Wah, hampir jam setengah 3 ini, tapi kerjaanku belum tuntas. Mataku sudah siwer juga melihat angka-angka yang terpampang dari kertas yang satu dengan kertas lainnya. Semua harus diperiksa secara seksama. Membuat laporan pertengahan tahun harus seksama, dan si bos memercayakan kerjaan seperti ini dipegang olehku.Â
Baiklah..apalagi setiap membuat laporan seperti ini, aku diberi keringanan untuk bisa dikerjakan dari rumah selama 4 hari. Yeah ..tanpa perlu berangkat ke kantor. Jadi ada waktu buat aku berbelanja bersama dengan Anjani, puteriku. 'Ngeteh pagi sambil menyantap roti cokelat bersama Mas Irwan, suamiku, tanpa diburu-buru. Tak perlu merasa dikejar waktu, takut telat, dan takut ditinggal kereta. Lumayan'lah bisa di rumah'nih.
Tinggal sedikit lagi, namun aku sudah jengah melihat laptop. Apalagi Anjani bilang, hari ini dia tidak les usai pulang sekolah. "Ntar aku pulang jam 3'an, Ma..Kak Bryan lagi sakit katanya, les matematikanya ganti hari," ujar puteriku tadi pagi. Dan baru teringat si gadis abege'ku, terdengar langkah kakinya menuju ruang kerjaku.Â
"Maaa ..Assalammualaikum...!," Dia menyalamiku, dan mendekatiku. "Mandi, makan siang. Eh, mama bikin opor ayam'tuh. Waktu itu kamu minta opor, baru sempat sekarang. 'Dih sana ..," seruku pada Anjani. Hanya gadisku yang kini berusia 15 tahun 6 bulan itu tak menjawab. Dia senyum-senyum sendiri. Wah...wah..kenapa ya dia?
"Ma, kalau ada cowok yang suka sama kita, terus...aku harus bagaimana'ya?," katanya sambil memelukku dari belakang. Hem, anakku sudah besar..! "Mama dulu bagaimana? Mama dulu pernah 'ngga jadian sama cowok pas' sekolah?," katanya tiba-tiba. Aku tertawa kecil. Aku mengernyitkan dahi, berusaha mengingat memori percintaan masa sekolahku dulu. "Gimana ma? Cerita'in sama aku dong!," katanya mendesak. Aku tertawa lagi.Â
"Gini'deh, ntar malam, sebelum tidur, kita ngobrol ya. Mama jadi pingin tahu'ni, memang siapa cowok yang nembak kamu?," ujarku penasaran. Anjani antusias. Dan dia pun keluar ruangan. Aku yang tadinya ingin rehat sebentar, justru jadi ingin menyelesaikan laporan kerja ini. Aku jadi pingin cepat 'ngobrol-ngobrol dengan puteriku satu-satunya itu. Yeah..aku jadi ingin bercerita tentang kisah cinta masa sekolahku padanya. Dan aku juga ingin tahu cerita Anjani yang sepertinya sudah mulai suka dengan lawan jenis. Baik-baik ..nanti malam kita 'ngobrol ya!
"Waktu masih SMP, kelas mama'tuh unik banget. Terutama pas' kelas 9 ya, ih..sumpah, aneh banget! Â Ketua kelasnya, Hem, Andovi namanya, iya..dia' tuh mengintruksikan kelas kita untuk setiap anak berpasangan. Cowok dan cewek. Jadi, kelas mama tuh jumlah ceweknya ada 21, dan cowoknya ada 20. Semua harus berpasangan. Bagaimana caranya? Jadi waktu itu, Andovi dan sekretaris kelas, Hem..kayanya namanya Manda'deh, sudah membuat gulungan kertas yang isinya nama-nama anak di kelas kita. Jadi ada 2 toples plastik yang mereka siapkan. Satu toples isinya gulungan nama-nama cewek di kelas, sedangkan satunya lagi, toples yang isinya nama-nama cowok di kelas," ceritaku membuka obrolan malam dengan Anjani.
Dari 2 toples itu, Andovi dan Manda membuat aturan kalau kedua toples akan dijatuhkan serempak sampai satu gulungan kertas di tiap toples jatuh. "Seperti kocok arisan'lah. Undian jodoh-jodohan gitu. Jadi ada 20 kali kedua toples itu di kocok, dan dijatuhkan secara bersamaan. Setiap gulungan kertas yang jatuh ditiap toples, itu tandanya mereka resmi berpasangan. Haha ..kocak banget! Anehnya, kaya'nya dulu kita nurut-nurut aja'loh!," jelasku tergelak.Â
Ya ampun ..aku tidak habis pikir mengapa aku dan teman-teman kelasku bisa sepolos itu. Mau-maunya mengikuti aturan aneh itu! Apalagi ketua dan sekretaris kelasnya. Tak ada lawan gilanya!
"Waduh, lucu ya...tapi-tapi, bukannya ceweknya ada 21, berarti ada kelebihan satu'dong!," seru Anjani. Hehe. .aku dibuatnya geli untuk mengingatkan cerita masa lalu itu. "Nah, iya betul. Jadi, Andovi dan Menda bikin aturan lagi'tuh. Buat yang sudah dijodohkan, sebaiknya ya..ikut aturan main. Kecuali diantara pasangan ada yang kepingin tukeran pasangan, katanya, itu boleh saja.
Hem, nah..ini'nih, sialnya waktu itu..mama'tuh yang gulungan kertasnya ngga' jatuh, ...jadi mama ngga dapet pasangan!," kataku tertawa renyah. Eit..kalau diingat-ingat, ngga sial juga sebenarnya aku'tuh! Justru aku merasa senang tak dapat pasangan. Karena aku belum merasa kepingin punya cowok. Belum kepikiran sama sekali. "Kata Andovi, dia akan menjodohkan mama sama cowok kelas lain. Biar semua berpasangan. Jadi kalau ada acara ulang tahun, pesta sekolah, hajatan kelas apa gitu, kita semua sudah mempunyai pasangan. ..Eit, tapi terus mama menolak. Mama bilang, nanti 'aja mama bisa nyari sendiri. Hadeh ..lucu'ya!" dan aku juga Anjani jadi tertawa-tawa tak tertahan. Malam makin malam. Tapi cerita kami belum selesai disini.
Anjani menatapku sungguh-sungguh. "Hem, jadi mama ngga punya kisah cinta monyet?," tanyanya sambil berpangku dagu. Hahaha .aku jadi senyum-senyum kikuk. "Tunggu dulu..masih ada lanjutannya," kataku berhenti sejenak. Aku berdiri, dan pergi ke lemari buku. Ada kotak berukuran buku A5  yang kusimpan paling belakang tersembunyi. Ssstt ..ini kotak rahasia. Sangat rahasia! Anjani tampak takjub. Sepertinya dia baru tahu kalau mamanya memiliki kotak rahasia. Dan isinya, ada beberapa barang yang kusimpan rapih disana. Ada bunga kering, ada buku agenda, gelang perak, cincin bermata batu hati, termasuk buku diariku. Yup, semua barang-barang yang punya cerita dalam hidupku di masa lalu  Bahkan, sejak dulu aku suka menulis pengalaman hidupku dalam agenda dan diari. Kalau agenda untuk menulis semua kegiatan sekolah. Sedangkan diari kutulis sejak aku dekat dengan cowok yang bernama ..Kamil!.
"Kamil, cowok itu kapan dekat sama mama?," Anjani makin antusias. Ternyata cerita cinta monyet ku nyatanya lebih seru dari nonton drama Korea'ya. "Hehe..Kamil itu..Kamil itu sebenarnya salah satu teman cowok mama pas' waktu SMP itu. Nah, pas undian jodoh-jodohan itu, dia dapat pasangan jodohnya teman mama. Duh namanya siapa ya, Leni atau Lani gitu .haha.," aku jadi geli sendiri. "Oya?!?? Hem, Kamil eh .Om Kamil itu ..bisa dekat sama mama bagaimana, akhirnya?, " Anjani berbisik. Mimiknya tampak terharu dan larut dengan ceritaku itu.
Ku buka lembar demi lembar buku diariku. Sudah lama tak ku lihat lagi. Warna sampulnya ungu muda, kertasnya masih putih dengan tulisanku yang juga tidak luntur. " Jadi..setelah acara undian jodoh-jodohan kelas itu, suatu kali Kamil mendekati mama. Dia bilang, sebenarnya dia suka sama mama. Katanya, mau ngga mama jadi pacarnya waktu itu? Pacar beneran. Bukan dijodoh-jodohkan," lanjut ceritaku. "Wah..pacar simpanan gitu?!," Anjani nyaris berteriak.Â
" Mungkin maunya begitu. Iya kayanya begitu. Kamil memilih untuk patuh dengan aturan kelas a'la Andovi. Tapi disisi lain, dia ingin mempunyai pasangan yang memang dia suka beneran," jelasku.
"Lalu, mama mau?," tanya Anjani. Aku langsung geleng kepala. "Ngga'lah. Selain mama belum kepingin pacaran, juga mama ngga' mau jadi simpanan, atau hubungan diam-diam, rahasia begitu. Ngga'lah! Â Itu ngga' bagus. Jadi mama menolaknya," tegasku.
 Wah..cerita makin seru'ya ..Kamil yang aku tolak sepertinya agak kecewa. Wah, itu'sih urusan dia. Walau ku akui cowok itu termasuk cowok idaman banyak cewek di sekolahan karena wajahnya manis dan otaknya encer. Tapi...ngga' deh ya! Pikirku saat itu.
Cerita cinta monyet ku terjadi disini. "Hingga masa SMA, ternyata mama satu sekolah lagi dengan Kamil. Hanya beda kelas dan peminatan. Mama masuk kelas IPS, sedangkan dia di kelas IPA. Sebenarnya kalau bukan ekskul yang sama, mungkin kita juga jarang atau susah untuk bertemu," Hem .."Mama dan Om Kamil satu ekskul?," Aku mengiyakan.
 "Kita sama-sama di ekskul jurnalis. Disana kita belajar menjadi reporter, wawancara orang, dan menulis berita. Seru banget. Nah, ada saat-saat kita harus bertugas bersama. Dan saat itulah kami jadi sering 'ngobrol. Kita jadi dekat. Seru'lah pokoknya," kataku mesem-mesem malu. Anjani jadi ikutan malu.
 "Ihhh. ..terus..terus..terus ma..," katanya semangat. "Waktu itu sih memang ada tanda-tanda'ya, kalau Kamil mau menyatakan suka sama mama. Tapi mama suka takut gitu. Mama tuh, masih takut pacaran. Terus takut juga kalau cowok itu mendua hati gitu," kataku jujur.
"'Masa'sih kamu ngga' mau jadi pacar aku?,' tanya Kamil sama mama suatu kali. Terus mama diam. Lalu mama bilang gini sama dia, 'Ini pacar simpanan atau pacar beneran,'nih?'," aku tegas bertanya. Dan aku ingat, Kamil memegang tangan kananku. Lalu dia keluarkan gelang karet berwarna ungu. Terus, dia pasangkan ke lenganku. "Seriuslah..sudah lama...sudah lama sukanyaa! Lama banget, kamu tahu itu'kan?'", kataku mengulang pernyataan Kamil saat itu.Â
Dan jadilah kami pacaran. Yaa. .pacarannya dari kelas 11 semester 1 sampai kelas 12 SMA semester 1. Lumayan lama. Banyak memori yang terbangun sama cowok masa laluku itu.
"Hem, mengapa putus? Sepertinya kalian cocok?," ujar Anjani. Aku kembali membuka buku diari. Aku mencoba mencari tahu lagi, mengingat-ingat lagi mengapa aku tidak melanjutkan hubunganku dengan Kamil.Â
"Nah, ini ..Di buku ini mama menulis kalau ada hal yang berubah sama Kamil. Perubahannya kelihatan banget. Beda perhatiannya sama mama. Setelah diusut, disimak, dijalani, ehh..ternyata Kamil jatuh cinta dengan anak baru. Iya iya. .waktu itu ada anak baru, asalnya dari Bandung. Cantik parasnya. Kalem juga. Duh, lupa namanya . Kok mama ngga' nulis ya nama cewek itu," ujarku gusar. Bisa jadi karena saat ku menulis  diari itu, aku sangat sedih, kecewa, cemburu, dan marah sama Kamil.
Anjani terdiam mendengar ceritaku. Dan setelah tahu kalau Kamil mendua hati, lalu entah bagaimana aku dan Kamil memutuskan untuk tidak meneruskan hubungan kami. Dan putus akhirnya. ."Namanya juga cinta anak sekolahan. Cinta monyet. Masih sedang mencari jati diri, kecocokan, kesukaan. Yaa. gitu'deh. Kalau dulu mungkin mama merasa dikhianati. Tapi sekarang'sih, jadi senyum-senyum juga kalau ingat ceritanya.." kataku menutup kisah cinta monyet ku.
"Hei ..kamu bagaimana? Siapa yang sudah berani mendekati anak mama? Cowoknya bagaimana?," Kataku sumringah. Anjani tersenyum malu.."Jadi begini ma, ....." Â Â
..Dan malam semakin malam. Ternyata cinta monyet ku sangat menarik untuk diceritakan kembali, bukan? Semoga Anjani juga punya kisah cinta monyet yang menarik untuk dikenang nanti.@sr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H