Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masuk Zona Ketidak-Nyamanan

30 Juni 2012   18:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari keempat, Wendy menggambar lingkaran besar di lantai.  Partisipan diajak untuk mengelilingi lingkaran itu. Setelah itu, Wendy memberi kesempatan jika ada partisipan yang bersedia menari di dalam lingkaran. Beberapa partisipan menyambut undangan itu, tapi ada lebih banyak partisipan yang memilih tetap diam di luar lingkaran.

"Bagaimana rasanya menari di dalam lingkaran?" tanya Wendy.

"Tidak nyaman karena tidak biasa menari," jawab partisipan yang menari.

"Mengapa ada banyak partisipan yang tidak menari?" tanya Wendy.

"Karena kami merasa aman dan nyaman di luar lingkaran," jawab partisipan lainnya.

Wendy menyebut lingkaran yang dia buat adalah zona ketidaknyamanan. Ketika partisipan mengadakan pelatihan pendidikan perdamaian, sebenarnya partisipan sedang mengajak masyarakat menuju zona ketidaknyamanan. Masyarakat diajak untuk melakukan perubahan. Dan perubahan itu menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini memang terlihat paradoksal. Bagaimana tidak, perdamaian biasanya diidentikkan dengan situasi yang menyenangkan, tenang dan tidak ada gejolak. Namun dalam pendidikan perdamaian, masyarakat akan diajak untuk menelisik situasi ketidak-adilan yang ada di sekitar mereka. Hal itu seringkali berakibat pada terbongkarnya situasi kemapanan yang dinikmati oleh sebagian orang. Gerakan untuk menggeser neraca keadilan memang akan berdampak pada perubahan sosial. Padahal perubahan selalu menimbulkan ketidaknyamanan.

Di dalam membuat rencana pendidikan perdamaian ini Wendy menekankan perlunya menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat). Saya tidak akan mengulas rincian SWOT ini karena sudah jamak didengar dan bisa ditanyakan kepada mbah Gugel. Partisipan dbagi lagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok mendapat tugas untuk merencang desain pelatihan peace-building.

Di sela-sela kerja kelompok ini, Wendy menempelkan verbatim atau kutipan ucapan tokoh terkenal di dinding kelas. Dia mengajak partisipan untuk melihat-lihat dan membaca kutipan yang berkaitan dengan pembelajaran. Setelah itu partisipan diminta untuk memilih satu verbatim yang paling mengena pada dirinya. Berikut ini saya tuliskan kembali kutipan itu supaya bermanfaat bagi Anda:

"Change is the end result of all true learning." Leo Muscaglia

"Learning never exhausts the mind" Leonardo da Vinci

"Faith is the first factor in a life devoted to service. Without it, nothing is possible. With it, nothing is impossible." Mary Mcleod Bethune

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun