Mohon tunggu...
Putri HauraTaufiq
Putri HauraTaufiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo semuaa, nama saya Haura panggil aja Rara. saya masih mahasiswa hehe, terimakasii

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Penanaman Nilai Agama dan Moral Terhadap Anak Usia Dini

25 Juni 2022   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2022   09:11 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Najib Khalid Al-Amir (2002:145) menjelaskan bahwa, pembinaan keimanan merupakan salah satu pembinaan yang pertama kali harus ditanamkan dalam jiwa dan pikiran anak, sehingga terdapat pengembangan fitrah bagi manusia yang mempunyai sifat kecenderungan untuk mempercayai, meyakini dan mengakui adanya Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa, nilai Keimanan merupakan nilai yang paling pertama ditanamkan pada anak usia dini, karena pada usia tersebut anak cenderung lebih bersifat imitatif.

Peran orang tua sangat penting dan berpengaruh bagi tingkat keimanan anak, karena melalui bimbingan orang tua anak dapat dibimbing untuk mengenal siapa itu Tuhan, kewajiban dan larangan manusia terhadap Tuhan, sifat-sifat Tuhan (Halik, 2019).

  • Nilai Ibadah

Ibadah merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Terlebih lagi untuk membentuk pribadi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan. Konsistensi dalam beribadah secara timbal balik berimplikasi terhadap penguatan keimanan dan pembiasaan nilai-nilai ketaqwaan. Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu, ibadah Mahdhah (ibadah khusus), dan ibadah ghairu mahdhah (ibadah umum). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan syarat, ketentuan, dan rukunnya yang telah dicontohkan Rasulullah Saw, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang memberikan kesempatan untuk berijtihad dengan ketentuan yang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

Penanaman nilai ibadah pada anak dimulai dari dalam keluarga. Karena keluarga termasuk kedalam kelompok sosial pertama bagi anak. Anak yang masih kecil menyukai kegiatan-kegiatan ibadah yang nyata seperti melaksanakan sholat namun, diperlukan usaha dalam meningkatkan pengamalan ibadah sholat. Usaha yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan para orang tua atau guru mengenai keaktifan mengamalkan ibadah sholat lima waktu sehari semalam, agar anak dapat memahami dan mengerti bahwa sholat adalah kewajiban bagi setiap muslim. Jadi, kewajiban sholat harus diajarkan sejak dini, lebih baik lagi jika anak mulai diajarkan bacaan sholat dan gerakan sholat meskipun ia belum berusia tujuh tahun.

Penanaman nilai ibadah ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Mualifatul, 2021) :

  • Orang tua atau guru membimbing anak untuk mempersiapkan sholat. Misalnya dengan cara ketika adzan berkumandang ajak anak untuk melaksanakan sholat.
  • Orang tua atau guru memperkenalkan wudhu, pakaian yang bersih, suci dan sebagainya.
  • Anak mempraktekkan shalat berjamaah di lingkungan atau kelompok kecil dan belajar mengikuti imam.
  • Anak dilatih untuk tenang dan menjawab saat mendengarkan adzan.
  • Anak dilatih untuk menghafal surat Al-Fatihah.
  • Membiasakan anak sholat tepat pada waktunya.
  • Nilak Akhlak

Pengertian akhlak dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi bahasa dan istilah. Menurut bahasa Akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari khilqun atau khuluqun yang artinya Budi pekerti, adat kebiasaan, muru'ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat. Secara istilah Ibnu Miskawaih secara singkat mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Akhlak artinya sifat atau perilaku yang terdiri dari akhlak terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (mazmumah). Akhlak terpuji tersebut dapat menjadikan dirinya disukai dan dicintai orang lain, sehingga dirinya dapat menjadi teladan kebaikan bagi orang lain. Sedangkan akhlak tercela menjadikan dirinya tidak disenangi orang lain.

Pendidikan akhlak tidak terlepas dari pendidikan agama yang keduanya harus dilaksanakan dalam praktek hidup. Ibnu Qayyim (dalam Muh. Suwaid 2003:19), anak akan tumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh pendidiknya ketika kecil. Jika sejak kecil anak terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan muda mengikuti hawa nafsu dan seterusnya akan sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi hal-hal itu ketika dewasa. Seperti yang kita ketahui anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan suci tanpa noda dan dosa, seperti sehelai kain putih yang polos belum diberi warna dan motif. Oleh karena itu, orang tualah yang akan memberikan warna dan motif pada kain putih tersebut. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Saw "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanya lah yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi" (H.R. Bukhari) (Abdurahman, 2018).

Metode Penanaman Agama dan Moral Anak Usia Dini

Dalam penanaman nilai agama dan moral anak usia dini, ada beberapa metode-metode yag bisa diterapkan pada anak usia dini, diantara lain:

  • Metode Mendongeng

Salah satu pemeberian pengalaman bagi anak dengan membawakan cerita secara lisan dan cerita yang digunakan harus menarik untuk mengundang perhatian anak. Metode bercerita adalah metode yang sangat baik dan sangat disukai oleh anak-anak karena memiliki pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian dan pendengaran anak. Anak juga dapat mengingat segala kejadian dalam sebuah cerita dengan cepat. (Makhmudah, 2020)

  • Metode Bermain Peran

Bermain peran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran. Anak-anak ikut terlibat aktif dalam memainkan peran tertentu, bermain peran dapat disebut juga dengan main simbolik atau bermain pura-pura atau sering disebut dengan imajinasi. Metode bermain peran atau role play merupakan metode yang sangat efektif digunakan untuk menstimulasikan keadaan nyata. Metode bermain peran adalah interaksi sosial dalam salah satu model pembelajaran yang menyediakan kesempatan untuk anak dalam melakukan suatu kegiatan belajar secara aktif dengan personalitas (Huda et al., 2020).

  • Motode Pembiasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun