, Â kata 'jamu' itu merujuk pada obat tradisional Indonesia. Ini artinya bahwa jaringan ini punya semangat menghormati dan melestarikan lokalitas," kata Gregorius Angger, salah satu penggagas Jamu Lima. "Sedangkan kata 'lima' merujuk pada kelima sila dalam pancasila. Itu adalah pedoman utama wadah ini."
Nobar
Semangat yang didapat dari Youthcamp, menginspirasi Jamu Lima untuk menggelar acara nonton bareng (8/10). Film yang diputar berjudul "RIP: Rukun  Itu Perlu." Ini adalah sebuah film pendek poduksi FKUB Klaten.  Film ini dibuat dan diperani oleh warga dari berbagai agama di Klaten. Setelah pemutaran film, dilanjutkan diskusi dan bakar jagung.
Acara nonton bareng itu ternyata memancing minat anak-anak muda untuk membuat sendiri film pendek bertema toleransi dan perdamaian yang bergaya anak muda. Dengan mengambil tempat di  SMK Kristen, Pedan maka sekali lagi saya menjadi fasilitator mereka untuk lokakarya membuat film pendek (4/11).  Ada 26 pemuda dan remaja dari Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu yang berpartisipasi.
Saya sampaikan kepada mereka bahwa karena kemajuan teknologi, maka sekarang lebih mudah dan murah memproduksi film. Bahkan menggunakan kamera handphone pun, sudah dapat menghasilkan karya yang dapat dinikmati. Â Cara pemutaran film juga semakin mudah. Sekarang sudah tidak butuh proyektor atau pemutar cakram padat untuk menonton film. Sekali lagi, dengan handphone pun, semua orang dapat menonton film.
"Video-video pendek yang inspiratif banyak yang dikirim ke grup Whatsapp. Â Ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengabarkan pesan-pesan toleransi dan perdamaian," kata saya kepada anak-anak muda. Mereka pun sepakat.Â
Sebagai permulaan, saya ajak mereka melakukan mannequin challenge untuk menyebarkan kata-kata mutiara dari Gus Dur.Mereka dibagi mennjadi 3 kelompok. Berikut ini hasilnya: