Dibandingkan dengan dekade sebelumnya, sekarang sudah ada kreasi dalam pertunjukan reog. Pada zaman dulu, biasanya atraksi reog itu menampilkan pasukan prajurit yang berlatih berbaris-berbaris. Setelah itu digelar gladi perang antara dua prajurit penunggang kuda (Mereka naik kuda lumping). Dalam latihan perang ada dua promotor yang berseteru dan saling mengejek, yaitu Penthul (mengenakan topeng warna putih dengan hidung mirip pipa) dan Beles (mengenakan topeng berwarna hitam dengan pipi tembem). Pada saat itu, warga desa memiliki kepercayaan bahwa dua tokoh ini memiliki tuah. Saat mereka berantraksi, ibu-ibu akan berusaha menggapai selendang dua tokoh jenaka ini dan diusapkan pada wajah anak mereka.
Penthul
Kuda Lumping
Prajurit Putri
Update status
Kini, atraksi reog sudah mengalami inovasi. Koreografinya mulai dikembangkan dengan berbagai macam gerakan baru. Kostumnya juga semakin menarik. Beberapa alat jenis alat musik modern seperti drum dan simbal juga ditambahkan meskipun pola ritmik yang monoton masih dipertahankan (pada zaman dulu mungkin pola ritmis ini mengiringi penari masuk ke alam trance. Namun pada zaman sekarang praktik ini sudah dilarang sehingga hanya tersisa pola ritmis). Â Selain itu atraksinya juga tidak melulu adegan latihan perang, namun sudah ada pengaruh unsur warok ala reog Ponorogo. Dampak positif dari perubahan ini, warga lebih antusias dalam menonton dan orang-orang muda mulai meminati seni budaya.