Mohon tunggu...
Puput Lestari
Puput Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Agribisnis (S1) dan Magister Sains Agribisnis (S2) IPB University

puputlest09

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teknologi Transfer dari Akademia ke Industri

11 Juni 2022   14:33 Diperbarui: 11 Juni 2022   14:45 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu daerah atau negara, komponen kunci dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi adalah ilmu pengetahuan, teknologi yang kuat dan dinamis serta kemampuan untuk mengeksploitasi teknologi baru secara komersial. Penggabungan ilmu pengetahun dengan teknologi bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui kewirausahaan teknologi. 

Kewirausahaan teknologi adalah sumber pembentukan perusahaan yang tumbuh cepat, membawa serta pengembangan teknologi baru dan produk yang paling maju secara teknologi. Bailetti (2012) juga mendefinisikan kewirausahaan teknologi sebagai kendaraan yang memfasilitasi kemakmuran individu, perusahaan, wilayah, dan negara. Oleh karena itu, kewirausahaan teknologi merupakan salah satu faktor terpenting bagi pembangunan ekonomi dalam penciptaan kekayaan perusahaan atau daerah.

Fungsi utama kewirausahaan teknologi adalah mengumpulkan kombinasi talenta khusus dan aset heterogen yang unik untuk menciptakan dan menangkap peluang melalui eksploitasi dan eksperimen kolaboratif. Adanya pemanfaataan kemajuan terobosan dalam sains dan teknik untuk mengembangkan produk dan layanan yang lebih baik bagi pelanggan dan adanya saling ketergantungan antara perubahan ilmiah dan teknologi, serta pemilihan dan pengembangan produk baru, aset, dan atributnya, membuat kewirausahaan teknologi berbeda dari jenis kewirausahaan lainnya. 

Pardon (2007) mengungkapkan terdapat 7 pemangku kepentingan utama atau elemen kunci dalam model kewirausahaan teknologi yang terkait dengan perusahaan berbasis teknologi baru, yaitu wirausaha teknologi, universitas, korporasi, modal finansial, pasar/pelanggan, pemerintah dan konsultan.

Infrastruktur pendidikan merupakan input utama yang menentukan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kewirausahaan teknologi, khususnya universitas. Universitas dapat memainkan berbagai peran dalam mengembangkan ekonomi suatu daerah, seperti menciptakan dan meningkatkan kesempatan kerja, inisiasi perusahaan berbasis teknologi baru, transfer teknologi (melalui konsultasi dan paten/lisensi), penyediaan fasilitas teknis untuk perusahaan kecil lokal, dan pengembangan lulusan kewirausahaan. 

Namun, masih ada sedikit kerjasama dalam pertukaran dan penyerapan pengetahuan dan teknologi antara industri dan universitas. Selain itu, keberhasilan komersialisasi teknologi dari penelitian universitas masih menjadi masalah utama dalam langkah pertumbuhan ekonomi di daerah atau negara. Universitas harus menetapkan dasar yang tepat untuk meningkatkan transfer teknologi dari penelitian universitas ke perusahaan baru.

Transfer teknologi diartikan sebagai transfer pengetahuan yang dikembangkan dalam suatu lembaga akademik, ilmu pengetahuan atau teknis, teknologi, gagasan berbasis teknologi, atau hasil penelitian dari institusi akademik ke industri. Institusi akademik dalam proses tersebut memiliki hak untuk komersialisasi pengetahuan ilmiah atau teknis, teknologi, ide berbasis teknologi, atau hasil penelitian tersebut. 

Adapun model dari transfer teknologi (Souder et al., 1990 dalam Prodan 2007), yaitu (1) Prospecting (Stage I) terdiri dari kegiatan penelitian, analisis, dan pengambilan keputusan yang ditujukan untuk menyaring konsep alternatif teknologi dan memilih yang sesuai dengan kebutuhan pengguna; (2) Developing (Stage II) terdiri dari kegiatan R&D fisik dan laboratorium yang berfokus pada peningkatan, elaborasi, perwujudan dan penyesuaian teknologi yang dipilih dari Tahap I untuk memenuhi kebutuhan pengguna; (3) Trial (Stage III) adalah tahap dimana teknologi yang dikembangkan diuji cobakan di lapangan; dan (4) Adoption (Stage IV) terdiri dari kegiatan pengembangan akhir, modifikasi teknologi, dan implementasi pengguna.

Menurut Siegel dan Phan (2005), proses transfer teknologi universitas ke industri terbagi menjadi tiga jenis pemangku kepentingan, yaitu (1) Ilmuwan universitas atau akademisi, yang menemukan teknologi baru dengan mencari penyebaran ide melalui publikasi jurnal ilmiah, presentasi di konferensi terkemuka dan hibah penelitian; (2) Direktur TTO dan administrator universitas, yang berfungsi sebagai penghubung antara ilmuwan akademis dan industri yang mengelola kekayaan intelektual universitas; dan (3) Perusahaan/pengusaha, yang mengkomersialkan teknologi berbasis universitas. 

Dalam menjalankan mekanisme transfer teknologi dari universitas ke industri dapat digunakan delapan media transfer yang berbeda, yaitu sastra, paten, lisensi, absorption, informal, personal exchange, on-site demonstration dan spin-off. Menurut Harmon et al., (1997), mekanisme transfer teknologi dari universitas ke industri terbagi menjadi 5 jenis mekanisme, yaitu sebagai berikut.

  • Teknologi ditemukan di lab universitas dan dijual ke perusahaan yang sudah ada, yang hubungan antara lab dan perusahaan dibuat sebelum pengembangan teknologi dan hubungan antara keduanya tidak dikhususkan untuk teknologi baru.
  • Teknologi ditemukan di lab universitas dan dijual ke perusahaan yang sudah ada, yang sebelum pengembangan teknologi tersebut tidak ada hubungan antara penemu dan perusahaan.
  • Teknologi ditemukan di lab universitas dan dijual ke perusahaan ventura.
  • Teknologi ditemukan di lab universitas dan perusahaan baru dibuat khusus untuk menjual teknologi tersebut.
  • Teknologi awalnya dikembangkan oleh perusahaan swasta, kemudian perusahaan mencari universitas untuk membantu di bidang yang membutuhkan keahlian.

Salah satu mekanisme transfer teknologi yang banyak dilakukan oleh akademisi adalah dengan membentuk spin-off. Spin-off adalah mekanisme transfer teknologi yang dibentuk untuk mengkomersialkan teknologi yang berasal dari laboratorium Litbang pemerintah, universitas atau organisasi R&D swasta. Tujuan pembentukan spin-off adalah untuk memperkuat penciptaan nilai ekonomi. Meskipun suatu inovasi tampak jelas dapat diterapkan atau dapat dipasarkan, namun masih belum ada perusahaan yang ada akan mengambil risiko untuk mentransfer dan mengomersialkannya, sehingga spin-off akademik merupakan mekanisme penting untuk mentransfer teknologi dari akademisi. Selain itu, spin-off berbasis teknologi universitas cenderung bertahan lebih lama dan lebih mungkin untuk mencapai status IPO. Faktor yang memfasilitasi atau menghambat penciptaan dan pengembangan spin-off adalah ketersediaan modal ventura, ketersediaan layanan pendukung, iklim ekonomi, peluang pasar dan teknologi, industri dan lembaga penelitian, networking, dan sebagainya. Selain itu, motivasi pribadi, kompetensi bisnis ilmuwan-pengusaha, ketersediaan sumber daya eksternal, dan lingkungan universitas juga memiliki peran penting dalam mendorong atau mencegah aktivitas kewirausahaan di universitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun