Proses memasak Balado ternyata tak semudah teori mamak dan tutorial di Youtube, penuh perjuangan dari mencuci dan menguliti Udang membuat tanganku bau amis dan luka karena tertusuk sungut kumis udang, perih rasanya, saking perihnya akhirnya aku minta tolong mama melanjutkan , mama gak tega melihatku kesakitan akhirnya berhenti menjahit melanjutkan menguliti udang yang belum selesai aku lakukan. Sementara mama nguliti udang aku membersihka cabe, aihh tantangan membersihkan cabe dan menguleknya jadi bumbu juga menuai pengorbanan, kalau gak ingat pesan mamak sudah kublender bumbu dan cabe ini. Pesan mamak kemarin, " Ning , buat sambalado yang enak itu diuleg yaa.. jangan sekali-kali digiling pakai mesin, gak sedap rasanya. Mamak tahu kali  mana cabe digiling dan mana cabe yang diulek" begitu pesan mamak kepadaku kemarin.
Kupandangi cabe dan bumbu-bumbu lainya yang sudah kutaruh dicobek, kusisingkan lengan siap menguleg dengan semangat, belum sampai sepuluh menit menguleg tanganku sudah pegal, sang cabaipun masih belum berubah wujud, kuteruskan menguleg tak terasa air mata menetes karena perih reaksi ulekan cabai dan bawang merah. Ayah yang terlihat tak acuh melihat kesibukanku memasak akhirnya turun tangan juga, beliau menawarkan membantu mengulek, " Aduh Ndukk rekosone uripmu, sini ayah bantu ngulek" serta merta dengan senyum menghiba kupersilakan dengan senang hati ayah membantu ngulek sambal. " Ya Yah.. ini Yah.."
Gak nyangka ternyata ayah jago ngulek sambal, wuihh padahal seumur-umur baru kali ini lihat ayah ngulek sambal, benar-benar surprise. Kegirangan aku dibuatnya, gak sampai lama ayah selesai ngulek sambal dan hasilnya halus walaupun tidak sehalus sambal yang diblender, tapi cocoklah buat sambalado. Sambil berdiri menuju wastafel untuk cuci tangan ayah bilang " Ning, Ayah mau bantu ngulek ini gak gratis loh, ntar kalau matang sambaladonya sisakan untuk ayah satu mangkuk" kata ayah bercanda. " Siap Boss" selorohku. Untung tadi pagi aku beli udangnya cukup banyak, memang sudah aku niati akan masak sambalado yang cukup banyak sehingga orang rumah juga bisa menikmati masakan ini.
Perjuanganku memasak Sambalado penuh dinamika dan melibatkan seluruh keluarga, "Demi adek tercinta supaya diterima jadi mantu" ejek mas Soni kakak laki-lakiku. Tak sia-sia Sambalado hasil kompilasi keluarga akhirnya jadi dengan rasa yang menurutku luar biasa. Segera kusisihkan semangkuk Sambalado untuk Mamak, dan sisanya kami makan  bersama. Sungguh nikmat setelah kami capai memasak ,kami makan sepuasnya , mungkin karena lapar jadi semua terasa enak.
Setelah selesai makan dan membereskan dapur, aku segera bergegas pamit sama ayah dan mama untuk mengantarkan Sambalado yang sudah kukemas dengan rapi. "Perlu mas antar Ning?" dengan manisnya mas Soni menawarkan jasanya. "Biar nanti kalau dinilai masakanmu mas bisa bantu jawab". Ujar mas Soni dengan senyum simpul. "Ahh mas Soni tumben apikan" timpalku sambil menstarter sepeda motor. Sebelum ku gas sepeda motorku, mas Soni masih berkomentar, Â " kalau ada apa-apa telpon mas ya Ning" . ihh perhatian banget mas Soni hari ini. "Ya mas " jawabku singkat.
Dalam perjalanan menuju rumah bang Ardan, aku berpikir, kenapa ya mas Soni , gak biasa-biasanya dia sangat perhatian sama aku, biasanya dia cuwek, bahkan kalau ketemu bang Ardan dia diam saja, hanya sekedar menyapa saja. Kok aneh yaa fillingku jadi gak enak, tapi sudahlah aku positif thinking saja.
Setelah sampai depan rumah kontrakan Bang Ardan aku sudah disambut oleh calon mamerku, "Jadi kau masak Ning" seru mamak penuh antusias. " ini Mak, sambil kusodorkan mangkuk yang sudah kukemas tadi. Segera mamak membawanya ke meja makan, dan membuka hasil masakanku. Dag..dig..dug..jantungku seperti menunggu vonis hakim.
Ning.. kita tunggu abang Uli dan Bang Ardan datang ya mamak nyicipinnya, sekalian kita makan bareng". Katanya dengan lembut. " iya mak" sahutku pelan. Sambil menunggu kedua anaknya pulang kami ngobrol tentang masa kecilnya bang Ardan, saat aku ngobrol Hp ku bergetar tanda ada WA masuk, kulihat sekilas wa dari mas Sonny, lalu kubaca "Gimana Ning? Okai gak penilaian masakannya? Kukernyitkan dahiku heran banget aku sama mas Soni, kurang kerjaan apa ya?
Tak berapa lama Bang Uli dan Bang Ardan pulang, segera aku dan mamak menyiapkan makan siang dengan lauk sambalado udang buatanku ditambah sayur lainnya buatan mamak."Ayoo kita rasa bersama hasil masakan perdananya Ning" kata mamak dengan semangat  diikuti kedua anaknya mengambil nasi dan lauk sambalado. " pasti enaklah" kata Bang Uli Yakin.Bang Ardan melihatku sambil senyum-senyum penuh arti.
Alhamdulillah semangkuk penuh Sambalado habis, hampir tiga perempat isi mangkuk disantap oleh Bang Ardan dan Bang Uli, mamak hanya kebagian sedikit, sengaja aku gak makan karena aku masih kenyang, sudah makan tadi sebelum berangkat. Dari tadi mamak gak mengomentari hasil masakanku, dia Cuma bilang setelah makannya selesai Alhamdulilah sudah kenyang. Padahal  dari tadi aku  sudah menunggu --nunggu komentarnya tentang masakanku. Dengan sedikit kecewa aku akhirnya  pulang dengan membawa rasa penasaran.
Saat pamit dan mengantarku didepan pintu mamak bilang " Terimakasih ya NIng sudah dimasakin Sambalado Yogya". Dueeerrr jantungku serasa berdegup kencang padahal saat membuat sambal itu aku sudah sedemikian teliti masak sesuai dengan resep yang mama kasih. " Gak papa Ning, enak kok rasanya, yang penting abangmu suka " kata mamak sambil menepuk bahu bang Ardan dengan penuh sayang. Secepat kilat aku menoleh ke abang yang  tepat ada disampingku, abang melihatku dan menyahut " Tentu dong, apa saja yang dimasak Ning abang suka" katanya sambil menggegam tanganku, isyarat agar aku tenang.