“Biarpun saya terlihat kecil, tetapi kemampuan saya besar.”
Saya cukup terkejut saat membaca kalimat di atas dalam biodata atlet yang disajikan PB Djarum. Kalimat itu dipilih pebulutangkis ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo, untuk menggambarkan dirinya. Hanya satu kalimat. Namun, bila diselami, dalam sekali maknanya. Tengoklah sejumlah foto Kevin saat masih junior di halaman biodata atlet-atlet PB Djarum. Postur Kevin tampak lebih kecil dibandingkan rekan-rekan seangkatannya.
Beranjak dewasa pun Kevin masih tergolong kecil. Pada database PBSI, tinggi badan Kevin tercatat 1,70 m. Dengan postur setinggi itu, Kevin termasuk “kecil” bila dibandingkan dengan sejumlah ganda putra di Pelatnas, seperti Angga Pratama (1,80 m), Ricky Karanda Suwardi (1,80 m), Mohammad Ahsan (1,74 m), Hendra Setiawan (1,83 m), Ade Yusuf*) (1,80 m), Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira (1,76 m), Rian Agung Saputro (1,80 m), dan Berry Angriawan (1,78 m), meskipun masih sedikit lebih tinggi dibanding pasangannya, Marcus Fernaldi Gideon (1,67 m).
Badan boleh “kecil”, namun kemampuan Kevin saat bertanding tidak jauh dari kalimat yang diungkapkannya di atas. Kevin mampu bermain di area depan dan belakang dengan sama baiknya. Di area depan, Kevin mampu melakukan “pancingan” dengan melakukan pukulan-pukulan halus di atas net. Kemampuannya ini memaksa lawan mengangkat shuttlecock, yang kemudian dimanfaatkan Kevin atau pasangannya untuk menyerang lawan.
Kevin juga cerdik menempatkan shuttlecock di area permainan lawan yang kosong untuk meraih angka. Dengan sigapnya, Kevin mampu “memotong” laju shuttlecock yang melambung “tanggung”, bahkan tak segan untuk “memotong” sambil melompat dan bergerak lincah di depan net.
Saat “ditarik” ke area belakang, Kevin cepat beradaptasi. Smash Kevin pun lumayan keras. Tak jarang Kevin melakukan beberapa kali jumping smash ke sana ke mari demi menjatuhkan shuttlecock ke area permainan lawan. Karena kemampuannya ini, Kevin sempat dijuluki “The Flying Kevin” oleh publik Thailand saat berlangsung Kejuaraan Dunia Junior 2013 di Bangkok.
Satu kelebihan Kevin, yang tidak dimiliki kebanyakan pebulu tangkis, adalah kemampuannya saat melakukan flick serve. Flick serve merupakan servis yang melambung ke belakang area permainan untuk mengecoh lawan. Untuk melakukan flick serve, biasanya pebulu tangkis sedikit meninggikan pukulan agar shuttlecock dapat melambung. Karena itu, bila tidak dilakukan dengan baik, flick serve berisiko dinyatakan fault oleh service judge. Pun bila flick serve berhasil dilakukan dan tidak dinyatakan fault, risiko tidak hilang begitu saja. Bila tinggi lambungan shuttlecock tidak sesuai atau “tanggung”, shuttlecock dapat menjadi santapan empuk lawan untuk di-smash. Beberapa ganda dunia pernah kecolongan dengan flick serve yang dilakukan Kevin.
Mental yang Bagus
Di samping memiliki keunggulan teknis, Kevin memiliki mental bertanding yang bagus. Saat tertinggal angka, Kevin dan pasangannya mampu mengejar ketertinggalan bahkan membalikkan keadaan. Sebut saja di semifinal Kejuaraan Dunia Junior 2013, saat turun di nomor ganda campuran bersama Masita Mahmudin. Saat tertingal 12-17 di set kedua dari ganda China, Liu Yuchen/Huang Dongping (unggulan kedua), Kevin/Masita mampu meraih 9 angka beruntun dan memaksakan rubber set. Di set penentuan, Kevin/Masita, yang kembali tertingal 11-17, berhasil menyamakan kedudukan dan balik unggul 21-19.
Di semifinal Chinese Taipei Grand Prix 2015, Kevin, yang berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon, berhadapan dengan ganda Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Kevin/Gideon sempat tertinggal 17-20 di set ketiga. Kevin/Gideon berhasil meraih 5 angka beruntun dan memenangkan pertandingan.
Di perempatfinal Malaysia Masters Grand Prix Gold (GPG) 2016, Kevin/Gideon tertinggal 15-19 di set kedua saat berhadapan dengan ganda Chinese Taipei, Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin. Kevin/Gieon berhasil menyamakan kedudukan, berbalik unggul 22-20, sekaligus memaksakan rubber set.
Di babak 16 besar India Open Superseries 2016, saat berhadapan dengan ganda China, Chai Biao/Hong Wei, Kevin/Gideon tertinggal 11-17 di set ketiga. Kevin/Gideon berhasil memperkecil selisih angka menjadi 14-17, menyamakan kedudukan menjadi 18 sama, dan memenangkan set ketiga dengan skor 21-18. Hong Wei tak kuasa menutupi kekecewaannya. Selepas bertanding, Hong Wei membanting raket untuk meluapkan rasa kecewa.
![Gambar Gideon/Kevin dijadikan cover photo akun Facebook BWF (screenshot dari https://www.facebook.com/bwfbadminton/)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/12/gideon-kevin-jadi-cover-foto-fb-bwf-57d649bc949773e640a2c668.jpg?t=o&v=770)
![Apresiasi BWF atas capaian Gideon/Kevin di India Open Superseries 2016 (screenshot dari https://www.facebook.com/bwfbadminton/)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/12/gideon-kevin-jadi-cover-foto-fb-bwf-2-edit-57d64a24b59373ae46156c7b.jpg?t=o&v=770)
Tak ada gading yang tak retak. Kevin dengan sejumlah keterampilan individu yang dimilikinya bukan berarti tak memiliki kekurangan. Di saat tertentu, bahkan dalam posisi unggul angka, Kevin masih terburu-buru dan kurang sabar saat mengolah shuttlecock. Lawan kerap mendapatkan angka dengan mudahnya akibat kesalahan-kesalahan yang tidak semestinya dilakukan. Semoga seiring dengan bertambahnya jam terbang, kesabaran Kevin dalam mengolah shuttlecock semakin terasah.
Di usianya yang relatif muda, Kevin sudah mengoleksi 2 gelar juara Superseries (India Open Supeseries 2016 dan Australian Open Superseries 2016) dan 2 gelar juara GPG (Malaysia Masters GPG 2016 dan Indonesian Masters GPG 2016). Saya yakin Kevin tidak akan puas dengan apa yang sudah diraih. Teruslah giat berlatih, Kevin. Semoga dapat terus “terbang” setinggi impianmu.
Aksi Kevin di Lapangan
- Final Chinese Taipei GPG 2015, Kevin/Gideon vs Fu Haifeng/Zhang Nan
- Kevin/Gideon tampil buruk. Saat berada di panggung untuk mengikuti prosesi penyerahan medali dan hadiah, keduanya tampak sangat kecewa, terutama Kevin. Pukulan “ramah” dari Fu ke kaki kiri Kevin bahkan tak sanggup membuat Kevin tersenyum. Senyum tipis Kevin akhirnya muncul saat menyambut ajakan bersalaman dari Zhang. Adegan saat Kevin dan Zhang bersalaman ini bagi saya tampak lucu.
Gideon/Kevin di podium ganda putra Chinese Taipei GPG 2015 (sumber: https://twitter.com/Toru_Morita)
- Kevin/Gideon tampil buruk. Saat berada di panggung untuk mengikuti prosesi penyerahan medali dan hadiah, keduanya tampak sangat kecewa, terutama Kevin. Pukulan “ramah” dari Fu ke kaki kiri Kevin bahkan tak sanggup membuat Kevin tersenyum. Senyum tipis Kevin akhirnya muncul saat menyambut ajakan bersalaman dari Zhang. Adegan saat Kevin dan Zhang bersalaman ini bagi saya tampak lucu.
- Final Malaysia Masters GPG 2016, Kevin/Gideon vs Koo Kien Keat/Tan Boon Heong
- Koo memuji penampilan Kevin/Gideon setelah bertanding di final, baca di sini beritanya.
Gideon/Kevin usai bertanding melawan Koo/Tan di final Malaysia Masters GPG 2016 (sumber: http://www.1titan.com/)
- Koo memuji penampilan Kevin/Gideon setelah bertanding di final, baca di sini beritanya.
- Babak 16 besar India Open Superseries 2016, Kevin/Gideon vs Chai Biao/Hong Wei
- Semifinal India Open Superseries 2016, Kevin/Gideon vs Goh V Shem/Tan Wee Kiong
- Flick serve Kevin mengecoh Goh. Tan menolak bersalaman dengan Kevin setelah bertanding.
- Aksi Kevin di India Open Superseries mendapat pujian dari pebulu tangkis Inggris, Gabrielle Adcock, dan mantan pebulu tangkis Belanda, Jorrit de Ruitter.
Tweet Gabby tentang Kevin (screenshot dari https://twitter.com/gabbywhite011)Tweet Jorrit tentang Kevin (screenshot dari https://twitter.com/JorritdeRuiter)
- Perempat final Australian Open Superseries 2016, Kevin/Gideon vs Fu Haifeng/Zhang Nan
- Flick serve Kevin kali ini mengecoh Fu.
- Flick serve Kevin kali ini mengecoh Fu.
Catatan:
*) Ade Yusuf merupakan pasangan Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira. Namun, berhubung sedang dalam masa pemulihan, Ade dipulangkan ke klubnya untuk sementara waktu.
Alur Laut, 11 September 2016
***
Baca juga:
Hadiah Uang pada Turnamen Bulu Tangkis