Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Essay Foto] Tari Gambyong Kolosal

29 Juli 2015   22:12 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:42 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama ‘Gambyong’ awalnya merupakan nama dari seorang waranggana perempuan. Namanya Mas Ajeng Gambyong. Dia sangat piawai dalam menari dengan gemulai dan luwes. Dia cukup terkenal hampir di seluruh wilayah Surakarta pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV ( 1788 s/d 1820). Si Gambyong memiliki suara yang indah serta gerakan yang gemulai, sehingga ia mudah dikenal orang. Semenjak itulah tarian yang dimainkannya dijuluki tarian Gambyong.

Penari gambyong | Foto Purnawan Kristanto

Pada awalnya, tari gambyong ini hanya sebagai bagian tari tayub atau dapat disebut tari taledhek. Taledhek adalah tarian hiburan yang biasa dipentaskan pada acara pesta seperti mantenan.  Gambyongan juga mempunyai arti golekan atau ‘boneka terbuat dari kayu.’ Pada akhir pertunjukan wayang kulit, dalang akan menutupnya dengan memainkan boneka kayu penari perempuan.

Gambyong | Foto Purnawan Kristanto

Versi lain menyebutkan bahwa  tari Gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah. Dalam tarian ini, dewi padi yang disebut Dewi Sri digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari.

Pada tahun 1950, keraton Mangkunegara Surakarta menata ulang dan membakukan struktur gerakannya. Pembakuan ini dilakukan Nyi Bei Mintoraras yang memunculkan tari Gambyong Pareanom. Setelah itu mulai banyak pula varian dari tarian Gambyong yang berkembang luar biasa di luar Mangkunegaran, di antaranya Gambyong Pangkur, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Sala Minulya, Gambyong Mudhatama, dan Gambyong Gambirsawit, Gambyong Campursari, serta Gambyong Dewandaru.  Kini, tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan.

Foto: Purnawan Kristanto

Foto: Purnawan Kristanto

 

 

Artikel bersumber dari sini dan sini. Foto oleh Purnawan Kristanto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun