Mohon tunggu...
Agustina Purnami Setiawi
Agustina Purnami Setiawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/Universitas Stella Maris Sumba

Saya seorang Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Saya seorang praktisi di bidang pendididkan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menguliti Filsafat Pendidikan Pancasila: Mengunyah Idealisme Dan Mencerna Realitas Indonesia

17 Desember 2024   06:08 Diperbarui: 17 Desember 2024   06:08 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengunyah Idealisme dan Mencerna Realitas Indonesia 

Filsafat Pendidikan Pancasila memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai pedoman moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga menjadi landasan pendidikan yang mengarahkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil, makmur, dan beradab. Namun, meskipun nilai-nilai luhur Pancasila telah dijadikan acuan dalam berbagai kebijakan pendidikan, penerapannya dalam kehidupan nyata sering kali menghadapi beragam tantangan. Masalah seperti kesenjangan sosial, ketimpangan kualitas pendidikan di berbagai wilayah, hingga perbedaan latar belakang budaya dan ekonomi siswa, menjadi hambatan dalam mengimplementasikan Pancasila sebagai dasar pendidikan yang efektif.

Dalam konteks ini, metafora tentang proses makan---mengunyah dan mencerna---dapat menggambarkan bagaimana nilai-nilai Pancasila harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengunyah melambangkan proses memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut, sedangkan mencerna menggambarkan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan nyata. Tanpa adanya proses internalisasi yang baik, nilai-nilai tersebut hanya akan tetap menjadi konsep abstrak tanpa dampak yang signifikan. Oleh karena itu, untuk membumikan Pancasila dalam dunia pendidikan, perlu ada pendekatan yang lebih konkret dan menyeluruh agar nilai-nilai Pancasila bisa diterima dan diterapkan secara efektif oleh generasi muda Indonesia.

Pendidikan di Indonesia seharusnya tidak hanya menekankan aspek kognitif atau intelektual, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian yang luhur. Pancasila, dengan lima sila yang terkandung di dalamnya, memiliki peran besar dalam membentuk karakter bangsa yang berbudi pekerti. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti keadilan sosial, persatuan, kerakyatan, serta kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dijadikan sebagai acuan dalam pendidikan. Pendidikan berbasis Pancasila diharapkan tidak hanya mencetak individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga individu yang memiliki integritas moral, tanggung jawab sosial, dan rasa solidaritas terhadap sesama.

Namun, dalam praktiknya, pendidikan di Indonesia sering kali lebih menekankan pada pencapaian hasil akademis yang terukur, sementara aspek karakter dan nilai-nilai moral terkadang terabaikan. Di banyak sekolah, fokus utama sering kali pada ujian dan angka-angka di atas kertas, tanpa memperhatikan seberapa jauh siswa menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, untuk menciptakan manusia Indonesia yang seutuhnya, pendidikan harus lebih menekankan pada pembentukan karakter yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, transformasi dalam sistem pendidikan sangat diperlukan, agar pendidikan tidak hanya mencetak individu yang pandai dalam bidang akademik, tetapi juga individu yang baik dalam perilaku dan tindakan.

Langkah pertama dalam mengimplementasikan Pancasila dalam pendidikan adalah melalui pemahaman yang mendalam tentang setiap sila yang terkandung dalam Pancasila. Proses ini bisa dianalogikan dengan tindakan mengunyah, yaitu tahap di mana seseorang mencerna dan memahami nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya. Pengajaran tentang Pancasila harus dilakukan dengan cara yang mendalam, sehingga siswa tidak hanya mengetahui apa itu Pancasila, tetapi juga memahami makna dan esensinya dalam kehidupan mereka. Ini memerlukan pendekatan yang lebih holistik dan integratif, yang menggabungkan teori dengan praktik.

Guru memegang peranan penting dalam proses ini. Mereka tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila. Dalam hal ini, pendekatan yang lebih reflektif dan kontekstual sangat diperlukan. Misalnya, guru dapat mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan pengalaman hidup siswa atau dengan isu-isu sosial yang sedang berkembang. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah melihat relevansi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Proses pengajaran Pancasila harus mampu menggugah kesadaran siswa tentang pentingnya nilai-nilai tersebut dalam membentuk identitas mereka sebagai warga negara Indonesia.

Selain itu, pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila harus dilakukan sejak dini. Di tingkat sekolah dasar, siswa dapat diperkenalkan dengan nilai-nilai Pancasila melalui cerita-cerita sejarah, diskusi kelompok, atau kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada kerja sama dan gotong royong. Di tingkat yang lebih tinggi, pengajaran Pancasila bisa diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain, seperti ilmu sosial, kewarganegaraan, atau sejarah, dengan mengaitkan nilai-nilai tersebut dengan situasi dan tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini.

Setelah nilai-nilai Pancasila dipahami dan diinternalisasi, tahap berikutnya adalah menerapkannya dalam kehidupan nyata, yang bisa dianalogikan dengan proses mencerna. Dalam konteks pendidikan, ini berarti mengajak siswa untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar sekolah. Pendidikan yang baik harus mampu menghubungkan antara teori dan praktik, sehingga siswa tidak hanya mengetahui tentang Pancasila, tetapi juga mampu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu, sistem pendidikan di Indonesia harus mendukung terciptanya lingkungan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Ini mencakup bagaimana sekolah menciptakan suasana yang mendukung pengembangan karakter siswa, seperti dengan mengedepankan prinsip gotong royong, saling menghargai, dan bekerja sama dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya, di dalam kelas, siswa dapat diajarkan tentang pentingnya saling menghormati perbedaan, bekerja sama dalam kelompok, dan menyelesaikan masalah secara adil dan bijaksana. Di luar kelas, siswa bisa terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang mengajarkan mereka tentang kepedulian terhadap sesama, seperti program pengabdian masyarakat, kegiatan amal, atau kerja bakti.

Selain itu, guru juga harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila. Sebagai pendidik, mereka harus menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan prinsip-prinsip Pancasila, seperti kejujuran, keterbukaan, dan rasa tanggung jawab. Ketika guru menunjukkan sikap yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut, siswa akan lebih mudah untuk meniru dan menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Mengunyah Idealisme dan Mencerna Realitas Indonesia 
Mengunyah Idealisme dan Mencerna Realitas Indonesia 

Penerapan pendidikan berbasis Pancasila tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja. Kolaborasi antara pemerintah, pendidik, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila secara holistik. Pemerintah perlu merancang kebijakan yang mendukung pendidikan berbasis karakter, mulai dari penyusunan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap mata pelajaran, hingga penyediaan pelatihan dan pengembangan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dalam mengajar nilai-nilai tersebut. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan dalam bentuk fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang merata di seluruh Indonesia, agar semua anak bangsa memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Di sisi lain, pendidik harus memiliki kesadaran bahwa mereka tidak hanya bertugas untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa. Oleh karena itu, mereka perlu mengembangkan pendekatan yang lebih humanis dan inklusif dalam mengajar, serta mampu menghubungkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan sosial yang dihadapi siswa. Sementara itu, masyarakat juga harus terlibat aktif dalam mendukung pendidikan berbasis Pancasila. Lingkungan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila akan membantu memperkuat internalisasi nilai-nilai tersebut pada siswa.

Untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan dapat diterapkan secara berkelanjutan, perlu ada upaya yang terus-menerus dari semua pihak. Pendidikan berbasis Pancasila harus menjadi bagian dari budaya pendidikan yang hidup dan berkembang. Oleh karena itu, perlu ada evaluasi dan pembaruan secara berkala terhadap kebijakan pendidikan, kurikulum, serta metode pengajaran, agar selalu relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa Indonesia. Dengan mengunyah dan mencerna nilai-nilai Pancasila secara mendalam dan tepat, kita dapat mewujudkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berbudi pekerti luhur dan siap menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa Pancasila tetap hidup dan berkembang, bukan hanya sebagai dasar negara, tetapi sebagai pedoman dalam setiap langkah pendidikan yang dilakukan.

By Agustina Purnami Setiawi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun