Pandemi COVID-19 memaksa setiap orang untuk melakukan aktivitas atau kegiatan  dari rumah demi mencegah dan memutus penyebaran virus corona. Kegiatan pembelajaran pun akhirnya terpaksa dilakukan dari rumah secara daring atau dalam jaringan. Pembelajaran daring atau biasa dikenal pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet. Kegiatan pembelajaran daring bisa dilaksanakan melalui berbagai aplikasi di antara lainnya whatapp group, google classroom, zoom, google meet, E-learning, dan lain sebagainya.
Pembelajaran daring tentu saja menuntut peserta didik untuk memiliki handphone. padahal kenyataan di lapangan tidak semua peserta didik memiliki handphone sendiri. kalaupun memiliki handphone, peserta didik belum tentu bisa mengikuti pelajaran karena untuk mengikuti pembelajaran daring tentu saja harus tersambung pada internet. Selain itu penulis juga menemukan masalah handphone yang dimiliki peserta didik spesifikasinya tidak mendukung untuk mengikuti kegiatan pembelajaran E-learning sehingga peserta didik tidak bisa login ke E-learning. Masalah-masalah ini tentu saja baru segelintir permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran daring.Â
Masalah yang terjadi menjadi suatu tantangan bagi para pelaku pendidikan, terkait dengan proses pembelajaran dan perlu diantisipasi dengan tepat agar praktik pembelajaran di sekolah tidak keluar dari rambu-rambu yang ditetapkan dalam Permendikbud No.22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.Â
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Depdikbud, 2016). Implementasi ketentuan-ketentuan yang dibebankan pada proses pembelajaran seperti yang dipaparkan di atas tentunya menghadapi permasalahan kompleks ketika dilaksanakan secara daring.
Di tengah pembelajaran daring tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus berpikir keras bagaimana caranya materi yang diajarkan sampai kepada peserta didik. Kreativitas seorang guru dituntut agar kegiatan pembelajaran menarik dan tidak membosankan bagi peserta didik dan tentu saja tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini juga yang dihadapi oleh penulis dalam melakukan pembelajaran pada mata pelajaran matematika.
Mata pelajaran matematika yang menghendaki peserta didik banyak berlatih dalam memecahkan masalah dengan bimbingan guru. Kondisi seperti ini tidak cukup mudah dilaksanakan dalam format pembelajaran daring. Keterbatasan interaksi yang terbangun dalam interaksi daring mengurangi keleluasaan guru untuk memantau secara intens kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik, jika guru tidak kreatif dalam memilih dan merancang strategi pembelajaran yang benar-benar memadai.Â
Strategi yang dimaksud dalam hal berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan internet dan segala fasilitas yang ada di dalamnya untuk mendukung pembelajaran daring. Pembelajaran matematika secara daring tidak mudah dilaksanakan di beberapa sekolah. Ketiadaan komunikasi dan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran daring tentu saja menjadi hambatan dan dirasa perlu mencari jalan keluar untuk mewujudkan transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap.Â
Salah satu cara yang dapat ditempuh yakni dengan mewujudkan pembelajaran daring berbantuan audio visual yang menarik dengan biaya rendah, dan mudah diikuti peserta didik meskipun dengan keterbatasan kesempatan dan tanpa kehadiran langsung sosok guru.
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audio visual akan menjadi penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal.Â
Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Dalam proses penggunaan media audiovisual guru dapat membagikan atau memberikan video yang berkaitan dengan materi melalui wa Group ataupun google classroom.Â
Dengan adanya media audiovisual ini peserta didik diharapkan tidak merasa bosan, lebih memahami materi pembelajaran, serta peserta didik akan lebih antusias dalam belajar. Contoh pembelajaran ini guru bisa memberikan atau menyajikan sebuah video. Kegiatan jual-beli untuk materi aritmatika sosial pada mata pelajaran matematika. Pembelajaran akan terasa kontekstual penuh makna, sehingga peserta didik dapat menyerap materi dan mampu menyimpulkan apa yang telah dipelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H