Saya cenderung menggunakan posisi saya sebagai penghukum, pelakunya, dan pengamat. Karena saya yakin 3 posisi ini mampu menimbulkan sikap disiplin dalam diri seorang siswa.
Dan ternyata salah. Karena kedisiplinan yang sebenarnya adalah kedisiplinan yang dibangun atas kesadaran batin siswa, dan tempat terbaik bagi seorang guru atau orang tua ketika anak tidak patuh atau melakukan kesalahan adalah sebagai pemimpin.
Materi terakhir yang saya terima dalam modul ini adalah tentang pengertian segitiga restitusi, restitusi adalah proses pemberdayaan siswa untuk memperbaiki kesalahannya sehingga dapat kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat. Langkah-langkah yang memudahkan proses Restitusi guru dan orang tua, fase ini disebut Segitiga Restitusi, yaitu:
Mantapkan Identitas (Stabilize Identity), Tegaskan Salah Perilaku (Acknowledge Misbehavior), dan Minta Iman (Seek Faith). Proses Restitusi terjadi ketika siswa yang melakukan kesalahan ingin melakukan sesuatu yang menunjukkan penyesalannya. Fokusnya tidak hanya untuk mengurangi kerugian yang dialami oleh para korban, tetapi juga bagaimana menjadi orang yang lebih baik dan menggunakan kebaikan yang ada di dalam diri untuk berbuat baik bagi orang lain.
Ketika siswa berperilaku buruk, guru merespons dengan tindakan korektif yang memungkinkan siswa mengevaluasi secara internal apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan memulihkan kepercayaan diri mereka. Reparasi menguntungkan korban, tetapi juga pelaku kesalahan. Hal ini konsisten dengan prinsip teori kontrol William Glasser tentang solusi win-win. Dalam modul ini, CGP mempraktikkan segitiga Restitusi di setiap sekolah. Ini pengalaman yang luar biasa karena sebagai guru disini saya tahu bagaimana menyelesaikan masalah dengan baik
Ketika seorang anak tidak patuh, saya cenderung bertanya mengapa anak itu tidak patuh dan mengevaluasi kesalahan anak tersebut.
Setelah mempelajari modul ini, saya belajar bahwa guru harus mampu mengimbangi pelanggaran siswa.
Yang saya pelajari dari konsep segitiga restitusi adalah sebagai guru kita harus bisa membawa anak dari ketidakpatuhan yang gagal menjadi anak yang sukses dengan karakter yang lebih kuat.
Terakhir, dari sudut pandang saya, modul ini memiliki banyak manfaat karena dengan membangun budaya yang positif dapat menumbuhkan motivasi intrinsik anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi luhur yang berakhlak dan berakhlak mulia. Dan sudah pasti budaya yang positif dapat menumbuhkan karakter baik anak dan seluruh warga sekolah.
Demikian dari saya, semoga bisa membawa perubahan untuk lebih baik, terus bergerak dan bergerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H