Mohon tunggu...
Secret Admirer
Secret Admirer Mohon Tunggu... -

keep smile :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Merah Jambu

9 April 2012   05:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:51 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu begitu cepat berlalu setelah kepergian mu sore itu, aku masih menatapmu dibalik jendela kamarku, ingin rasanya aku memelukmu meski hanya beberepa detik saja dan mengucapkan betapa aku masih menyayangimu. Setelah perdebatan kemarin, kini kau pergi dari rumahku dan hanya berkata "maaf" padaku. meski masih ada luka di sini.

"Meskipun kamu akan pergi ke Bandung tak sepatutnya kau memutuskan hubungan kita begitu saja, setiap libur kuliah, kamu masih bisa pulang ke Jakarta kan, apa kah memang kau sudah tidak mencintaiku lagi? dan kenapa begitu tiba-tiba sekali pergi ke Bandung? tanya ku dengan nada tinggi

"bukan itu alasanku, aku hanya ingin udara yang  lebih baik dari Ibu kota dan aku ingin belajar di ITB kamu tau itu kan, aku hanya ingin kamu bahagia dengan yang lain, bukan dengan ku" ujar Dira menenangkanku "aku akan menunggumu"

"jangan menungguku, aku takkan kembali padamu, besok aku akan pergi "

"baik jika itu maumu, silahkan pergi " tak terasa airmataku jatuh, tapi Dira Telah berbalik dan tak melihatku, meski langkahnya sempat terhenti mendengar isakku, tapi dia tetap berjalan.

semakin lama kau meninggalkan ku tanpa pesan dan surat, semakin aku merindukanmu,sampai suatu malam  ku buka semua yang meng ingatkanku padamu, ternyata terselip surat merah jambu, surat terakhir yanng kau berikan pada ku saat aku berulang tahun sebulan yang lalu dan Dira mengatakan "jangan kau buka surat merah jambu itu sekarang, kalau aku pergi baru kamu boleh baca".  

Dinda..

selamat ulang tahun kekasihku, umurmu kian bertambah sama seperti aku yang selalu bertambah sayang pada mu, kau akan selalu aku ingat dalam tidurku, senyum dan keberadaanmu disisi ku saat ini takkan pernah aku sesali di lain waktu, aku pun takkan pernah menyesali hubungan kita yang sesingkat ini, aku malah bersyukur bisa mengenalmu sebelum aku pergi.  ingin rasanya aku ada di setiap ulang tahunmu, dan menikmati kue pertama mu setiap tahunnya tapi rasanya aku takkan bisa menikmati semua nya lagi.

kelak jika aku pergi jangan pernah kau tangisi kepergianku, jika aku tidak pernah kembali padamu ketika aku pergi, relakan aku, hidup akan tetap berjalan meski tanpa aku. kamu wanita yang terkuat yang pernah aku kenal, kau pernah mengalah kan rasa takutmu ketika kamu di palak preman - preman seberang, rasanya aku takkan pernah melupakan itu, satu hal yang mesti kau tahu aku akan selalu mencintaimu meski kita di tempat yang berbeda, dan aku yakin kau akan menemukan lelaki yang baik selain aku.

terima kasih kau selalu ada disampingku dalam waktu yang singkat ini, semuanya takkan pernah kulupakan. dan maaf ketika kau merasa sedih karena aku, aku tak bermaksud membuatmu sedih semua hanya masalah waktu, semua orang akan berpisah pada waktunya, begitupun aku dan kamu. jangan pernah kau tanyakan mengapa aku meninggalkanmu, sebab aku pun tak ingin seperti ini.

selamat ulang tahun kekasihku, Tuhan akan selalu menjagamu... :))

tulisan Dira kini luntur karena aimataku yang jatuh, ku peluk surat itu hanya satu yang aku katakan saat itu "maafkan aku" ujarku sambil terisak

beberapa hari berlalu setelah aku membaca surat itu, aku mencari alamat Dira di Bandung, mencoba menghubungi teman-temanku sewaktu SMA, ternyata tidak ada yang tahu keberadaan Dira di Bandunng bahkan mereka tidak tahu kalau Dira kuliah diBandung. Aku coba menghubungi keluarganya tapi ternyata keluarganya pindah entah kemana. aku merasa putus asa mencari keberadaannya dan ku putuskan untuk berhenti mencarinya. malam semakin larut, tiba - tiba ponselku berdering, bukan nomor wilayah Jakata ataupun Indonesia tapi luar negri, aku pun terheran heran karena aku tidak pernah memiliki kenalan orang luar negeri, ataupun saudara yang tinggal di sana.

"Hallo" ucapku

"Hallo, ini benar Dinda aku Adiknya Dira" mendengar itu aku langsung loncat dari tempat dudukku dan menanyakan keberadaan Dira, tapi setelah Aku menanyakan keberadaan Dira, tak ada jawaban dari seberang hanya isakan yang terdengar, pelan pelan adik Dira pun berbicara mengenai Dira, mengenai alasan Dira pergi meninggalkan Dinda, mengenai mengapa Dira sekarang ada di Singapura. mengenai penyakit yang di derita Dira selama ini. sampai akhirnya Adik Dira pun berkata "kak Dinda aku harap kak Dinda yang tabah kalo Alisa bilang ini"

"bilang apa Lis?"

"Kak Dira udah pergi ninggalin kita selamanya ka" ujar Alisa. aku pun kaget dan menjatuhkan ponselku, aku tidak tahu harus melakukan apa saat itu aku hanya bisa menangis dan menutupi muka ku dengan tanganku dan hanya bisa menunggu acara pemakamanmu disini.

Hujan mengguyur hari dimana Dira dimakamkan, aku ada disana, aku hanya  tertegun meihat batu nisan bertuliskan nama Dira Arya Pratama.   aku selalu berharap kau akan terus disampingku tapi rasanya mustahil, karena kini kau telah pergi bersama bidadari - bidadari cantik disampingmu.

Selamat Jalan kekasihku, kau akan bahagia disana.......... :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun