Mohon tunggu...
Purbasari Syawal
Purbasari Syawal Mohon Tunggu... Freelancer - ibu/penulis/sleepingenjoy

it's me..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gagasan Ki Hajar Dewantara Menjadi Inspirasi Kurikulum Merdeka

26 Mei 2023   01:15 Diperbarui: 26 Mei 2023   01:20 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

tema: Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar

subtema: Sosok Inspiratif Merdeka Belajar

keyword: Semarak Merdeka Belajar

Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas selalu kita peringati setiap 2 Mei dengan adanya upacara di sekolah, atau di kantor, dan sejumlah institusi pendidikan, termasuk akun-akun media sosial yang konsen dalam masalah pendidikan di negeri ini turut memeriahkan hari itu dengan adanya lomba cerdas cermat, kuis ilmu pengetahuan, atau seremoni lain yang temanya tak lepas dari pendidikan.

Sering tergelitik dalam hati, apakah para pelajar tahu persis mengapa mereka dan kita turut merayakan hari tersebut? Seberapa tahu anak-anak muda, termasuk saya pribadi tentang sosok seorang Ki Hajar Dewantara dan pengaruhnya dalam pendidikan di Indonesia. Termasuk mengapa ide dan gagasan Ki Hajar Dewantara menjadi inspirasi adanya implementasi Kurikulum Merdeka.

Ki Hajar Dewantara, Hardiknas, dan Ide Kebebasan Merdeka Belajar

Kita tak bisa pungkiri bahwa peran Ki Hajar Dewantara sangat besar di dalam menggerakan pendidikan di negeri ini, sampai kita semua menjadikan hari kelahirannya sebagai seremoni penting. Bayangkan saja jika kita anak muda hidup dalam suasana masa penjajahan seperti yang dirasakan oleh Ki Hajar Dewantara, sepertinya belum tentu kita seberani sikapnya, dan menjadi pencetus kalau bangsa kita butuh akan pendidikan. Bukan saja mereka yang berasal dari kaum bangsawan, hartawan, dan keluarga yang mereka dengan penguasa kolonial, melainkan pendidikan itu perlu dan wajib tersentuh buat bangsa kita yang saat itu banyak yang hidup miskin, bekerja sebagai kuli bayaran, anak perempuan, dan mereka yang manut-manut saja dan tidak sadar kalau negerinya sedang terjajah.

Padahal jika Ki Hajar Dewantara hanya memikirkan dirinya sendiri, mungkin orang-orang pribumi sekitarnya tidak akan merasakan apa itu sekolah, belajar melalui buku, dan belajar keterampilan dan keahlian yang berguna dimasanya. Beliau justru resah karena bangsanya terjajah, menjadi obyek pembodohan sang penjajah. Sekalipun ada sekolah buat pribumi, itu dibangun hanya untuk kepentingan politik dan ekonomi kolonial berkuasa, serta hanya mengajak anak-anak pribumi bangsawan saja.

Sikap kritis Ki Hajar Dewantara yang lahir pada 1889 dari keluarga raja dengan nama asli Raden Mas (R.M.) Suwardi Suryaningrat itu terus bergema. Sekalipun sakit dan tidak meneruskan pendidikannya di Stovia, Ki Hajar Dewantara terus berjuang dan berpikir bagaimana bangsa kita tetap tersetuh dengan pendidikan. Sejumlah wacana dan sikap kritisnya tentang pendidikan, beliau sampaikan melalui artikel dan berita-berita di berbagai koran yang terbit di jaman itu. Bukan hanya itu, Ki Hajar Dewantara juga mendirikan Taman Ssiswa pada 3 Juli 1922 sebagai langkah nyata mendirikan sebuah institusi pendidikan buat bangsa sendiri tanpa melihat latar belakang kaya atau miskin, bangsawan atau orang biasa.

Ada beberapa pemikiran dari seorang Ki Hajar Dewantara yang sampai sekarang ditekankan, bahkan menjadi lahirnya Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang dipimpin oleh Menteri Nadiem Makarim sejak Februari 2022. Seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang mempunyai arti bahwa Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dan jika di belakang maka memberi dorongan.

Pemikiran merdeka atas diri sendiri agar tidak mudah digerus sang penjajah termasuk ide pokok yang membuat Kurikulum Merdeka di masa sekarang masih berkesinambungan. Buat Ki Hajar Dewantara, anak-anak itu akan hidup dan tumbuh sesuai dengan takdirnya sendiri, maka dari itulah sang pendidik hanya turut mendampingi, menuntut, merawat, dan mengajak mereka tetap berilmu sesuai dengan kemampuan dan selera masing-masing. Dari pemikiran itulah didalam Kurikulum Merdeka ada hak kebebasan dan merdeka buat para siswa yang sedang belajar di institusi pendidikan, mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SLB, sampai Kampus Perkuliahan.

Mari Dukung Semarak Kurikulum Merdeka 

 

Berbeda dengan kurikulum dan penerapan belajar yang sebelum-belumnya ada, maka imlementasi Kurikulum Merdeka akan menghargai kebutuhan dan kesanggupan setiap siswa dalam belajar. Jadi dalam Kurikulum Belajar, siswa diberikan keleluasan untuk memilih mata pelajaran yang mereka suka dan mereka rasa butuhkan. Ini seperti pemikiran yang sudah diutarakan oleh Ki Harjar Dewantara kalau setiap anak mempunyai kodratnya sendiri. Terpenting menurut beliau, apapun yang dilakukan oleh seseorang itu harus bermanfaat buat dirinya sendiri, sekaligus berguna buat bangsa dan masyarakat dunia akhirnya.

Kemerdekaan belajar yang menjadi ide Ki Hajar Dewantara itulah yang akan ditemukan dari Kurikulum Merdeka. Dengan Kurikulum Merdeka, perangkat pendidikan didorong untuk mengajar secara kreatif, inovasi, dan mandiri agar siswa-siswa yang diajarnya juga tergerak aktif belajar. Begitu pula dengan siswanya sendiri tentu akan tergerak untuk berfikir secara kreatif, kritis, dan akan lebih bergairah dalam belajar karena sesuai dengan kesukaan dan kebutuhannya sendiri. Maka jika Kurikulum Merdeka dijalankan secara menyeluruh, maka diharapkan akan membuat siswa saling menghidupkan suasana belajar yang seru dan menyenangkan. Bahkan bukan saja hubungan guru dengan siswa, termasuk orang tua siswa juga dilibatkan didalam menjalani Kurikulum Merdeka tersebut.

Memang penerapan Kurikulum Merdeka sampai saat ini tidak diwajibkan buat semua sekolah dan kampus di Indonesia. Masih menjadi salah satu alternatif. Ini mengingat kondisi setiap institusi pendidikan antara satu dengan yang lain berbeda-beda, baik dalam kondisi kemampuan memeroleh jaringan internet, latar belakang siswa/i di daerah tertentu, dan perbedaan fasilitas penting yang bisa mendukung lebih implementasi Kurikulum Merdeka tersebut. Termasuk persiapan kepala sekolah beserta para guru, rektorat beserta para dosen guna menjalani Kurikulum Merdeka.

Bukan berarti pihak institusi pendidikan yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka itu bersikap antipati dan acuh dengan kebijakan yang diperkenalkan oleh 'Mas Menteri'. Banyak dari guru, dosen, dan satuan pendidikan yang sudah mulai menyiapkan diri untuk bertransformasi agar pengajaran di tempat mereka lebih berkualitas. Ini terbukti sudah lebih dari 200ribu sekolah dan kampus terdaftar menerapkan dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di institusi pendidikan mereka masing-masing. Tentu mereka tidak berjalan sendiri tanpa panduan dan dukungan. Berbagai fasilitas

Jadi, mari kita dukung bersama implementasi Kurikulum Merdeka jika kita ingin pendidikan di Indonesia berjalan maju, menyesesuaikan jaman, dan kemajuan teknologi. Mari secara bersama lestarikan dan jalankan ide merdeka belajar yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara. Indonesia maju karena bangsanya terdidik. Hanya dengan ilmu, manusia sejati akan memeroleh derajat kemuliaan.

Merdeka!

 #SemarakkanMerdekaBelajar

#Hardiknas2023

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun