Mohon tunggu...
P0312By PAKEM 491
P0312By PAKEM 491 Mohon Tunggu... -

Tertatih tatih bersama angin sepi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Hati Tlah Patah

6 Juli 2014   04:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:18 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menulis, ketika perasaan ini sudah tak sanggup lagi menahan beban berat.

Ketika semua persoalan datang dengan bertubi2, tanpa ada jeda untuk aku menghela nafas.

Aku berpikir kita akan terus bersama, mengarungi samudra kehidupan ini.

Aku sangka semua yang aku sabarkan dengan dirimu akan bisa berubah.

Namun ternyata harapan itu sirna.

Sebuah pertengkaran kecil yang akhirnya membuat aku memutuskan tak lagi bersamamu.

Kucoba tuk memahami dan mengerti terus tentang kamu, namun sia sia jua akhirnya.

Tubuh dan hati ini telah letih tuk terus melangkah disampingmu.

Sering terkoyak dan terbakar cemburu.

Namun seakan kau sengaja dengan ini semua, agar aku mengambil langkah yang sudah kau harapkan. Pisah.

Aku menulis, dengan harapan segala ganjalan perasaan ini terlepas dan aku tak lagi menjadi bebanmu.

Berat memang untuk dilalui, tapi akan lebih berat lagi bila aku terus berjalan disampingmu.

Maafkan aku, cita cita suci kita kupatahkan walau dengan berat  hati.

Aku ingin kamu bisa bebas dan tak terkekang oleh aturanku sebagai kepala keluarga.

Gundah setiap saat, perih dan luka yang semakin menganga tak sanggup lagi kutahankan.

Biarlah kita berjalan dengan arah masing masing.

Biarlah sepi ini kembali menjalari hatiku

Di bulan yang suci ini, semoga Tuhan mengampuni apa yang kita putuskan.

Sesuatu yang sangat dibenciNya.

Mungkin ini adalah awal untuk kebahagiaan kita masing masing

Yang sekian lama tak pernah kita rengkuh

Selamat tinggal kasih, semoga bahagiamu segera kau raih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun