Kembali soal cerita tentang telepon dari kantor staf kepresidenan. Beberapa saat kemudian ternyata memang ada kiriman Whatsapp. Dia lalu menunjukkan isi pesan WA itu kepada istrinya. Isinya memang tentang undangan ke Istana Bogor. Tercantum juga nomor telepon yang harus dikonfirmasi untuk kepastian kehadiran.
"Tidak ada salahnya kan coba menghubungi nomor telepon itu," usul mbak Irwanti.
Namun Mas Pur masih bimbang. Tiba-tiba anaknya berceletuk, "Papa masih ingat nggak pernah berkata bahwa papa punya perasaan kuat pak Jokowi akan mendatangi toko kita? Barangkali itulah yang dimaksud perasaan itu. Bukan pak Jokowi yang ke sini, tapi papa yang diundang berkunjung ke sana." Mas Pur teringat kembali pernah mengucapkan itu. Dia memutuskan untuk menghubungi nomor telepon tersebut. Dan benar, ternyata nomor telepon itu tersambung ke kantor staf kepresidenan.
Mak deg!
Mas Pur tertegun untuk beberapa saat. Dia tidak menyangka sama sekali. Tubuhnya bergetar saking gembiranya. "Saat itu, saya bahkan sampai salah-salah dalam melayani pembeli. Saya menuangkan kopi dengan tangan gemetar,"kenangnya.Â
Esoknya, hari Sabtu, 30 September, dia segera terbang ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Bogor. Hari Minggu, 1 Oktober 2017, Mas Pur bergabung dengan para pegiat kopi di seluruh Indonesia ngobrol bersama Presiden Jokowi di istana Bogor.
Sampai sekarang, Mas Pur tidak tahu bagaimana ceritanya kok bisa diundang ke istana Bogor karena di dunia perkopian Indonesia, dia termasuk pemain yang sangat baru. Namun dia memaknainya sebagai anugerah Tuhan dan pemacu semangat untuk mengangkat potensi kopi di Merapi, khususnya Ardeli sebagai icon kebanggaan Kabupaten Klaten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H