Suhandinata Cup mungkin belum sepopuler tiga turnamen beregu bulu tangkis lainnya: Thomas Cup, Uber Cup, dan Sudirman Cup. Wajar saja karena turnamen beregu campuran junior ini merupakan turnamen termuda di antara keempat turnamen beregu bulu tangkis tingkat dunia tersebut. Turnamen ini digelar pertama kali pada tahun 2000 di Guangzhou, China. Saat itu, turnamen tersebut belum dikenal sebagai Suhandinata Cup.
Pada tahun 2008, lewat Council Meeting Badminton World Federation (BWF), turnamen World Junior Team Championship berubah nama menjadi Suhandinata Cup. Nama itu diambil BWF dari nama salah satu tokoh bulu tangkis Indonesia, Suharso Suhandinata, sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya pada perkembangan bulu tangkis, khususnya bulu tangkis bagi remaja. Bersama mentornya, Dick Sudirman, Suharso Suhandinata dikenal berperan penting dalam menyatukan dua lembaga bulu tangkis dunia, International Badminton Federation (IBF) dan World Badminton Federation (WBF). Tidak hanya itu, Suharso Suhandinata juga merupakan sosok di balik keberhasilan Indonesia mengusulkan nama “Sudirman” sebagai nama piala sekaligus nama turnamen beregu campuran bulutangkis dunia. Kepiawaian Suharso Suhandinata berdiplomasi membuatnya mendapat julukan Diplomat Bulu Tangkis.
Simbol-simbol pada Piala Suhandinata
Bila dibandingkan dengan Piala Sudirman, bentuk Piala Suhandinata lebih ramping. Piala setinggi 80 cm ini berlapis emas, sebagai lambang prestasi juara. Bentuk dasar piala merupakan kombinasi shuttle cock dan bola dunia dengan ornamen khas Bali. Bali dipilih sebagai identitas Piala Suhandinata karena darah Bali mengalir pada keluarga Suhandinata. Di samping itu, Bali telah dikenal dunia. Piala Suhandinata terdiri dari beberapa bagian dengan ornamen yang sarat makna.
- Puncak piala
- Penutup piala
- “Leher” piala
- Pegangan piala
- “Jantung” piala
- Bawah piala
Seperti halnya Piala Sudirman, identitas Indonesia sangat melekat pada Piala Suhandinata. Sayang, pada dua turnamen bulu tangkis yang simbolnya sangat “Indonesia” itu, Indonesia justru belum berjaya. Indonesia bahkan belum sekali pun mengangkat Piala Suhandinata tinggi-tinggi di podium. Podium runner up menjadi capaian terbaik Indonesia sejak tahun 2013.
Tahun ini, Indonesia kembali tampil di babak puncak, setelah pagi tadi mengalahkan Chinese Taipei dengan skor 3-1. Di atas kertas, Indonesia memang lebih diunggulkan, namun Chinese Taipei cukup menyulitkan junior-junior Indonesia. Lawan yang lebih berat akan dihadapi di babak final. Indonesia akan menantang juara bertahan, China, yang tahun lalu menjegal langkah Indonesia naik podium juara. Melihat kualitas pemain juniornya, China lebih difavoritkan untuk meraih gelar juara. Semoga junior Indonesia dapat mengeluarkan segenap permainan terbaik mereka. Semangat junior!
http://www.bukubandung.com/buku_0163 (Gambar buku “Suharso Suhandinata: Diplomat Bulu Tangkis”)
http://www.bwfbadminton.org/file.aspx?id=531566&dl=1 (Gambar Piala Suhandinata)
http://bwfbadminton.org/news_item.aspx?id=41950 (Artikel yang ditulis BWF untuk mengenang Suharso Suhandinata (1916-2010))
https://www.facebook.com/bwfbadminton (Gambar tim junior Indonesia di babak perempat final)
Alur Laut, 08 November 2015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI