Mohon tunggu...
Purnamasari
Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Profesi Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Medical Student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Komplikasi Luka Bakar" oleh Purnamasari, dr. Fitriardi Sejati, Sp.B

16 September 2024   12:55 Diperbarui: 16 September 2024   12:56 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Luka bakar adalah cedera serius yang melibatkan kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya akibat paparan suhu tinggi, bahan kimia, listrik, atau radiasi. Keparahan luka bakar dapat bervariasi, mulai dari luka bakar ringan hingga berat, tergantung pada kedalaman dan luas area yang terdampak. 

Selain cedera langsung, luka bakar juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi, yang umumnya diklasifikasikan menjadi komplikasi akut (yang terjadi segera setelah cedera) dan komplikasi kronik (yang muncul selama penyembuhan jangka panjang). Memahami kedua jenis komplikasi ini sangat penting untuk merencanakan penanganan dan rehabilitasi yang tepat.

Komplikasi Akut Luka Bakar

1. Syok Hipovolemik 
Luka bakar yang parah menyebabkan kehilangan cairan tubuh secara besar-besaran melalui kulit yang terbuka. Kehilangan cairan ini dapat menyebabkan syok hipovolemik, yaitu kondisi darurat yang ditandai dengan penurunan volume darah, tekanan darah rendah, dan gangguan aliran darah ke organ-organ vital.

- Gejala: Kulit pucat, denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, dan kebingungan.
- Penanganan: Cairan resusitasi intravena adalah tindakan utama. Larutan seperti Ringer laktat sering digunakan untuk mengembalikan volume darah dan mencegah kegagalan organ.

2. Infeksi Lokal dan Sepsis 
Kulit adalah penghalang alami terhadap infeksi, sehingga luka bakar membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri. Luka bakar, terutama yang dalam dan luas, memiliki risiko tinggi terkena infeksi. Jika infeksi menyebar ke dalam aliran darah, kondisi ini dapat berkembang menjadi sepsis, yang berpotensi fatal.

- Gejala: Demam, kemerahan yang meluas di sekitar luka, nanah, peningkatan rasa sakit, dan gejala sepsis seperti napas cepat dan tekanan darah rendah.
- Penanganan: Pencegahan infeksi dilakukan melalui perawatan luka yang baik, penggunaan antibiotik topikal, dan penutupan luka dengan balutan steril. Jika infeksi sistemik terjadi, antibiotik intravena dan perawatan intensif diperlukan.

3. Gangguan Pernapasan 
Pasien dengan luka bakar di area wajah atau yang menghirup asap memiliki risiko mengalami luka bakar pada saluran napas. Edema laring atau luka bakar pada saluran napas dapat menyebabkan obstruksi jalan napas yang berbahaya. Selain itu, inhalasi asap atau gas beracun dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida dan edema paru.

- Gejala: Sesak napas, batuk, suara serak, atau pembengkakan di sekitar wajah.
- Penanganan: Intubasi dan ventilasi mekanis seringkali diperlukan untuk menjaga jalan napas terbuka. Pemberian oksigen dalam konsentrasi tinggi diperlukan untuk mengatasi keracunan karbon monoksida.

4. Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC) 
Luka bakar yang sangat luas dapat memicu koagulasi intravaskular diseminata (DIC), suatu kondisi di mana pembekuan darah terjadi secara berlebihan di seluruh tubuh, mengakibatkan pembekuan darah dan pendarahan bersamaan.

- Gejala: Pendarahan yang tidak normal, pembentukan bekuan darah, gagal organ.

- Penanganan: Terapi antikoagulan dan transfusi darah mungkin diperlukan, tergantung pada kondisi pasien.


Komplikasi Kronik Luka Bakar

1. Kontraktur Luka 
Setelah proses penyembuhan luka bakar, jaringan parut yang terbentuk seringkali menyebabkan kontraktur. Kontraktur adalah pemendekan jaringan lunak yang menyebabkan keterbatasan gerakan pada sendi atau bagian tubuh yang terkena. Komplikasi ini sering terjadi pada luka bakar yang mengenai area sendi.

- Gejala: Keterbatasan gerakan, nyeri saat bergerak, dan kelainan bentuk di sekitar area luka bakar.
- Penanganan: Fisioterapi dan latihan gerakan diperlukan untuk mencegah atau mengurangi kontraktur. Pada kasus yang parah, pembedahan rekonstruksi mungkin dibutuhkan.

2. Hypertrophic Scars dan Keloid 
Jaringan parut yang abnormal seringkali terbentuk selama penyembuhan luka bakar dalam. Hypertrophic scars adalah jaringan parut yang menonjol dan tebal namun terbatas pada area luka. Keloid adalah jaringan parut yang tumbuh melebihi batas luka asli, yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu fungsi.

- Gejala: Jaringan parut yang tebal, merah, dan gatal; terbatas pada hypertrophic scars, atau melebar pada keloid.
- Penanganan: Pengobatan termasuk kompresi luka, terapi silikon, injeksi steroid, atau pembedahan untuk menghilangkan jaringan parut. Laser terapi dan terapi radiasi juga bisa digunakan untuk keloid yang sulit ditangani.

3. Gangguan Psikologis 
Cedera akibat luka bakar dapat meninggalkan dampak psikologis jangka panjang. Gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, dan kecemasan sering terjadi pada pasien yang mengalami luka bakar parah, terutama yang mengakibatkan cacat fisik atau perubahan penampilan yang signifikan.

- Gejala: Flashback traumatis, kecemasan berlebihan, ketidakmampuan untuk kembali ke kehidupan normal, atau depresi.
- Penanganan: Intervensi psikologis dan terapi psikoterapi sangat penting untuk membantu pasien mengatasi trauma emosional. Dukungan keluarga dan kelompok pendukung juga berperan besar dalam pemulihan psikologis.

4. Kelemahan dan Atrofi Otot 
Luka bakar yang luas sering kali memerlukan imobilisasi pasien dalam jangka waktu yang lama, yang dapat menyebabkan atrofi otot dan kelemahan fisik. Keterbatasan gerakan akibat kontraktur juga memperburuk kondisi ini.

- Gejala: Penurunan massa otot, kelemahan, dan keterbatasan gerakan.
- Penanganan: Rehabilitasi dan fisioterapi secara bertahap diperlukan untuk mengembalikan kekuatan dan fungsi otot. Program latihan khusus juga dibutuhkan untuk mencegah atrofi lebih lanjut.

5. Malnutrisi dan Masalah Metabolik
Proses penyembuhan luka bakar, terutama yang luas, meningkatkan kebutuhan metabolik tubuh. Pasien sering kali mengalami hipermetabolisme, di mana tubuh membutuhkan lebih banyak kalori dan protein untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Jika kebutuhan nutrisi ini tidak terpenuhi, pasien berisiko mengalami malnutrisi, yang memperlambat proses penyembuhan.

- Gejala: Penurunan berat badan, kelemahan, lambatnya penyembuhan luka.
- Penanganan: Nutrisi yang tepat, termasuk suplementasi protein dan kalori tinggi, sangat penting selama pemulihan. Pengawasan diet dan, pada beberapa kasus, pemberian makanan melalui tabung nasogastrik mungkin diperlukan.

Luka bakar dapat menimbulkan komplikasi akut dan kronik yang signifikan, baik secara fisik maupun psikologis. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi akut seperti syok, infeksi, atau gangguan pernapasan. Di sisi lain, komplikasi kronik seperti kontraktur, jaringan parut, dan gangguan psikologis memerlukan perawatan jangka panjang yang melibatkan pendekatan multidisiplin. Pencegahan dan perawatan yang optimal dapat meningkatkan kualitas hidup pasien pasca-luka bakar dan meminimalkan dampak jangka panjang dari cedera tersebut.


Sumber Referensi
1. Sheridan, R.L. "Burns." The New England Journal of Medicine, 2016.  
2. Herndon, D.N. "Total Burn Care." 5th Edition, Elsevier, 2017.  
3. American Burn Association. "Burn Injury: Fact Sheets and Treatment Guidelines."  
4. Kowalske, K.J. "Rehabilitation of Burn Injuries." Clinics in Plastic Surgery, 2009.:** Pendarahan yang tidak normal, pembentukan bekuan darah, gagal organ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun