Sebagai makhluk sosial, tentunya kita sering beinteraksi dengan sesama. Agama dan budaya di manapun selalu menganjurkan kita untuk saling tolong-menolong. Statemen ini menurut saya masih terlalu normatif karena meminta tolong juga harus memperhatikan etika dan situasi, jangan sampai kita mereportkan orang lain, terlebih sahabat. Jika sahabat selalu direpotkan untuk hal-hal sepele yang seharusnya bisa dilakukan sendiri, mungkin sahabat kita akan menjauh perlahan-lahan. Kapan saat yang tepat untuk meminta tolong? 1) Minta tolong-lah untuk hal-hal genting/darurat, seperti: Mintalah tolong ketika anda atau keluarga sakit keras/kecelakaan sehingga memerlukan bantuan baik biaya, tenaga. Atau ketika atap bocor saat musim hujan sehingga perlu renovasi segera. Juga meminta tolong jika makan dalam sehari cuma 1 kali. Kalo anda masih bisa makan 2x dalam sehari, seharusnya sudah cukup, karena saya pun pernah mengalami spt ini. Sering kali saya temui teman2 ingin meminjam untuk hal-hal yang ga penting, mulai pinjam buat renovasi rumah spt pasang pagar baru, ngecat rumah krn dekat lebaran, aneh2 deh pokoknya. Saya juga pengalaman ada ibu tetangga sering berhutang ke saya, awalnya saya kasih, lalu berhutang lagi, dan lagi. Ternyata saya tanya buat bayar arisanlah dan ini dan itu. Rejeki setiap orang berbeda, cobalah nikmati dulu yg ada. 2) Jangan meminjam alat-alat yang sering dipakai Kalo alat-alat tsb rutin dipakai paling tidak 1 minggu sekali maka lebih baik beli, apalagi bila harganya murah. Contohnya jd mahasiswa, bawalah ballpoint jangan minjam melulu. 3) Jangan sering meminta tolong untuk hal-hal yang sepele. Nitip bungkus makan. memang sederhana tapi kalo nitip tiap hari, teman kita kan bukan OB yang selalu disuruh2? Kecuali kalo teman anda yang nawarin duluan, "Mau nitip ga?" ini gpp, justru merupakan sinyal, kalo dia ingin bersahabat dengan anda. 4) Minta tolong-lah kepada orang yang terdekat. Mintalah bantuan saudara terdekat atau tetangga/sahabat yang telah akrab. Karakter orang itu berbeda-beda, ada orang yang punya sifat empati meski ke orang yang baru dikenal, ada juga orang yang harus akrab dulu baru menolong. Pengalaman pribadi: Di Bandung sy sekolah S2 dan saat kontrakan habis saya pindah kos dekat teman2 saya. Suatu saat sy jenuh, mau jalan ga da uang. Akhirnya saya mencoba bakar kayu untuk buat jagung bakar krn halaman kos luas. Ada salah satu teman yang ternyata sehobi. Bakar2 jagung. Krn sering beraktifitas jadilah saya agak akrab dgn Y. Suatu saat di sore hari yg dingin saya bakar jagung sambil ngobrol mau mencetak draft tesis. Eh, ybs nawarin, pakai printer dia saja. Sedangkan teman lain yang jarang berinteraksi, tidak nawarin mencetak dengan printernya. Jadi, janganlah menilai seseorang. Dalam situasi ini tidak ada yang perlu disalahkan krn semuanya bergantung dari investasi perhatian kecil anda, ke teman2 sekitar. Pada kesempatan lain saya pernah membantu rekan dalam tesis-nya untuk mendeteksi gambar AutoCAD dengan VB termasuk programmingnya. Waktu itu dia sedang konsultasi program ke kos saya sambil kami buka notebook. Sy baca FB bahwa katakan "Eh, ada teman FB ku nawarin jasa pindahan barang", Dia tau saya hampir lulus. Dia bilang, "Mas, kalo mau pindahan pakai mobil saya aja, kan barangnya ga banyak", Padahal waktu itu saya ga bermaksud apa-apa, cuma mungkin dia sensitif sampai nawarin bantuan. Hari gini, banyak orang tidak percaya ke orang asing, Saya pengalaman 2x orang ngaku kecopetan di metromini minta bantuan ongkos. Saya kasih dikit, minta lebih. Ada juga orang kehabisan ongkos mau pulang ke Lampung, juga 2x. Biasanya di masjid, saya bantu, Tapi ada orang lain menyatakan "ini modus baru dik" Ketika anda sebagai orang asing dan meminta tolong, Anda tidak boleh marah ketika orang lain tidak membantu. Semua orang sekarang banyak yang curiga. Yang perlu anda lakukan mencari orang yang memiliki sifat empati. 5) Perhatikan bahasa tubuh penolong. Beberapa kali saya mengamati bahwa jawaban dari Calon Penolong ternyata tidak spontan. (ada jeda diam 2-3 detik) Ketidakspontanan jawaban mengindikasikan ybs sedang berpikir, mungkin dia sedang sibuk untuk membagi-bagi waktu senggangnya atau juga mencari-cari alasan yang tepat dengan jawaban elegan bahwa dia tidak bisa menolong karena suatu hal. Saya merekomendasikan untuk anda tidak melangkah lebih jauh, memaksakan diri meminta tolong. Jawaban spontan adalah jawaban yang bersumber dari alam bawah sadar. Spt saat di hipnotis mirip acara Uya kuya. Jawaban ini mirip ekspresi anak kecil yang murni dari hati nuraninya. Jawaban inilah indikator keridhoan/ketulusan orang dalam membantu. 6) Jangan meminta secara paksa "adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang, Yang tidak tahu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. ..." [al-Baqarah/2 : 273]. Meminta tolong secara paksa tidak baik dalam berbagai kondisi sekalipun. Mungkin anda bisa mencoba trik spt ini: Misalnya anda tahu ada teman anda yang sejurusan dari Bandung punya mobil mau pulang ke Jakarta dan anda sudah kenal tapi belum akrab. Anda mau nebeng, tapi karena anda tidak yakin dia mau memberi tebengan. Pada saat didekatnya cobalah bongkar-bongkar tas anda cari sesuatu, pasti dia nanya, "Eh, ngapain elu bongkar2 tas?" Tanya Si empunya mobil. "Gua nyari dompet nih, mau balik ke Jakarta", Jawab anda, lalu tunggu jawabannya. Jika jawabannya: "Kenapa ga nebeng gua aja", Ok berarti anda sukses dan dia ridho/rela anda nebeng Namun jika jawabannya "Oh" kalo jawabannya gitu aja berarti anda gagal. Ya gpp berarti anda belum akrab. 7) Perhatikan saat meminta tolong kepada ORANG KAYA/SIBUK Saya sangat berhati2 untuk meminta tolong ke orang kaya atau sibuk. Waktu mereka itu sangat berharga yang bila di konversikan ke uang akan bernilai sangat tinggi. Seorang pengacara Adnan Buyung Nasution punya tarif konsultasi $600 perjam cuman dengerin keluhan pasien keadilan. Saya pernah kos di daerah BendHill di atas kos, di bawah kantor di mana pemilik bapak kos sangat baik kpd semua anak2 kosnya. Mungin sekalian buat jagain kantornya kali. Jadi kalo ada acara dan cukup sering setiap minggu, selalu anak2 kos di suruh ke bawa untuk makan bersama, kadang liat TV sampai main pimpong. Sy juga dulu sering dimintain tolong benerin komputer Bapak kos kalo kena virus atau instalasi software baru. Ketika suatu ketika saya meminta bantuan ke beliau, Beliau membantu tapi lebih sering mendelegasikan ke karyawannya atau memberi uang. Uang ?! Iya memberi uang, inilah yang saya jd merasa tidak enak. Beberapa tahun kemudian saya mengalami hal serupa namun posisi sy sebaliknya, tapi tidak kaya2 amat. Tetangga saya tahu saya orang komputer. Orang komputer!? yaa, orang awam tahunya orang komputer bisa melakukan apa saja, mulai service hardware, benerin virus sampai benerin MP4 player. Padahal spesialisasi saya software pemrograman dan hal2 tertentu. Sy sendiri tidak hobi berkomputer, sy lebih suka outdoor aktifiti sehingga saya kadang jenuh kalo sudah sampai rumah dimintai tolong komputer, apalagi yg ga rutin kerjaan spt benerin virus komputer yg waktunya lamaaa banget, sekitar 4 jam, krn baca2 gejala virus baru di internet, scanning harddisk yg ukurannya besar. Saya sebenarnya akan me-outsouce-kan saja perbaikan ke toko service komputer meski saya sendiri yang bayar. Saya sendiri memang bener2 ga mood kalo ditanya komputer, terutama kalo sudah di atas jam 6 sore. Andai saja tidak ditungguin laptopnya sama tetangga saya. Sudah saya bawa ke tukang service spy di scan lalu besok saya ambil lagi. Saya juga berpikir kalo saya konversi ke lembur/jobside, saya bisa dapat lebih 3x lipat dari biaya service. Jadi ada semacam trade-off bagi orang2 sibuk. Jadi sebelum minta tolong ke orang2 sibuk, perhatikan kondisi ybs. 8) Perhatikan saat meminta tolong tentang ILMU Well, ini subyektif saya. Namun saya rasakan hal2 aneh di area sini. Faktanya tidak semua orang mau berbagi ilmu kecuali ilmu agama. Ya, saya sangat memahami krn saya pun juga mengalami. Ada alasan orang tidak ngasih ilmu.
- Orang tertentu belum membaca dengan sungguh2, sehingga penolong yang 1 kelas/tim tidak mau direpoti oleh orang2 yang malas.
- Ada orang yang ber-tipe tidak mau direpoti.
- Proses mendapatkan ilmu perlu waktu, sulit dan mahal sehingga bila dikonversi ke uang, sangat-sangat mahal. Saya dulu merasakan tahun 1999, belajar pemrograman web ASP saja bukunya tebal2 segede bantal dan berbahasa Inggris sedangkan generasi instan sekarang ini bisa belajar banyak dari buku2 berbahasa Indonesia di Gramedia bahkan di internet. Sudah gitu, masih malas juga, cape deh.
- Orang tertentu tidak mau membagi ilmunya karena merupakan rahasia dagang, bisa menyaingi bisnis/kapabilitas dan sebagainya.
- Orang tersebut merasa, belum saatnya anda bertanya sejauh itu.
Secara keseluruhan tulisan ini bermaksud agar :
- Janganlah kehadiran anda membuat orang merasa was-was krn takut direporti, diganggu. Orang baik justru kehadirannya selalu dirindukan dan dinantikan karena mampu memberi sesuatu yang berarti, mulai dari cerita2 lucu yang ringan sampai bantuan pikiran/tenaga.
- Janganlah kita mempunyai keinginan berlebihan akan sesuatu ATAU rasa ingin tahu akan ilmu/urusan orang lain secara berlebihan lalu bertanya dan merepotkan. Cobalah anda mensyukuri sesuatu yang anda miliki sekarang karena itu adalah karunia yang terbaik.
Saya mengingat hadist Nabi SAW, meskipun anda non-muslim coba aja di renungi. Diriwayatkan oleh az-Zubair bin al-‘Awwâm, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya, Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberinya atau tidak memberinya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H